Wa abu’u bi dzambi.
Dan aku mengakui dosaku.
Pengakuan berikutnya adalah pengakuan atas dosa yang dilakukan. Pengakuan ini menandakan adanya kejujuran dan keinginan untuk berubah. Bersama dengan pengakuan itu terselip harapan agar ada pengampunan dan bebas dari hukuman.
Faghfirlii.
Maka, ampunilah aku.
Inilah inti permohonan dari sayyidul istighfar. Diampuni, dikasihani, dan dibebaskan dari hukuman. Setelah rangkaian pengakuan demi pengakuan di atas. Pengakuan keesaan, kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Pengakuan kelemahan dan kerendahan diri si hamba. Ujung-ujungnya ialah pemintaan ampun dari dosa yang dilakukan.
Fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa Anta.
Karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau.
Semua permohonan ampun bermuara pada putusan Allah. Allah semata.
Saat berbuat atau beramal seorang hamba bisa jadi menduakan Allah, atau menyetukutukan-Nya, secara sadar atau tidak sadar. Bisa jadi ia takut kepada selain Allah, mencari keridhaan selain Allah, mencari pujian dan sanjungan dari selain Allah, dan seterusnya.
Akan tetapi ketika saatnya memohon ampun dia tidak punya tuhan yang lain atau pihak lain.