Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makin Akrab dengan 'Anjing'

18 Maret 2021   06:26 Diperbarui: 16 September 2022   10:08 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Channel Youtube pawang anjing Amerika Cesar Milan sering menayangkan kisah anjing yang diselamatkan dari ‘pembantaian’ para penyantap anjing. Anjing-anjing itu ternyata punya kejiwaan yang pola-nya bisa diidentifikasi oleh seorang dog whisperer.

Alternatif Solusi

Akan tetapi masalahnya bukan pada soal budaya atau semantik. Persoalan utamanya adalah bagaimana kita menghilangkan kosakata itu dari diksi sehari-hari anak-anak, remaja, pelajar, mahasiswa dan orang kebanyakan?

Anak-anak dan pemuda makin akrab dengan kata makian itu. Anjing makin sering muncul di sebarang tempat: di warnet, sekolah, pesantren, jalan raya, warung dan kafe, bahkan tempat ibadah.

Anjing menjadi umpatan, kekerasan verbal, simbol keakraban, sekaligus ungkapan kekaguman. Sesama teman saling meng-anjing-kan. Kuatirnya, jika kata-kata itu adalah doa, bangsa Indonesia lama kelamaan jadi bangsa anjing (dog nation).

Pendidikan karakter sudah pasti merupakan solusi bagi permasalahan yang bagaikan pucuk dari gunung es ini. Artinya, secara spiritual anak-anak kita memang jauh dari rasa takut kepada Allah, jauh dari agama. Lingkungan yang tidak religius adalah pemicu utama bagi anak atau remaja mudah mengucapkan kata-kata kasar. Orang-orang dewasa tidak memberi keteladanan, tidak melarang dan tidak mengarahkan anak-anak dan anggota keluarganya dari kebiasaan buruk ini.

Sementara tontonan misalnya tayangan film dari dalam dan luar negeri semuanya mengesankan makian itu sebagai bagian dari kegagahan, kejantanan, keberanian, sesuatu yang keren, dan lain sebagainya. Yang jelek jadi kelihatan asyik.

Anak-anak dan pelajar tidak memiliki pemahaman bahwa ucapan buruk itu akan kembali kepada si pengucap bagaikan bumerang yang siap menebas pelontarnya, cepat atau lambat. Hanya kalimat-kalimat yang baik saja yang naik ke langit. Sedangkan kalimat yang buruk itu melayang-layang mencari sasaran di antara para makhluk. 

Andai kata anjing itu menjelma menjadi anjing sungguhan, anjing yang marah, anjing yang menerkam, anjing yang menyalak dan menggonggong sepanjang waktu, tentu hidup menjadi tidak nyaman, bukan? Mereka yang menganggap makian itu sebagai kelaziman akan berpikir juga untuk berhenti.

Dalam Al-Quran anjing dijadikan sebagai perumpamaan orang yang melupakan ilmu dan agama kemudian cenderung pada dunia: orang yang bebal karena kecenderungannya terhadap dunia. Celaan yang keras sekali.

Dalam Islam, kaum khawarij (misalnya: ISIS) disebut para ulama terancam hadis yang menyebut mereka sebagai ‘anjing-anjing neraka’. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun