Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misi Memerdekakan Literasi Melalui Papua Future Project

12 Oktober 2023   17:14 Diperbarui: 12 Oktober 2023   17:41 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok inspiratif (Dok. Astra) 

Indonesia Timur memang dikenal akan keindahannya. Siapa yang bisa menyangkal pesona alam bawah laut, gunung dan perbukitan, adat istiadat hingga budayanya. Salah satunya adalah Pulau Papua yang juga disebut 'Bumi Cenderawasih'.

Siapapun juga akan dibuat jatuh cinta ketika melihat Raja Ampat, Lembah Baliem, Taman Nasional Lorentz, Taman Nasional Wasur, Danau Sentani, Gunung Carstensz dan destinasi-destinasi lainnya di Papua.

Namun siapa sangka dibalik keindahan dan kekayaan alam tersebut, masih banyak ketimpangan yang terjadi di Papua, khususnya di bidang pendidikan. Jika dibandingkan, terdapat perbedaan yang mencolok antara pendidikan di daerah lain seperti Jawa dengan daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).

Salah satu contoh nyata yang mengalami kesenjangan tersebut adalah Pulau Mansinam yang berada di Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Dikenal dengan alam, perbukitan, bahari nan indah, serta memiliki nilai historis sebagai gerbang masuknya agama nasrani di Papua dan adat istiadatnya yang kental, Pulau Mansinam justru sangat tertinggal di bidang pendidikan.

Pulau Mansinam (Dok. Viva) 
Pulau Mansinam (Dok. Viva) 

Sulitnya aksesibilitas pendidikan, minimnya fasilitas literasi, serta kurangnya tenaga pendidik profesional membuat pulau yang berpenghuni tidak lebih dari 800 jiwa ini minim edukasi. 

Masih banyak anak di Pulau Mansinam yang tak bersekolah, tidak belajar, tak bisa membaca, menulis, berhitung, apa lagi mengenal teknologi. Kontras sekali dengan Kota Manokwari yang hanya hanya berjarak sekitar 20 menit dengan menggunakan perahu.

Menyadari menunggu pemerintah bergerak mengatasi permasalahan ini akan sangat lambat, serta keresahan melihat permasalahan tersebut, Bhrisco Jordy Dudi Padatu menginisiasi terbentuknya Papua Future Project, sebuah wadah atau komunitas berbasis project di bidang literasi yang bertujuan memberikan pembelajaran untuk anak-anak Papua Barat.

Pemuda yang lahir dan besar di Papua itu menyadari pendidikan adalah suatu hal fundamental yang berperan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga salah satu cara mencerdaskan anak bangsa dan keluar dari jerat kemiskinan.

"Melalui Papua Future Project, kami ingin memberikan kesempatan yang sama kepada anak-anak dalam mengakses pendidikan dan menurunkan angka buta huruf di masyarakat adat yang ada di Pulau Mansinam, demi memajukan peradaban Papua ke depannya," jelasnya.

Bersama anak didik (Dok. IDN Times) 
Bersama anak didik (Dok. IDN Times) 

Diinisiasi sejak 2020, Papua Future Project secara konsisten mengajarkan anak-anak di Pulau Mansinam cara berhitung, membaca, menulis, juga pendidikan kesehatan, lingkungan, pengembangan diri, hingga dampak perubahan iklim.

Dengan moto "Every Child Matters", selain fokus dalam menyediakan akses pendidikan secara inklusif, Papua Future Project juga memiliki program-program seperti Bimbingan belajar intensif, Literasi buku keliling, Pojok baca serta kolaborasi dengan UNICEF Indonesia dan Kementerian Kesehatan.

Berkat kegigihan dan usaha Jordy, teman-teman volunteer serta para donatur, dia menjadi salah satu penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2022 Bidang Pendidikan, sebuah ajang penghargaan dan Apresiasi Astra bagi Anak Bangsa yang telah berkontribusi untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan di berbagai bidang.

Awalnya, Papua Future Project hanya berfokus di Pulau Mansinam. Namun setelah meraih penghargaan SATU Indonesia Awards, komunitas ini berkembang pesat hingga berhasil menjangkau 14 kampung di Papua Barat dan Papua Barat Daya dengan total 725 anak yang tergabung di dalamnya. Penghargaan yang diterima Papua Future Project membuat atensi dari pemerintah dan masyarakat meningkat.

Jordy juga melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan, mulai dari menyediakan fasilitas literasi di daerah membutuhkan dan memberikan pelatihan kepada pendidik. 

Memerdekakan literasi (Dok. GNFI) 
Memerdekakan literasi (Dok. GNFI) 

Selain itu dia juga membuat program belajar asinkronus, yang memungkinkan para relawan untuk tetap berpartisipasi tanpa harus datang ke Papua Barat. Tercatat, saat ini Papua Future Project telah melibatkan lebih dari 250 anak muda Indonesia yang berpartisipasi sebagai relawan (volunteer).

Ke depannya, Jordy juga berharap Papua Future Project bisa menjadi wadah bagi anak-anak muda Papua yang ingin ikut berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan untuk mendapatkan pelatihan secara profesional tentang pengembangan komunitas, kurikulum hingga advokasi.

"Saya ingin membuktikan bahwa meskipun hidup di perbatasan, jangan pernah putus asa bermimpi. Dan jalan menuju masa depan yang lebih baik ada di pendidikan. Oleh karena itu, ayo anak muda bersama-sama wujudkan pendidikan Indonesia yang lebih inklusif," pungkasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun