***
Related! Satu kata itu cukup untuk mewakili film Ganjil Genap. Kehidupan dan pergaulan ibu kota lengkap dengan landmark ikonik seperti Bundaran HI, Senopati, SCBD hingga kawasan GBK menjadi latar sempurna untuk film ini.Â
Ditambah lagi setiap karakter memiliki karir cemerlang impian warga kota metropolitan seperti Gala yang yang berkarir di perbankan dan Aiman yang berprofesi sebagai dokter gigi.
Premis dan konflik yang ditawarkan juga sangat related dengan kehidupan di kota-kota besar seperti betapa menyeramkannya menjadi jomblo di usia jelang kepala tiga, keinginan kaum hawa untuk membangun rumah tangga secepat mungkin, tuntutan sosial untuk segera berumahtangga, hingga sulitnya para pria untuk berkomitmen dalam sebuah hubungan, yang saya yakin pasti banyak kita temui di lingkungan sekitar kita.
Bene Dion selaku sutradara dengan background seorang komika nyatanya mampu meramu setiap formula drama dalam film ini dengan tambahan sajian komedi yang pas dan tidak lebay.Â
Ada banyak momen-momen yang mengocok perut penonton yang bukan hanya dengan punchline tapi cukup dengan ekspresi dan bahasa tubuh saja sudah membuat gelak tawa menggema.
Kudos diberikan untuk Oka Antara yang tampil prima di film ini yang sayangnya tak mampu diimbangi oleh Clara Bernadeth yang kurang maksimal dan Baskara Mahendra yang so so.
Seperti film-film karya komika lainnya, kita juga akan melihat beberapa figuran dan cameo yang berasal dari dunia stand up comedy seperti Gilang Bhaskara, Oki Rengga, Adjis Doaibu hingga Tretan Muslim. Bahkan Bene Dion sendiri juga tampil sebagai cameo di salah satu scene.
Namun justru Ariyo Wahab sebagai Reno, sahabat Aiman, dan Lydia Kandou yang berperan sebagai Mami Gala-lah yang menjadi scene stealer dimana keduanya mampu tampil maksimal meski dengan screen time yang terbatas.
Penggunaan lagu lawas milik Dewa 19, "Kamulah Satu-satunya" yang diaransemen ulang oleh Adrian Martadinata yang selalu diputar hampir di separuh film juga membuat film ini jadi lebih hidup.Â