"Wah boleh tuh, ide bagus! Nanti kita foto-foto pas ambil sampah terus upload di reels atau tiktok," ujar seorang kawan.
"Bener, kita bisa riya. Tapi ini riya yang positif," timpal salah seorang lagi.
Aku terdiam sejenak. Memang betul, tujuan utama seseorang untuk liburan atau traveling yang pertama adalah untuk healing, kedua untuk riya.Â
Tak dapat dipungkiri, selain melepas lelah dan kepenatan akibat pekerjaan yang menumpuk kita pasti butuh liburan untuk men-charge mood, energy maupun mental kita.
Selain itu, kita pasti mengabadikan momen liburan tersebut lewat foto maupun video. Di zaman modern saat ini, media sosial adalah wadah untuk menyimpan kenangan dan momen traveling tersebut.
Jadi, tak salah jika menyebut tujuan dari traveling adalah untuk 'riya'. Namun, jangan sampai riya tersebut adalah riya negatif yang hanya untuk pamer atau cari perhatian saja. Melalui obrolan ringan di atas kapal tersebut, terbesit ide untuk mengadakan trip agar lebih sadar lingkungan dan mencintai alam sesungguhnya.
Bersyukur saya bergabung dalam komunitas traveling dimana mayoritas membernya sudah sadar akan kebersihan lingkungan dan menjaga alam, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Oh ya, selain memungut sampah yang kebetulan lewat kapal, kami juga memberi makan ikan dengan makanan ikan yang dijual di pulau, bukan makanan yang biasa orang-orang makan (nasi, roti, dll) dan asal dibuang ke laut karena pasti dilahap oleh ikan.
Beberapa kawan kami yang berenang bahkan ada yang lebih memilih memakai pakaian renang lengan panjang ketimbang mengoles tangan dengan sunscreen karena dapat merusak karang dan biota laut.