Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Merayakan Kembali Momen Ramadan yang Sempat Hilang

1 April 2023   20:12 Diperbarui: 1 April 2023   20:17 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan penuh makna (Sumber: Pexels.com)

"Yang sempat hilang jadi lebih bernilai saat kembali."

Sebuah tagline dari iklan yang wara wiri di televisi dan media sosial ini seperti menyiratkan makna ramadan di tahun ini. Seperti diketahui, tiga tahun terakhir kita merayakan ramadan dan hari kemenangan di bawah bayang-bayang pandemi Covid-19.

Tiga tahun tanpa adanya ritual ramadan seperti bukber (buka bersama), tarawih berjemaah sampai mudik lebaran, seperti pertanda ada 'sesuatu yang hilang'. Dengan alasan kesehatan, keamanan dan keselamatan, kita harus menyingkirkan momen-momen ramadan yang sarat makna itu.

Sebagai nonmuslim, saya pribadi juga merasakan bagaimana ramadan menjadi momen-momen bermakna yang hanya terulang satu tahun sekali.

Bagaimana saya merayakan bukber dengan teman-teman muslim. Bagaimana tiap makan di restoran pada jam berbuka puasa saya selalu disediakan takjil berupa kurma dalam jumlah ganjil. Atau bagaimana saya merasakan nikmat dari sepinya ibu kota jelang Idul Fitri.

Bukber bareng sahabat (Sumber: Dok. Pribadi)
Bukber bareng sahabat (Sumber: Dok. Pribadi)

Tahun 2019 adalah tahun terakhir dimana saya merasakan momen-momen tersebut. Bagaimana teman saya yang muslim komplain mengetahui jadwal bukber saya yang melebihi setengah bulan ramadan, melebihi dirinya yang muslim.

Benar sekali, di tahun itu saya banyak mendapatkan undangan iftar atau buka bersama dari lembaga, agency atau brand yang juga ingin mengadakan silaturahmi. Belum lagi bukber dengan sahabat atau kawan-kawan satu komunitas.

Momen-momen inilah yang membuat saya semakin belajar tentang toleransi, menghargai satu sama lain, dan memaknai suatu kebersamaan. Sayangnya pandemi meluluhlantakan semua momen penuh makna tersebut.

Perlahan tapi pasti, di tiap ramadan kita semua mencoba mengembalikkan momen-momen tersebut. Saya pribadi pernah menghelat acara staycation buka dan sahur bersama dengan teman-teman komunitas.

Pernah juga kami mengadakan bukber dengan grup kecil sambil tetap menjalankan protokol kesehatan. Meskipun dihimpit segala keterbatasan, saya dan kawan-kawan lain tetap mencoba menghidupkan kembali momen-momen yang sempat hilang tersebut.

Bukber komunitas (Sumber: Dok. Pribadi)
Bukber komunitas (Sumber: Dok. Pribadi)

Namun seperti sebuah pepatah, "badai pasti berlalu". Tiga tahun dihantam pandemi akhirnya kita berhasil melewatinya.

Kini, angka penularan covid sudah semakin terkendali. Pandemi pun perlahan berubah jadi endemi. Beberapa aturan seperti wajib pakai masker juga sudah dilonggarkan. Semuanya siap kembali seperti semula. Ramadan tahun ini menjadi momen dimana saya beradaptasi dengan kebiasaan dan ritual yang sempat hilang tersebut.

Saya ingat bagaimana hari pertama puasa tahun ini saya sedang traveling ke NTT (Nusa Tenggara Timur) yang meski masyarakatnya mayoritas nasrani tapi ada sebagian masyarakat yang menunaikan ibadah puasa dengan buka puasa bersama dan sholat tarawih berjamaah.

Kembali ke Jakarta setelah puasa sudah berlangsung selama seminggu lebih, akhirnya saya kembali berkesempatan "merayakan momen yang hilang" itu saat mendapat sebuah undangan dari brand smartphone yang mengadakan acara offline sekaligus buka puasa bersama.

Yang lebih spesial, acara itu juga menjadi acara offline pertama mereka setelah terakhir menghelatnya tiga tahun silam tepat di awal-awal pandemi.

Bukber pertama 2023 (Sumber: Dok. Pribadi)
Bukber pertama 2023 (Sumber: Dok. Pribadi)

Momen itu seperti menjadi 'pembuka' bagaimana saya akan kembali merasakan momen ramadan yang penuh makna, merasakan indahnya kebersamaan dan toleransi, dan tentunya akan merasakan kembali nikmatnya ibu kota yang sepi saat lebaran.

"Dia yang seiman denganmu adalah saudaramu dalam Satu Tuhan. Dan dia yang tidak seiman denganmu adalah saudaramu dalam kemanusiaan."

Sebagai saudara dalam kemanusiaan, saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi teman-teman yang menjalankan.

Semoga ramadan tahun ini menjadi momen yang dirayakan kembali serta diresapi setiap maknanya. Berkumpul untuk buka puasa bersama, menjalankan sholat tarawih bersama, dan mudik untuk merayakan hari kemenangan bersama keluarga.

Tabik.

Momen sarat makna (Sumber: Dok. Pribadi)
Momen sarat makna (Sumber: Dok. Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun