Namun seperti sebuah pepatah, "badai pasti berlalu". Tiga tahun dihantam pandemi akhirnya kita berhasil melewatinya.
Kini, angka penularan covid sudah semakin terkendali. Pandemi pun perlahan berubah jadi endemi. Beberapa aturan seperti wajib pakai masker juga sudah dilonggarkan. Semuanya siap kembali seperti semula. Ramadan tahun ini menjadi momen dimana saya beradaptasi dengan kebiasaan dan ritual yang sempat hilang tersebut.
Saya ingat bagaimana hari pertama puasa tahun ini saya sedang traveling ke NTT (Nusa Tenggara Timur) yang meski masyarakatnya mayoritas nasrani tapi ada sebagian masyarakat yang menunaikan ibadah puasa dengan buka puasa bersama dan sholat tarawih berjamaah.
Kembali ke Jakarta setelah puasa sudah berlangsung selama seminggu lebih, akhirnya saya kembali berkesempatan "merayakan momen yang hilang" itu saat mendapat sebuah undangan dari brand smartphone yang mengadakan acara offline sekaligus buka puasa bersama.
Yang lebih spesial, acara itu juga menjadi acara offline pertama mereka setelah terakhir menghelatnya tiga tahun silam tepat di awal-awal pandemi.
Momen itu seperti menjadi 'pembuka' bagaimana saya akan kembali merasakan momen ramadan yang penuh makna, merasakan indahnya kebersamaan dan toleransi, dan tentunya akan merasakan kembali nikmatnya ibu kota yang sepi saat lebaran.
"Dia yang seiman denganmu adalah saudaramu dalam Satu Tuhan. Dan dia yang tidak seiman denganmu adalah saudaramu dalam kemanusiaan."
Sebagai saudara dalam kemanusiaan, saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi teman-teman yang menjalankan.
Semoga ramadan tahun ini menjadi momen yang dirayakan kembali serta diresapi setiap maknanya. Berkumpul untuk buka puasa bersama, menjalankan sholat tarawih bersama, dan mudik untuk merayakan hari kemenangan bersama keluarga.