Mudik adalah salah satu tradisi menjelang Hari Raya Idul Fitri dimana masyarakat berbondong-bondong pulang kembali ke kampung halaman. Dalam bahasa Jawa, mudik diartikan sebagi mulih disik yang artinya pulang dulu. Sementara masyarakat betawi menyebutnya "kembali ke udik" dalam artian udik adalah kampung. Intinya, mudik adalah pulang kembali ke kampung halaman.
Fenomena mudik sebenarnya sudah terjadi sejak berabad-abad silam. Di Indonesia, para perantau yang tinggal di kota atau negeri tetangga pulang ke kampung halaman demi berkumpul dan bersilaturahmi dengan sanak keluarga. Karena Indonesia adalah salah satu negara dengan penduduk muslim terbanyak, ditambah adanya libur panjang menjelang lebaran, jadilah waktu cuti panjang tersebut dimanfaatkan untuk mudik.
Sejatinya, mudik bukan hanya membawa raga atau badan saja, tetapi juga membawa silaturahmi ke kampung halaman. Karena saat mudik, kita bukan hanya berjumpa dengan kawan, kerabat dan keluarga di kampung tetapi juga membawa silaturahmi, rasa syukur serta kebahagiaan berkumpul bersama untuk saling bermaaf-maafan.Â
Atas dasar itulah keselamatan dan keamanan adalah faktor terpenting dalam mudik. Tentunya kita juga ingin bertemu dengan sanak saudara dalam kondisi sempurna tanpa kekurangan satu apapun bukan?
***
Diskusi yang dihelat di JS Luwansa Hotel, Kuningan pada Senin (4/6/2018) dihadiri oleh para pembicara antara lain Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi, Direktur Keamanan dan Keselamatan Korps Lalu Lintas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Chrysnanda Dwilaksana, Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Arie Setiadi Murwanto, Direktur Utama PT Jasa Raharja (Persero) Budi Rahardjo Slamet, serta Kepala Badan Litbang Kemenhub Sugihardjo.
Dialog publik ini membahas hasil survei yang dilakukan oleh Badan Litbang Perhubungan dengan menggunakan metode online. 76% dari aplikasi WhatsApp, 14% via website Kemenhub, 2% dari Facebook, 2% dari Line, 1% via Instagram dan 5% dari sumber lainnya.Â
Survei ini juga melibatkan 4.075 responden dimana sebanyak 53 persen responden memilih menggunakan kendaraan pribadi, sementara sisanya memilih kendaraan umum dan transportasi mudik gratis.
Ditingkatkannya persiapan angkutan lebaran adalah untuk meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi. Perlu diketahui, berdasarkan survei pemudik, 46,7% pemudik lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi alasan lebih cepat, nyaman dan fleksibel.Â
Padahal seperti yang sudah kita tahu, tingkat kecelakaan saat mudik cukup tinggi dimana kendaraan pribadi lebih dominan dari risiko crash. Karena itulah pemerintah mengupayakan agar pemudik lebih menggunakan kendaraan umum atau transportasi publik, salah satunya lewat "Mudik Bareng BUMN".
Lewat acara ini, pemudik disediakan alat transportasi secara gratis, termasuk untuk kendaraan roda dua. Minimnya transportasi di kampung halaman membuat pemudik (khususnya pemotor) membawa kendaraannya sebagai alat transportasi selama berada di kampung halaman. Karena itulah Kemenhub juga mengakomodir transportasi untuk mengangkut motor.
Dengan banyaknya armada transportasi yang disediakan, diharapkan pemudik beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal. Selain untuk menekan angka kecelakaan, penggunaan transportasi mudik juga demi kelancaran dan keselamatan pemudik yang ingin kembali ke kampung halaman.Â
Puncak arus mudik diperkirakan akan terjadi pada H-6 Lebaran atau Sabtu (9/6/2018). Sementara puncak arus balik diperkirakan terjadi pada H+3 Lebaran, yaitu Selasa (19/6/2018).
Agar suasana jelang mudik tetap kondusif, Kementerian Perhubungan bekerjasama dengan Jasa Raharja agar mudik tetap aman, selamat dan nyaman. Jasa Raharja juga menawarkan kemudahan untuk klaim asuransi melalui program dan aplikasi mudik gratis.Â
Kemenhub juga bersinergi dengan Bina Marga untuk persiapan jalur mudik baik jalan arteri, jalan tol dan tol fungsional, serta bekerjasama dengan Korlantas terkait persiapan pengaturan lalu lintas selama arus mudik dan arus balik lebaran 2018 berlangsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H