Dalam Infinty War, Russo Brothers tampaknya tak mau berbasa-basi dan langsung membuka film dengan adegan yang sangat mencekam. Puncak dari opening scene itu adalah kematian salah satu karakter yang sangat memorable dalam Marvel Cinematic Universe (MCU).
Sekali lagi, kesuksesan Civil War dimana mengumpulkan para pahlawan yang bertarung satu sama lain dengan sempurna dan proporsional kembali diulang dalam Infinity War. Karakter yang lebih banyak tidak membuat kedua bersaudara ini kelimpungan dalam mempersatukannya. Semua karakter mendapat porsi masing-masing. Meski memang ada 2-3 karakter yang mendapat porsi lebih (tahu kan siapa) setidaknya setiap tokoh kebagian tampil meski perannya kecil.
Contohnya, teenage Groot yang tidak banyak beraksi ternyata memiliki peran vital dalam salah satu scene yang sangat penting. Contoh lain, bagaimana Dr. Bruce Banner hadir dengan "sisi lain"-nya lengkap dengan humor-humornya. Yang sedikit membuat penonton bingung hanyalah perpindahan setiap scene dengan latar berbeda-beda meski tujuannya adalah agar setiap karakter kebagian peran dan menyatukan isi cerita.
Dan akhirnya, selama 149 menit penonton akan disuguhkan sebuah cerita yang mungkin dalam dua dekade lalu hanyalah sebuah mimpi. Bagaimana mengumpulkan para superhero yang bersatu melawan satu musuh, namun sekarang bisa kita nikmati sebagai sebuah karya seni dan tontonan yang menghibur.
Well done Thanos and Russo Brothers.
***
Ups.. sayang sekali review ini belum berakhir. Izinkan saya untuk menyampaikan sedikit uneg-uneg setelah menyaksikan Avengers: Infinity War. Sejujurnya saya kagum pada strategi dan promosi yang gencar dilakukan oleh Marvel. Dengan embel-embel sebagai film puncak dari MCU serta media yang terus menggoreng rumor tentang jalan cerita dari Infinity War turut menjadi promosi terselubung yang sukses.
Ketakutan terbesar saya adalah, bagaimana jika dengan hype yang terlampau over itu Infinty War tampil mengecewakan layaknya Age of Ultron yang busuk. Kenyataannya, seperti yang saya uraikan di atas, Russo Brothers berhasil menebus dosa Whedon. Mulai dari trailer yang "menipu" penonton sampai penonton (yang rajin baca berita) ikut tertipu dengan pernyataan mereka. Salah satunya adalah dengan menyebut Infinty War adalah film yang berdiri sendiri sehingga mereka menghapus embel-embel "Part 1 dan Part 2". Namun kenyataannya? Tanyakan saja pada fans Harry Potter delapan tahun silam, seperti itulah yang juga saya rasakan.