Kita tidak bisa memilih dilahirkan sebagai apa..
Namun, setidaknya kita masih bisa memilih ingin menjadi seperti apa..
Ungkapan di atas rasanya tepat untuk menggambarkan sebuah film berjudul "?" (Tanda Tanya) besutan Hanung Bramantyo. Sutradara yang kerap menggambarkan pluralisme, perbedaan dan keberagaman dalam setiap karyanya ini memang ingin menyampaikan pesan tersirat dalam Tanda Tanya.
Sayangnya seperti kita tahu, film ini justru menuai banyak kritikan, polemik dan penolakan. Setelah tujuh tahun berlalu, akhirnya saya berkesempatan untuk menyaksikan film ini lengkap tanpa potongan sensor. Tampilan apa adanya inilah yang membuka mata saya akan sebuah keyakinan dan pilihan seseorang dalam hidupnya.
***
Menuk (Revalina S. Temat) adalah salah satu karyawan di restoran milik Tan. Meski berhijab ia tidak merasa risih harus bekerja di restoran yang banyak menyajikan makanan nonhalal. Menuk memiliki suami bernama Soleh (Reza Rahardian) yang seorang pengangguran. Pertengkaran dan kesalahpahaman kerap terjadi di antara keduanya.
Rika (Endhita) seorang single parent dan juga sahabat Menuk, memutuskan untuk berpindah keyakinan menjadi Katolik. Keengganan dipoligami menjadi salah satu penyebabnya. Ia harus mengasuh anak satu-satunya Abi  yang masih seorang muslim. Rika juga menjalin hubungan persahabatan dengan Surya (Agus Kuncoro), seorang aktor figuran yang dilanda masalah ekonomi.
Ketiga cerita ini kemudian dirangkai menjadi satu dalam konflik yang sering kita lihat dalam kehidupan nyata. Bagaimana Ping Hen ingin mengatur restoran orangtuanya dengan mementingkan keuntungan semata. Cerita hubungan masa lalunya dengan Menuk dimana harus berakhir karena perbedaan keyakinan. Soleh yang akhirnya bekerja menjadi Banser NU meski profesi itu sangat berisiko namun masih didukung oleh istrinya.
Konflik-konflik ini akhirnya berujung pada sebuah keputusan dari masing-masing karakter. Ping Hen setelah kematian ayahnya memutuskan untuk berubah, seperti dalam pesan terakhirnya. Ia menjadi seorang mualaf dan mengubah restorannya menjadi chinesse food halal. Soleh yang enggan menjaga gereja dalam perayaan natal akhirnya mengorbankan dirinya agar semua orang selamat karena ia ingin menjadi berarti bagi semua orang yang disayanginya.
Rika yang awalnya ditolak oleh anak dan kedua orangtuanya kini berhubungan baik kembali. Surya dengan dilema dan pergolakan batinnya akhirnya memiliki karier yang lebih baik. Semuanya itu akhirnya berakhir dengan manis, bahwa setiap konflik dan perbedaan bukan membuat kita terpecah belah tetapi justru menjadikan kita lebih kuat.
***
Setali tiga uang dengan Surya yang sampai meminta pendapat ustad ketika harus memerankan Yesus dalam sebuah drama. Ia hanya diminta untuk mengikuti kata hatinya. Surya pun menguatkan imannya dan tetap mengambil peran tersebut dengan alasan kemanusiaan, terutama ketika ia menjadi Sinterklas yang membuat hatinya terenyuh.
Rika juga mengambil pilihan atas dasar nuraninya. Kecaman dan cemoohan tidak digubris olehnya dan ia terus bersikap baik sampai kedua orangtuanya akhirnya kembali menerimanya. Pilihan-pilihan tersebut meski terbentur dengan keyakinan dan cobaan tidak membuat mereka goyah, justru membuat mereka semakin kuat dalam imannya masing-masing.
Film Tanda Tanya seolah mengajarkan kita untuk menghargai setiap pilihan dalam perbedaan karena satu alasan, kemanusiaan. Bukankah setiap agama juga mengajarkan untuk mengasihi sesama. Jika setiap orangnya akhirnya memilih sesuai dengan apa yang diyakininya, lantas apa yang harus dipertanyakan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H