"Empat poin dalam empat laga, Chelsea adalah juara bertahan terburuk dalam 20 tahun terakhir." Itu adalah salah satu headline surat kabar ketika The Blues harus menelan kembali pil pahit setelah dikalahkan oleh Crystal Palace 1-2. Mengawali musim dengan misi mempertahankan gelar, jalan terjal sudah harus dilalui oleh anak didik Jose Mourinho. Setelah ditahan imbang 2-2 oleh Swansea di pekan pembuka Premiere League, Chelsea dipermalukan oleh Manchester City tiga gol tanpa balas di pekan berikutnya. Meski berhasil menang tipis 3-2 atas West Bromwich Albion, John Terry dkk kembali merasakan kekalahan oleh Palace. Pun demikian, Mourinho belum mau lempar handuk karena jalan masih panjang. Jangan lupa, target Chelsea musim ini adalah mempertahankan mahkota juara di liga domestik dan menjuarai Liga Champions.Â
Hhmmm... Liga Champions? Berbicara mengenai peluang Chelsea menjuarai salah satu turnamen bergengsi di Eropa tersebut sepertinya bisa digambarkan oleh lagu ciptaan mas Piyu beberapa tahun silam yang berjudul "Kasih Tak Sampai." Kendati sukses di liga lokal, Chelsea dan Mourinho masih belum ditakdirkan meraih The Big Ear. Perjuangan mereka menjadi Raja Eropa sungguh miris, atau boleh dibilang mengenaskan, seperti vokal syahdu mas Fadly yang menyayat-nyayat hati tersebut.
Bila kita terbuai dalam alunan cinta...
Alunan cinta antara Chelsea dan Mourinho terjadi dua tahun silam, kala pria asal Portugal itu memutuskan untuk kembali ke London, ke tempat dimana ia merasa dicintai. Target menjadi juara Inggris dan Eropa ada di pundak Mourinho, hal yang sama pernah ia rasakan sedekade silam ketika datang ke Stamford Bridge setelah berhasil membawa Porto menguasai Eropa dua musim berturut-turut. Tapi, kedatangannya yang kedua tidak sama seperti sebelumnya. Mou kembali ke Inggris dengan status nirgelar di musim terakhir bersama Real Madrid. Chelsea saat itu juga sedang butuh sosok pelatih yang tangguh di pinggir lapangan setelah menjadikan para suksesor Mourinho (semenjak ia hengkang pada 2007) layaknya anak magang. Seperti sebuah takdir, Mou kembali ke cinta lamanya.
Sedapat mungkin terciptakan rasa..
Keinginan saling memiliki..
Fans The Blues amat mencintai The Special One. Begitupun sebaliknya, Mou juga amat mencintai klub asal London barat tersebut. Jadilah Chelsea dan Mourinho CLBK, merajut kembali Cinta Lama yang Belum Kelar. Ada sebuah keterikatan emosi dan rasa saling memiliki, seperti yang kita lihat antara Pep Guardiola dengan Barcelona, Carlo Ancelotti dengan AC Milan, atau Sir Alex Ferguson bersama Manchester United. Jangan lupa, Chelsea menginginkan Mou agar mereka menjadi penguasa Eropa dan Mou juga ingin membuktikan bahwa ia masih bisa menjadi "manusia spesial" kembali bersama pemilik dirinya saat ini.
Dapat terwujud dalam satu ikatan cinta..
Tak semudah seperti yang terbayang..
Menyatukan perasaan kita..
Oke, ikatan antara Chelsea dan Mourinho sudah kuat. Namun kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan. Mourinho memang pernah berjaya kala membawa FC Porto menjadi Raja Eropa pada 2004 silam. Bahkan, enam tahun kemudian ia mengulangi kembali prestasinya dengan membawa embel-embel treble. Sukses di dua kompetisi domestik dibarengi dengan trofi Eropa sehingga menjadikan Inter Milan satu-satunya klub Italia yang meraih treble. Namun bersama Chelsea, Mou hanya berada di kata "hampir" atau "nyaris" saat memburu titel Liga Champions. Di periode pertamanya pasukan London biru dibawa sampai babak empat besar meski harus tersingkir oleh Liverpool akibat gol hantu. Dua tahun berikutnya Chelsea kembali terjungkal di babak yang sama oleh lawan yang sama, kali ini karena adu penalti. Tak lupa, setahun sebelumnya mereka disingkirkan di perempat final oleh Barcelona yang akhirnya keluar sebagai juara. Padahal saat itu Chelsea di bawah asuhan Mou amat menakutkan bagi lawan-lawannya. Apa daya, cinta dan perasaan Mou bersama Chelsea memang belum terkoneksi dengan si Kuping Besar. Seperti masih sulit disatukan meski para penggemar pastinya dengan yakin dapat melihat Chelsea dan Mou menjuarai Liga Champions, suatu hari nanti.
Tetaplah menjadi bintang di langit..
Agar cinta kita akan abadi..
Periode kedua masih menyangkut masalah lama yang masih belum terselesaikan. Musim 2013/2014, Mourinho berhasil menggiring anak asuhannya ke babak semifinal Liga Champions meski compang-camping di kompetisi lokal. Pun demikian, kata "nyaris" atau "tinggal selangkah lagi" kembali menghampirinya. The Blues harus menyerah kalah oleh Atletico Madrid yang dengan semangat spartannya kembali menghentikan laju Mou di empat besar. Musim berikutnya lebih konyol lagi, Chelsea malah gagal lolos dari babak 16 bedar karena kalah gol tandang dari Paris Saint Germain. Tak lupa, Chelsea tersingkir dengan status sebagai tim yang tidak pernah merasakan kekalahan. Namun aturan tetap aturan, John Terry cs harus tersingkir untuk kesekian kalinya dan impian merengguh trofi Eropa hanya tinggal kenangan.
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini..
Agar menjadi saksi cinta kita..
berdua.. berdua..
Untunglah, impian untuk menjadi juara Eropa tidak berakhir saat itu juga. Setiap tahun ketika musim berganti, impian itu akan muncul kembali. Di musim ini, mimpi itu masih terus menyinari harapan Chelsea dan Mourinho untuk menjadi yang terbaik di benua biru. Lewat pengundian babak grup kemarin, Chelsea yang berada di Pot 1 atau unggulan teratas sebagai juara liga masuk ke dalam grup yang relatif mudah. Di atas kertas hanya Porto lawan yang berpotensi menyulitkan The Blues. Sementara dua lawan lainnya, Dynamo Kyiv dan Maccabi Tel Aviv, memiliki kualitas jauh di bawah kedua tim top Eropa tersebut meski mereka bisa saja membuat kejutan. Setidaknya, kemungkinan lolos dari fase grup sangat besar dan satu kaki Chelsea sudah berada satu langkah ke depan dalam perburuan gelar.
Sudah terlambat sudah..
Kini semua harus berakhir..
Mungkin inilah jalan yang terbaik..
Dan kita mesti relakan kenyataan..
Para fans mungkin akan berkata "amit-amit" atau "batin-batin" sambil mengelus dada. Namun lirik di atas akan mewakili perasaan Chelsea dan Mou jika di musim ini impian menjadi peguasa Eropa harus kembali pupus. Kemungkinan selalu ada, bahkan untuk yang terburuk sekalipun. Bisa saja Chelsea dan Mourinho harus berpisah jalan sebelum musim berakhir saat mereka sedang merajut mimpi bersama (deja vu 2007). Atau lebih pahit, kata "nyaris" berubah menjadi "nyaris sekali" Â atau "hanya tinggal sedikit lagi" jika mereka berhasil sampai ke partai puncak di San Siro namun gagal menyentuh trofi yang jaraknya sudah sepersekian meter dekatnya dengan mereka. Namun, mereka harus menerima kenyataan. Seperti kenyataan John Terry yang terpeleset saat menendang penalti di Moskow tujuh tahun silam.
Menjadi saksi kita berdua...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H