Hai, Seseorang yang tidak menyapaku lagi.
Â
Di tengah hiruk pikuk euforia menyambut momen pertarungan "semi akhir" ini, ku sampaikan salam hangat untukmu. Untukmu yang tak pernah mengetahuiku bahwa aku ada.
Â
Apa kabar, kamu?
Ku harapkan selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa agar selalu bisa menjalani sisa-sisa masa di perantauan ini.
Â
Sebenarnya, aku merindukan sesuatu darimu. Sesuatu yang bisa membuatku merasakan berjuta rasa, sesak di dada, dan bergetar di dalam sukma. Entahlah itu, namun aku telah merasakannya.
Â
Masihkah kamu seperti itu?
Ku harapkan kamu masih bersikap seperti itu kepadaku.
Â
Aku bingung, apakah aku cukup terlambat untuk mengatakannya.
Namun, aku sudah jelas kalah.
Aku tahu siapa pemenangnya, ya, yang telah menjadi milikmu itu.
Â
Oleh sebab itu, aku sekarang lebih banyak diam ketika kita berpapasan. Aku lebih baik menunduk daripada harus melihatmu.
Karena apa? Karena, aku ingin menghapuskan sesuatu itu dari jiwa raga sukmaku.
Â
Namun, sepertinya butuh waktu lama.
Â
Salam, dariku yang tak kamu sapa lagi
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H