Mohon tunggu...
Denta Lita Dewi
Denta Lita Dewi Mohon Tunggu... Jurnalis - Find me on instagram : dentald

Perkenalkan saya Denta Lita Dewi. Mahasiswi Fakultas Psikologi, Prodi Psikologi yang sedang mengejar cita-cita untuk masa depan di Universitas Mercu Buana. Alhamdulillah sampai detik ini saya selalu dilindungi oleh ALLAH SWT kemudian di support oleh kedua orangtua, sahabat, dan lingkungan sekitar. Semoga dengan karya tulisan saya disini dapat menambah informasi dan manfaat bagi para pembaca. Terimakasih :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Every Child is Special-Review Film: Taare Zameen Par

28 Oktober 2019   07:51 Diperbarui: 22 Juni 2021   11:17 8038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. 

Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk "memanusiakan manusia" (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

ANALISA

Menurut saya, pada film taara zameen par termasuk kedalam teori struktural kepribadian psikoanalisis sigmund freud dan teori belajar dan pembelajaran. Yang dimana proses belajar di film ini sangat jelas. Ishaan yang mempunyai keterbatasan dyslexia bukan bearti tidak mempunyai semangat atau dorongan yang kuat dalam belajar, diluar keterbatasannya ia memiliki kelebihan yang luar biasa, yaitu melukis.

  • Struktur Kepribadian Sigmund Freud

Dalam psikoanalisis Sigmund freud ada tiga struktur kepribadian , yaitu : id, ego, dan super ego

  • Id, merupakan kebutuhan dasar di alam bawah sadar manusia. Tokoh yang memiliki id dominan di dalam film ini adalah Ishaan Nawasthi. Ia senang bertindak menuruti keinginan-keinginan pribadinya secara tak sadar, seperti iseng dengan pagar rumahnya, mengambil roti di dapur dengan tangan yang masih sangat kotor, menginjak genangan air yang jelas-jelas akan membuat sepatunya kotor, berceloteh menirukan suara-suara hewan saat ia sedang menjalani hukuman sebagai usaha untuk menghibur dirinya sendiri, dan sebagainya.
  • Ego, berfungsi menjembatani tuntutan id dengan realitas di dunia luar. Tokoh yang memiliki ego dominan adalah Ram Shankar Nikumbh. Ia memecahkan konflik-konflik secara objektif, dirinya dapat mengontrol apa yang masuk ke dalam kesadaran dan apa yang akan dilakukan.
  • Super ego, berfungsi sebagai pengontrol ego. Aktivitas superego dapat berupa self observation, kritik diri, dan larangan dan berbagai tindakan refleksif lainnya. Tokoh yang memiliki superego kuat adalah Nandkishore Awasthi, ayah Ishaan. Ia bertindak dengan serba teratur dan senang mengatur. Menurutnya hidup itu penuh aturan, manusia harus disiplin demi mendapatkan pencapaian yang maksimal dan kesuksesan. Itu merupakan nilai-nilai yang ia terima dari proses internalisasi dalam hidupnya semenjak usia kanak-kanak.
  • Teori Belajar dan Pembelajaran

Teori belajar dan pembelajaran guru-guru Ishaan dalam mengajar beragam. Dalam teori belajar ada berbagai macam teori belajar, yaitu : behaviorisme, kognitif,  kontruksivism, dan humanistik dalam film ini kebanyakan dari guru - guru Ishaan menggunakan teori belajar behaviorisme dan kognitif yang tidak cocok bagi keadaan atau kondisi Ishaan yang mengalami dyslexia tersebut, namun ada satu guru yang paham dan menyadari kondisi Ishaan yang bernama Ram Shankar Nikumbh (aamir khan) dan dia dalam pembelajaran menggunakan teori kontruksivisme atau teori membangun dan teori humanistik, yakni dengan cara scaffolding melakukan pendekatan-pendekatan bertahap, dengan usaha mendatangi keluarga nya dan berusaha memecahkan permasalahan yang di alami Ishaan, dia membimbing Ishaan, memberi motivasi, dorongan, kebebasan, memberikan kasih sayang dan kelembutan, mengajari menulis, membaca dan menghitung dengan metode yang bisa di terima oleh Ishaan dengan kondisinya yang seperti itu, dan akhirnya dia behasil membuat muridnya tersebut mampu mengatasi kondisinya dan akhirnya dia menjadi anak yang pintar.

Multiple intellegensi yang di miliki Ishaan adalah kecerdasan spasial atau visual, kecerdasan ini biasanya mampu berimajinasi mental dengan baik dan mampu menggambarkan/menciptakan kembali suatu grapis, orang orang seperti ini mampu berpikir beberapa dimensi artinya mampu menciptakan kembali dunia visual atau penglihatan pandangan, kecerdasan ini salah satunya dapat ditemukan pada pelukis seperti Ishaan yang pandai melukis dan menghasilkan lukisan yang luar biasa, sehingga dia berhasil memenangkan lomba melukis di sekolahnya. Namun tampaknya dia ini juga memiliki kecerdasan tubuh atau kinestetik, karena dia bisa melakukan gerakan seperti michael jackson pada film tersebut.

Baca juga: Review Film "Nobody": Serigala yang Menanggalkan Bulu Dombanya

PESAN MORAL

Peran orang tua sangat penting dalam masa tumbuh kembang anak. Peran guru pun tak kalah pentingnya sebagai orang tua kedua bagi anak. Setiap anak pastilah berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bahwa setiap anak itu memiliki kelebihan masing masing, mempunyai kecerdasan tersendiri yang mungkin tidak bisa di pahami oleh orang lain, dari film ini betapa penting arti dari sebuah pengertian orang tua sebagai pendidik di kalangan keluarga dan bagi guru sebagai pendidik di sekolah. 

Mereka memiliki kemampuan, bakat, dan impian yang berbeda beda. Sebagai orang tua hendaknya mendukung agar anak dapat berkembang menurut bakat alami yang ada dalam diri mereka bukan dengan paksaan, ambisi dari orang tua dan sangat penting bagi orang tua untuk memperhatikan kondisi anaknya, memahami keinginannya dan memberi kasih sayang serta kelembutan sikap kepada anak, dan bersikap pola asuh demokratis bukan otoritatif. 

Setiap anak special dan setiap invidu itu unik.

I'm only one ; but still I am one. I cannot do everything, but still I can do something. I will not refuse to do something I can do.- HELEN KELLER-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun