Mohon tunggu...
den shoim
den shoim Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Matahari berhias rembulan dan bintang2

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Krama Inggil Peredam Amarah

29 Februari 2016   01:55 Diperbarui: 29 Februari 2016   02:06 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lama termenung. Sebungkus rokok dan entah berapa gelas kopi kuhabiskan untuk menemani pikirku dalam bertamasya.

"Hahaha, djancuuuk!"
Aku berteriak girang, mentertawakan kebodohanku sendiri.

Tipikal temperamen yang kupunya, Ibuk pasti lebih paham. Barangkali itulah alasan kenapa Beliau mengkhususkan wejangan itu padaku, tidak kepada kedua adikku. Bahwa Krama inggil terlalu indah jika digunakan untuk sekedar marah, misuh, mencak-mencak. Feel-nya ndak bakal ketemu. Bahasa boleh mencak, tapi rasa ndak bakal muncak. Dalam ketoprak, wayang orang, wayang kulit, ataupun kesenian Jawa lainnya pun, ngga bakalan lihat orang misuh menggunakan krama inggil.

"Terima kasih Ibuk, bahkan engkau lebih mengenalku daripada diriku sendiri", gumamku dalam sepi.

******

(sudah dipublikasikan di blog personal Den Shoim, dipublish ulang di sini untuk belajar pede menerima masukan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun