Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menemukan Cinta dalam Keanehan: Psikologi Ketertarikan

15 Agustus 2023   19:00 Diperbarui: 15 Agustus 2023   19:11 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta itu aneh, keanehan itu menarik. Temukan cinta dalam keanehan lewat lensa psikologi di balik ketertarikan.

Cinta dan keanehan, dua hal yang tampaknya bertolak belakang, tetapi seringkali saling bertautan. Bagaimana bisa? Pertanyaan itu mungkin menggantung dalam pikiran kita. Mari kita buka lembaran cerita ini, bukan dengan klise percintaan biasa, melainkan dengan peta eksplorasi yang menunjukkan betapa menariknya 'keanehan' dalam dinamika cinta.

Biasa itu Membosankan, Aneh Itu Menarik

Jika dipikir-pikir, semua punya keunikan dan keanehan masing-masing. Itulah yang membuat setiap orang menarik. Kenapa? Sebab manusia secara alami adalah makhluk yang penasaran. Perasaan penasaran ini yang menjadi pemicu rasa tertarik. Cobalah ingat, ketika bertemu dengan seseorang yang berbeda, perasaan ingin tahu akan memuncak. Nah, disinilah mulai terbentuknya ketertarikan. Psikologi mencoba menjelaskan fenomena ini dengan teori 'efek keanehan', dimana orang cenderung tertarik pada sesuatu yang berbeda atau aneh dari kebiasaan[1].

Tapi, jangan keliru. Tidak semua keanehan di mata orang lain berarti aneh juga di mata kita. Contoh sederhananya, siapa yang tidak tertarik dengan gaya berpakaian Lady Gaga yang aneh di mata sebagian orang, namun di mata lainnya justru menjadi daya tarik tersendiri? Jadi, konsep 'aneh' ini relatif dan sangat bergantung pada persepsi masing-masing. Oleh karena itu, setiap kita punya cara sendiri untuk 'menemukan cinta dalam keanehan'.

Ketertarikan Itu Kompleks, Bukan Hanya Soal Penampilan

Jika berbicara tentang ketertarikan, seringkali yang terlintas adalah soal penampilan fisik. Padahal, psikologi ketertarikan lebih kompleks daripada itu. Dalam jurnal Psychological Bulletin[2], disebutkan ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi ketertarikan, termasuk kepribadian, kemampuan sosial, hingga nilai-nilai yang dipercaya.

Sebagai contoh, seseorang yang memiliki keunikan dalam membina hubungan sosial bisa jadi lebih menarik dibanding orang lain yang hanya mengandalkan penampilan fisik. Misalnya saja, tokoh fiksi Sherlock Holmes. Dia mungkin tidak disebut ganteng dalam standar konvensional, tapi kejeniusannya, keunikan cara berpikir dan misteri di sekelilingnya justru membuatnya menarik.

Perasaan Sama-sama Aneh: Kebersamaan dalam Keanehan

Mungkin kita pernah merasa 'aneh' dan merasa tidak diterima oleh sekeliling. Nah, ketika bertemu dengan orang yang memiliki keanehan serupa, biasanya akan timbul rasa keterikatan. Ini disebut sebagai teori 'kebersamaan dalam keanehan'[3]. Singkatnya, kita merasa nyaman dan diterima ketika bertemu dengan orang yang memiliki keanehan yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun