Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyelam Lebih Dalam ke Dalam Iceberg Psikologi Kita

9 Agustus 2023   19:00 Diperbarui: 9 Agustus 2023   19:02 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Derek Oyen on Unsplash 

Psikologi kita bagaikan gunung es, dimana yang tampak hanyalah puncaknya. Yuk, menyelam lebih dalam!

Bayangkan diri berada di tengah lautan luas, menatap sebuah gunung es menjulang. Tampak megah, namun apa yang terlihat hanyalah puncaknya. Sama halnya dengan psikologi kita. Apa yang tampak dan kita rasakan sehari-hari hanyalah permukaan, puncak dari gunung es. Yuk, kita selami lebih dalam, menembus lapisan-lapisan gunung es ini, dan membuka wawasan baru tentang diri kita.

Penyelaman Pada Lapisan Teratas: Kesadaran

Begitu berinteraksi dengan dunia, orang-orang melihat apa yang tampak di permukaan, lapisan teratas dari 'Iceberg' kita. Inilah kesadaran, sisi paling nyata dan tampak dari psikologi kita. Di sini terjadi kerja keras otak kita sehari-hari, berpikir dan merespon, menentukan langkah dan mencerna pengalaman. Ini bagian yang paling mudah dipahami oleh semua orang, seringkali menjadi satu-satunya cara kita memahami diri sendiri dan orang lain.

Namun, adakah pernah bertanya-tanya, "Kenapa kok tiba-tiba bisa berpikir begitu?" atau "Darimana asalnya pikiran ini?" Nah, di sinilah mulai terbuka rahasia. Kesadaran hanyalah puncak dari sebuah gunung es. Jauh di bawah permukaan, ada lapisan-lapisan lain yang lebih dalam dan kompleks, yang mempengaruhi dan membentuk kesadaran kita.

Ini jelas bukanlah hal yang bisa diabaikan. Coba lihat film-film psikologi atau buku-buku yang sering dibicarakan, sejatinya semuanya bercerita tentang interaksi antara kesadaran dan lapisan bawahnya. Jadi, mari menyelam lebih dalam ke dalam lapisan selanjutnya.

Menembus Lapisan Kedua: Pra-Kesadaran

Selanjutnya adalah lapisan prakesadaran, tempat dimana informasi dan pengalaman tersembunyi, menunggu untuk muncul ke permukaan. Gampangnya, lapisan ini adalah gudang penyimpanan. Disimpan di sini segala macam hal yang pernah kita pelajari, pengalaman masa lalu, hingga fakta-fakta yang kita tahu tapi sering lupa.

Perlu diingat, prakesadaran bukanlah gudang penyimpanan sembarangan. Bayangkan seperti rak buku raksasa yang tertata rapi. Buku-buku ini bisa diambil sewaktu-waktu, kapanpun kita butuh. Dari fakta sepele seperti nama ibu kota sebuah negara, sampai kenangan indah masa kecil yang mendadak muncul saat mencium aroma tertentu.

Pantas saja, seringkali ada momen dimana kita bertanya-tanya, "Eh, kok tiba-tiba ingat ya?" atau "Darimana datangnya ide ini?" Itu semua berkat prakesadaran yang bekerja tanpa henti. Meskipun tak tampak di permukaan, prakesadaran memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran kita.

Lapisan Terdalam: Bawah Sadar

Kini kita sampai di lapisan terakhir, lapisan paling dalam yang sering disebut bawah sadar. Tempat yang misterius dan sulit dijelajahi. Di sini berdiam hasrat, keinginan, dan emosi yang paling dasar. Pengalaman dan trauma masa lalu juga sering tersimpan di sini, menjadi pemicu reaksi dan perasaan yang tidak kita mengerti.

Misterinya, meski tak bisa dijangkau oleh kesadaran, bawah sadar punya kekuatan besar dalam membentuk sikap dan perilaku kita. Seperti aktor di balik layar, bawah sadar mengendalikan banyak hal tanpa kita sadari.

Maka, penting bagi kita untuk mengenali dan memahami lapisan ini. Bukan berarti harus menjadi pakar psikologi, tapi setidaknya bisa menangkap sinyal dan memahami arti di baliknya. Karena, dengan memahami bawah sadar, kita bukan hanya mengenali diri kita lebih baik, tapi juga bisa mengelola diri dengan lebih baik.

Memahami Diri: Lebih dari Sekadar "Kenapa"

Setelah menyelam ke dalam ketiga lapisan ini, pasti ada pertanyaan, "Jadi, kenapa perlu mengetahui semua ini?" Jawabannya sederhana: pemahaman diri. Tak cukup hanya mengetahui "apa" yang kita pikirkan atau rasakan. Penting juga untuk tahu "kenapa" dan "darimana". Inilah yang akan membantu kita memahami diri kita sendiri dengan lebih baik.

Melihat hanya dari permukaan, kita hanya akan melihat fenomena yang terjadi tanpa tahu penyebabnya. Bayangkan bila kita lihat hanyalah lapisan es di permukaan laut, tanpa tahu betapa dalamnya gunung es yang berada di bawahnya.

Begitu mulai bertanya "kenapa" dan mencoba mencari jawabannya, kita mulai memahami diri kita sendiri dengan lebih baik. Ini bukan tentang mencari alasan atau pembenaran, tapi lebih ke arah memahami, menerima, dan mengelola diri dengan lebih baik.

Merajut Pemahaman: Sebuah Langkah ke Depan

Menyelam lebih dalam ke dalam 'Iceberg' psikologi kita bukanlah pekerjaan sehari dua hari. Butuh waktu, proses, dan kesabaran. Tapi percayalah, usaha ini tak akan sia-sia. Karena dengan pemahaman diri yang lebih baik, kita bisa menjadi lebih baik.

Misalnya, bila kita tahu bahwa rasa takut akan penolakan yang kita rasakan sebenarnya berasal dari pengalaman masa lalu, kita bisa belajar untuk mengatasi rasa takut tersebut. Bukan berarti harus melupakan atau mengabaikan masa lalu, tapi lebih kepada belajar dari masa lalu dan memakainya sebagai langkah untuk maju.

Jadi, ayo mulai hari ini. Mulai dengan bertanya pada diri sendiri, "Apa yang sedang kupikirkan?" dan "Kenapa aku berpikir begitu?" Bukan untuk mencari alasan atau pembenaran, tapi untuk memahami diri kita sendiri dengan lebih baik. Karena, dengan memahami diri sendiri, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Dari Teori ke Realita: Psikologi dalam Kehidupan Sehari-hari

Nah, jangan asal paham teorinya saja. Lebih penting lagi, bagaimana menerapkan pemahaman ini dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, ketika merasa cemas sebelum presentasi, apa yang bisa dilakukan? Bukannya larut dalam kecemasan, lebih baik bertanya, "Kenapa merasa cemas?" Bisa jadi, ini berasal dari pengalaman buruk saat presentasi di masa lalu atau rasa takut akan penolakan.

Setelah itu, apa yang bisa dilakukan? Bukan berarti harus menghindar atau mengabaikan rasa cemas. Sebaliknya, justru dengan mengenali dan memahami rasa cemas tersebut, bisa mencari cara untuk mengatasi dan mengendalikannya. Misalnya, dengan latihan presentasi berkali-kali atau mencari teknik relaksasi yang cocok.

Dan ingat, ini bukan hanya berlaku saat merasa cemas atau takut. Berlaku juga saat merasa marah, sedih, bahagia, dan lainnya. Jadi, mari terapkan pemahaman ini dalam kehidupan sehari-hari.

Menemani Perjalanan: Psikologi sebagai Pemandu

Memang, psikologi bukanlah jawaban atas segala pertanyaan atau solusi atas segala masalah. Tapi, psikologi bisa menjadi pemandu dalam perjalanan kita. Seperti peta yang menunjukkan jalan, psikologi bisa membantu kita memahami diri kita sendiri dan orang lain dengan lebih baik.

Misalnya, pernah merasa kebingungan saat berhadapan dengan perilaku teman yang aneh? Atau merasa frustrasi karena tidak mengerti mengapa selalu berulang-ulang melakukan kesalahan yang sama? Nah, dengan psikologi, kita bisa mulai mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Maka, jangan ragu untuk memanfaatkan psikologi sebagai pemandu dalam perjalanan hidup. Bukan berarti harus menjadi pakar psikologi, tapi cukup dengan memahami dasar-dasarnya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebuah Akhir yang Baru: Pemahaman sebagai Awal

Tak ada akhir dalam perjalanan ini. Setiap pemahaman yang didapat bukanlah titik akhir, tapi justru awal dari pemahaman baru. Oleh karena itu, jangan pernah berhenti belajar dan bertanya. Karena, setiap pertanyaan yang muncul justru menjadi awal dari pemahaman baru.

Maka, ayo jadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk belajar dan bertanya. Dan jangan takut untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Karena, dengan mencari jawaban, kita bukan hanya memahami diri kita sendiri dengan lebih baik, tapi juga bisa menjadi lebih baik.

Jadi, jangan pernah berhenti belajar dan bertanya. Dan ingat, tak ada yang salah dengan tidak tahu. Yang penting adalah mau belajar dan mencari tahu. Karena, dengan belajar dan mencari tahu, kita bisa menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun