Keseimbangan dalam menggunakan humor adalah kunci. Sebagai individu, kita perlu belajar bagaimana memasukkan humor dalam komunikasi tanpa merusak esensi dari pesan yang ingin disampaikan. Dan sebagai bagian dari masyarakat, kita perlu memahami bagaimana humor dapat berfungsi sebagai jembatan emosional yang menghubungkan kita dengan orang lain.
Ingat, humor bukanlah tujuan akhir, melainkan alat yang dapat membantu kita mencapai tujuan tersebut. Dengan memahami dan menggunakan humor dengan bijak, kita bisa membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain dan menjalani hidup yang lebih bahagia.
Referensi:
- Freud, Sigmund. (1928). Humor. International Journal of Psychoanalysis, 9, 1-6.
- Martin, R. A., Puhlik-Doris, P., Larsen, G., Gray, J., & Weir, K. (2003). Individual differences in uses of humor and their relation to psychological well-being: Development of the Humor Styles Questionnaire. Journal of Research in Personality, 37, 48--75.
-
Petrides, K. V., Vernon, P. A., Schermer, J. A., Veselka, L., & Saucier, G. (2009). Trait emotional intelligence and the dark triad traits of personality. Twin Research and Human Genetics, 12(1), 35-41.
Berk, L. S., Tan, S. A., Fry, W. F., Napier, B. J., Lee, J. W., Hubbard, R. W., ... & Eby, W. C. (1989). Neuroendocrine and stress hormone changes during mirthful laughter. The American journal of the medical sciences, 298(6), 390-396.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI