Manfaat 'Learned Optimism'
Selain berdampak pada kesehatan mental, Learned Optimism juga memberikan manfaat lain. Salah satunya adalah dalam hal produktivitas. Yup, dengan memiliki pandangan yang positif, kita menjadi lebih semangat dan termotivasi untuk mencapai tujuan.
Manfaat lainnya adalah dalam hal hubungan sosial. Dengan optimisme, kita lebih mudah untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Karena percaya deh, orang lain juga merasakan energi positif yang kita pancarkan.
Bukan cuma itu, optimisme juga berpengaruh pada kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang optimis memiliki risiko yang lebih rendah untuk menderita penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya. Jadi, manfaatnya tidak hanya untuk pikiran, tapi juga untuk tubuh kita.
Bagaimana Cara Belajar Optimisme?
Belajar optimisme tentu bukan hal yang instan. Tapi, ada beberapa langkah yang bisa dicoba. Salah satunya adalah dengan melatih diri untuk lebih sering melihat sisi positif dari setiap situasi.
Kedua, cobalah untuk lebih bersyukur. Mengingat hal-hal yang bisa kita syukuri dalam hidup ini bisa membantu kita untuk lebih optimis. Dan ketiga, cobalah untuk selalu belajar dari setiap kesalahan dan kegagalan. Jangan melihatnya sebagai akhir dari segalanya, tapi sebagai pelajaran yang berharga.
Contoh 'Learned Optimism' dalam Kehidupan Sehari-hari
Sekarang, kita coba lihat contoh aplikasi Learned Optimism dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika mendapatkan nilai yang kurang baik dalam ujian. Daripada merasa sedih dan putus asa, cobalah untuk melihat ini sebagai peluang untuk belajar dan memperbaiki diri.
Atau misalnya ketika gagal mendapatkan pekerjaan yang diimpikan. Daripada merasa terpuruk, cobalah untuk melihat ini sebagai kesempatan untuk mencari pekerjaan yang mungkin lebih cocok dan lebih baik.
Tantangan dalam Menerapkan 'Learned Optimism'