Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Eksistensialisme, Mengurai Kompleksitas Fenomena Zaman Now

28 Mei 2023   19:00 Diperbarui: 2 Juni 2023   13:45 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Tetap tampil eksis bersama teman. (Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash)

Dengan begitu, kita bisa menjalani hidup dengan penuh makna dan kepuasan, meskipun di tengah ketidakpastian dan perubahan yang terjadi.

Terakhir, jangan lupa untuk selalu berbagi dan berempati. Kita semua berada dalam perjalanan mencari makna hidup kita sendiri, dan ini adalah proses yang unik dan berharga. Mari kita hargai proses tersebut dan saling membantu satu sama lain.

Referensi:

  1. Cooper, D. E. (1999). Existentialism: A Reconstruction. Wiley-Blackwell.
  2. Flynn, T. (2006). Existentialism: A Very Short Introduction. Oxford University Press.
  3. Kierkegaard, S. (1983). Fear and Trembling. Penguin Classics.
  4. Sartre, J. P. (2007). Existentialism is a Humanism. Yale University Press.
  5. Yalom, I. D. (1980). Existential Psychotherapy. Basic Books.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun