Lama tidak membuka blog saya di kadomutiara.blogspot.com (bukan untuk bermaksud promosi). Di situ saya temukan kutipan kalimat dari Dalai Lama ke-14 yang saya jadikan “judul” pada tulisan ini.
Dalai Lama ke-14 atau yang dikenal juga dengan nama Tenzin Gyatso telah menerima Nobel Perdamaian Dunia pada tahun 1989. Nobel itu beliau dapatkan karena perjuangannya membebaskan rakyat Tibet, namun perjuangan yang beliau lakukan menarik karena tanpa menggunakan kekerasan.
Dalai Lama telah menegaskan bahwa damai bukan hanya solusi yang dipilari oleh toleransi. Namun juga sikap saling menghormati untuk melestarikan sejarah dan warisan budaya dari umat yang dia pimpin.
Praktek saling menghormati ini penting untuk menjaga keutuhan & kedamaian hidup sebuah bangsa, apalagi untuk Negara kita yang memiliki beragam suku, agama & ras. Entah siapa / darimana pengklasifikasikan manusia yang menjadi istilah SARA tersebut. Saya lebih suka menganggap kita ini satu Bangsa, Bangsa Indonesia.
Urusan agama & suku bisa menjadi hal yang sensitif pada sebagian besar orang. Agama mengajarkan kebaikan dan merupakan hubungan yang paling pribadi antara manusia dengan Tuhan. Dengan agama, manusia akan mendapatkan kedamaian & keyakinan untuk menjalani kehidupannya. Tentu akan menjadi sebuah masalah jika kedamaian & keyakinan seorang manusia diusik, ya manusiawi.
***
Saya memiliki seorang sahabat, Ia berasal dari NTT. Anaknya kecil, lucu, ramah dan suka tertawa. Ia suka memakai topi hitam bertuliskan #BetaNTT dan memakai gelang tangan serta asscessories bersimbol agamanya. Ia punya keyakinan agama yang teguh & khusuk dalam menjalankan ibadah.
Kami memiliki perbedaan suku & agama. Perbedaan ini tidak pernah saling kita bahas. Malah kita saling gantian traktir makan, tiap hari nongkrong, berbagi cerita atau jalan bareng. Meski kita beda suku & agama, kita bersaudara sebagai manusia.
Ya anggap saja sudah hukum alam, dunia ini memiliki banyak warna. Jika kita melihatnya hanya hitam-putih atau benar dan salah tanpa bisa melihat dari berbagai sisi, sama saja kita seperti orang yang buta warna. Tidak bisa melihat perbedaan dan menghargainya.
***
Bhineka tunggal ika yang merupakan semboyan keramat Negara kita adalah ajaran yang sangat luhur pada masa kejayaan Majapahit. Semua juga sudah tahu artinya. Ini penting jika kita menyadari bahwa kita hidup pada suatu Negara, terlebih Negara Indonesia yang memang memiliki banyak keberagaman. Keberagaman ini indah jika kita bisa bisa melihat warna dunia.
Dua kali saya mengunjungi Taman Werdhi Budaya Art Centre pada acara pekan kesenian Bali yang diadakan setiap tahun sekali. Acara berlangsung satu bulan penuh. Kunjungan dari Presiden & seluruh pelajar di Indonesia berkumpul di sini. Disatukan oleh wadah bertajuk kesenian, setiap perwakilan dari tiap daerah di Indonesia bisa menunjukkan kesenian & budayanya baik berupa pakaian daerah, bahasa, tarian & musik dari alat musik daerah.
***
Kembali lagi ke Judul untuk menyikapi perbedaan, berikut kutipan dari ajaran agama Islam, “SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH YANG PALING BERMANFAAT BAGI MANUSIA LAINNYA.” ini adalah sebuah hadist dari ajaran agama Islam tentang kemanusiaan. Tidak juga membicarakan tentang agama, suku maupun ras. Tak Beda jauh, mengutip kata Khalifah Ali Bin Abi Thalib. “DIA YANG BUKAN SAUDARAMU DALAM IMAN, ADALAH SAUDARA DALAM KEMANUSIAAN.”
Demikian tanpa bermaksud menyinggung siapapun, semoga bermanfaat…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H