Harapan orang tua, siswa dan guru untuk bisa sekolah secara Pembelajaran Tatap Muka (PTM) meski masih terbatas di kota Bandung sedikit terganggu.
Pasalnya, sejumlah siswa dan guru dinyatakan positif covid-19 usai tes PCR. Jumlah nya pun terus bertambah, dari awal 80 siswa dan 4 orang guru, kini menjadi 117 orang siswa. Lantas apakah jumlah tersebut akan bertambah dan sekolah akan kembali memberlakukan Pembelajaran Tatap Jauh (PJJ) ?
Sebagai orang tua dengan dua orang anak yang sedang bersekolah di tingkat sekolah dasar dan menengah pertama tentunya berharap PTM terbatas yang baru saja berlangsung ini bisa diteruskan. Agar semangat belajar yang baru saja tumbuh tidak kembali layu. Apalagi, hal ini selaras dengan program pemerintahan presiden Jokowi yakni "SDM Unggul" yang tak boleh surut hanya karena pandemi covid 19.
Keresahan para orang tua murid ini, ditangkap oleh Persatuan Guru Nahdlatul ulama (pergunu). Bahkan Ketua Pergunu Jabar, H. Saepulloh, M. Pd menegaskan dukungannya pada Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim yang mendorong dilaksanakannya PTM.
Menurutnya, munculnya yang positif setelah melakukan PTM dipastikan akan terjadi, namun tidak boleh menghentikan pelaksanaan PTM. Solusinya, bagaimana kita mencegah, melokalisir yang postif, dan menyembuhkannya. Selain itu, Optimalisasi peran UKS/M (Unit Kesehatan Sekolah/Madrasah) dalam Satgas Covid-19 sangat diperlukan.
"Dan itu adalah kerjasama seluruh stakeholder pendidikan, bukan hanya Bapak Mendikbudristek, tapi orang tua, guru, komunitas sekolah, siswa, dan lingkungan sekolah, dan keluarga" ujar Gus Saepulloh - panggilan akrab Saepulloh dalam suatu perbincangan.
Gus Saepulloh menuturkan, prinsip kehati-hatian dalam menjalankannya (PTM) sangat diperlukan, karena vaksin belum mencakup seluruh guru dan siswa, selain itu beberapa siswa usia tertentu belum diperbolehkan vaksin.
"Dengan demikian berhati-hati dan tetap menjalankan protokol kesehatan adalah langkah wajib" tegasnya.
Sampai disini, semangat para orang tua, siswa dan guru mulai kembali tumbuh. Tapi persolan nya belum selesai sampai disitu, karena tidak sedikit sekolah yang sudah tatap muka, kembali tutup lagi, dan menyisakan korban covid-19 di kalangan guru yang sudah divaksin, lebih lagi siswa yang belum atau belum bisa divaksin.
Menjawab hal tersebut, Asep Rukmana selaku Ketua Lembaga Pengembangan Pengobatan Tradisional (LPPT) Pergunu mengatakan bahwa Herd Immunity melalui vaksin adalah salah satu solusi yang nyata, dan hal tersebut sedang digarap pemerintah.
"Bersamaan dengan itu sangatlah tidak salah, bahkan cenderung sangat berbudaya, jika Bapak Mendikbudristek mengingat dan punya keberanian menjalankan budaya, tradisi nusantara yang sudah mengakar, dan terbukti ampuh untuk mencegah bahkan mengobati virus Covid-19." Tegasnya.
Salah satu budaya, tradisi nusantara itu, yang kebetulan menjadi buah karya dari LPPT PERGUNU Jabar, yaitu Jamu tradisi nahdiyin, Jamu AVC.
"Jika saya diberi kewenangan berpendapat, sederhana sekali pendapat saya "tidak salah melirik tradisi Indonesia", "tidak salah jika melirik tradisi nahdiyin", jamu AVC buah karya LPPT PERGUNU yang diijasahi rotibul qubro oleh Habieb Luthfi bib Yahya, yang sangat aman diminum dari mulai bayi, ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan yang punya komorbid. Semoga Bapak Mendikbudristek berkenan membuat seluruh stakeholder pendidikan merasa tenang dalam menjalankan PTM dan menjadi solusi untuk mutu pendidikan Indonesia, sehingga bonus demografi bisa benar-benar dinikmati dan disiapkan dari sekarang." Pungkasnya.
Sebelum menutup perbincangan, Gus Saepulloh menambahkan bahwa diperlukan langkah untuk meningkatkan kesadaran kemerdekaan belajar yang sebenarnya. Bonus demografi harus mulai digarap dari sekarang.
"PTM tetap dijalankan, supaya learning loss bisa diminimalisir dengan syarat pemerintah melalui Bapak Mendikbudristek bisa menjamin keselamatan dan kesehatan guru dan siswa; karena yang divaksin itu tidak ada jaminan tidak bisa terinfeksi covid-19 (dalam istilah ilmiah disebut Breakthrough Case), apalagi siswa atau mahasiswa belum divaksin atau belum bisa divaksin". Ujarnya.
Alasan yang sangat masuk akal, apalagi kita sebagai orang tua memperoleh kesimpangsiuran informasi dan fakta di lapangan yang tidak seindah yang disampaikan. Tidak sedikit sekolah yang sudah tatap muka, kembali tutup lagi, dan menyisakan korban covid-19 di kalangan guru yang sudah divaksin, lebih lagi siswa yang belum atau belum bisa divaksin.
"Hal tersebut adalah tanggung jawab pemerintah supaya orang tua, guru, dan stakeholder pendidikan lainnya meyakini dan menjalankan bahwa PTM sangat penting untuk Indonesia, dan PERGUNU mendukung hal tersebut." Pungkasnya.
Semoga saja pandemi ini cepat berlalu, sehingga semua bisa kembali berjalan seiring seirama termasuk dalam hal pendidikan utama PTM yang aman, damai sentosa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI