Sore baru beranjak menyisakan sedikit cahaya redup mentari saat kembali ke peraduanya. Udara kota Bandung senja itu cukup panas, 25 derajat Celcius seperti yang tertera di layar smartphone yang dijejali oleh berbagai aplikasi. Hilangnya sejumlah pohon digantikan hutan beton membuat udara di kota Bandung sudah tidak lagi sesejuk seperti dulu.
Roda berputar lambat saat menapaki aspal, karena terhambat oleh berjejalnya kendaraan yang menenuhi jalanan kota Bandung yang tidak bertambah, panjang maupun lebarnya. Para pengendara seakan berlomba lomba untuk secepatnya pulang setelah seharian mencari nafkah untuk anak istri di rumah.
Karena jalanan masih cukup padat, mobil tua keluaran tahun 1976 ini akhirnya kubawa parkir ke sebuah angkringan yang terletak di kawasan Jalan Rajawali Bandung. Dari jauh senyum lebar yang menjadi ciri khas pemilik angkringan bimo 142 ini mengembang lebar.
Sapaan hangat selalu dilontarkan kepada para pengunjung, sehingga secara tidak langsung menciptakan suatu ikatan tersendiri, sebuah interaksi sosial yang sudah mulai susah didapat di jalam milenieal seperti sekarang ini, dimana individu cenderung menjadi autis, jemari menari dan mata melototi layar smartphone nya hehehe.
"Dari mana nih, lama tidak ketemu" ujar Bimo sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. "Biasa abis keliling kota, mencari dan melihat geliat kota yang tidak pernah lelah" sahutku sambil menyambut uluran tangannya. "Nge Bir ah, biar badan seger lagi. Penat rasanya badan ini, menyusuri kemacetan yang tak berujung" ungkap ku sambil tersenyum.
"Siap sebentar tak siapkan dulu yah Bir nya. Dingin kan? Seperti biasanya" ujar Bimo."Yup, Bir dingin ya" ujarku singkat sambil mata jelalatan melihat sejumlah paha montok dari ayam negeri yang tersaji didepan mata (Ayam asli ini yah, bukan ayam ayam man hehehe)
Jemari bimo dengan terampil menyiapkan sejumlah bahan yang dibutuhkan, kemudian dimasukan dalam sebuah botol shaker dan dituangkan air rebusan jahe ke dalam botol tersebut. Tidak lupa beberapa potong es batu juga ditambahkan untuk memberikan efek dingin kepada minuman ini. Setelah di kocok, lalu dituangkan ke dalam sebuah gelas besar.
Tidak sampai lima menit, minuman berwarna coklat keemasan dengan buih putih diatasny memenuhi gelas tersebut sudah tersaji. "Monggo mas, ini Bir nya, fress from shaker" ujar Bimo sambil tertawa.
Minuman Raja
Minuman yang populis disebut Bir Jawa ini, pertama kali diperkenalkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Kala itu, Sultan sering sekali melihat kebiasaan tentara Belanda minum Bir untuk menghangatkan badan. Dalam pertemuan pertemuan pun, orang orang Belana kerap menawari Sultan. Namun karena tidak suka, maka Sultan membawa Bir sendiri yang dinamakan Bir Jawa.
Menurut mas Bimo, karena sejumlah rempah yang ada dalam Bir Jawa ini, membuatnya kaya akan khasiat seperti untuk ngobatin masuk angin, sakit kepala ataupun demam. Jika ditelisik hal ini bukan isapan jempol belaka, karena rempah yang digunakan memang punya khasiat yang manjur.
Seperti Jahe yang berhasiat untuk mengobati perut kembung dan masuk angin. Kemudian ada secang yang punya khasiat sebagai anti radang dan peningkatan imun tubuh, lalu ada kapulaga yang punya khasiat untuk mencegah pembekuan darah. Selain itu juga kapulaga punya kandungan vitamin c dan mangan yang baik untuk mencegah osteolorosis.
Bahan lainnya yang ada dalam Bir Jawa adalah sereh, nah sereh ini punya manfaat menurunkan berat badan, mengatasi insomia dan menjaga kesehatan kulit. Selain itu kandungan jeruk nipis yang ada dalam Bir Jawa pun bisa buat pencernaan lancar dan menurunkan gula darah.
Tidak terasa waktu sudah mendekati pukul 21, arus lalu lintaspun sudah mulai lenggang sehinda kondusif untuk segara pulang. Setelah berpamitan aku pun kembali menjalankan mobil tua ini mengarah ke Bandung Barat.
Sebuah tembang lawas dari biduan sam saimun mengalun sayup sayup dari angkringan sederhana namun kaya akan makna persaudaraan dam persahabatan tersebut. Melalui Bir Jawa ini, persahabatan itu tetap kekal tidak lekang dan lestari seperti kuliner nusantara yang melegenda. Tetap sehat dan selalu bahagia untuk kembali menikmati kuliner asli Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H