Bagi saya sebagai penonton layar kaca sejati, jelas saya tidak bisa merasakan panasnya atmosfer di stadion tersebut. Namun, saya hanya ada satu frasa yang saya ketahui untuk kejadian ini: sudah biasa. Sudah biasa kalah, sudah biasa rusuh.
Saya masih bisa melihat bahwa menonton sepakbola bisa membuat orang dewasa yang bijak menjadi anak kecil pemberontak. Regresi tersebut ditunjukkan dengan menunjuk orang lain sebagai kambing hitam, bersumbu pendek, serta rasionalitas yang diprioritaskan paling akhir.
Disini saya bukan menyalahkan ataupun menjelek-jelekkan suporter kita. Saya cuma ingin mengajak bahwa dengan menelan pil "nasionalisme", bukan berarti kita bertindak seenak udel sendiri walaupun tujuannya untuk negara.
Mulailah Tunjuk Hidung Sendiri
Kita mungkin perlu belajar dari Inggris soal bagaimana cara merubah mental suporter mereka. Pada tahun 1980-an, Inggris dikenal dengan sebagai lumbungnya para hooligans beringas.
Salah satunya adalah fans Liverpool dengan Tragedi Heysel-nya yang meskipun menjadi sejarah kelam, tetapi menjadi sebuah revolusi bagi para suporter Inggris.
Tragedi Heysel ini bisa dibilang sepuluh kali lebih kejam daripada kejadian senin kemarin. Tidak tanggung-tanggung, ada 39 nyawa yang melayang dalam kejadian itu yang sebagian besarnya adalah fans Juventus.
Kejadian tersebut berlangsung sekitar satu jam sebelum pertandingan. Bermula dari para Juventini yang memprovokasi para Kopites di luar lapangan stadion. Para Kopites yang tidak terima membalas provokasi tersebut secara lebih brutal sehingga beberapa Juventini kehilangan nyawa temannya.
Walaupun ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya kisruh tersebut, Perdana Menteri Inggris saat itu, Margaret Thatcher lebih memilih untuk menyalahkan sepenuhnya pada suporter.
Tidak hanya Liverpool saja yang disalahkan, tetapi satu persepakbolaan Inggris juga kena getahnya. Akhirnya, FIFA menghukum Inggris dengan melarang semua klub Inggris tampil di seluruh dunia selama 5 tahun (6 tahun untuk Liverpool).
Baca:Â Bagaimana Inggris Merubah Tragedi Heysel dari Duka menjadi Laba?
Setelah kejadian memilukan tersebut, Federasi Sepak Bola Inggris (FA) melakukan langkah cukup dibilang gila. FA mencoba untuk menghilangkan pagar-pagar pembatas yang biasa ada dalam stadion di Inggris.