"Oh, sekarang giliran Bapak, ya?" pemilik warung balik tanya.
"Iya, Pak," jawab saya.
"Terserah Bapak saja, mau memberikan berapa," katanya. Akhirnya, saya membelikan 2 sacet kopi hitam, 2 sacet kopi susu, dan 4 bungkus roti.
"Harus saya antar ke mana termos dan makanan ini, Pak?" tanya saya kembali.
"Gantungkan saja di pagar," jawab pemilik warung. "Nanti juga ada yang menngambil."
Sekembali dari warung, saya langsung menggatungkan termos berisi air panas dan plastik berisi kopi serta roti. Setelah itu, kami tertidur.
Keesokan paginya, saya lihat termos itu menggantung di pagar rumah tetangga sebelah kami, rumah yang dihuni oleh seorang kakek.
Setelah beberapa bulan berlalu, pagi ini, termos itu kembali lagi ke pagar rumah saya dengan model yang berbeda. Hingga hari ini, saya tidak tahu siapa yang menggantung dan mengambil termos itu. Hanya saja, sekarang, saya tahu apa yang harus saya lakukan dengan termos itu. Malam nanti, giliran saya menyediakan kopi dan roti buat penjaga malam di RT kami yang belum saya ketahui nama dan sosoknya hingga hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H