Mohon tunggu...
Denny_JA Fanpage
Denny_JA Fanpage Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Satu Pena

Kumpulan Catatan Denny JA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mereka Yang Mulai Teriak Merdeka Bagian 1 Oleh Denny Ja

19 Januari 2025   10:54 Diperbarui: 22 Januari 2025   07:27 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka Yang  Mulai Teriak Merdeka (1)

DAN LAHIRLAH BUDI UTOMO

Oleh Denny JA

(Batavia, 1908. Di tengah gemuruh kebangkitan Budi Utomo, seorang dokter muda menghadapi dilema: hidup makmur dalam jajahan kolonial atau ambil risiko mengabdi kepada bangsanya yang terjajah)

-000-

Lelaki tua itu datang sebagai pasien.

Tubuhnya lapuk seperti kayu rapuh.

Lihatlah keringatnya,

ekspresi hari-harinya yang terampas.

Tangan kasar penuh luka,

dari tanah yang ia bajak, bukan untuknya, tapi untuk penjajah.

Di meja Soetomo, ia berbisik:

"Dokter, adakah obat untuk tanahku?

Tubuhku mungkin sembuh,

tapi negeriku berdarah.

"Aku sakit, Dokter,

sakitku bukan karena virus,

tapi karena ketidakadilan penjajah,

karena derita yang kupikul.

Kau tak bisa sembuhkan aku

hanya dengan obat biasa.

Sembuhkan aku dari penindasan.

Dari ketidakadilan."

Pasien itu menangis,

pelan dan dalam.

Air matanya menjadi percik api,

membakar daun kering di hati sang dokter muda.

Itulah awal api yang menyala.

Dokter Soetomo diam merenung.

"Tak ada kekuatan yang lebih dahsyat daripada pikiran-pikiran yang berpadu.

Ia api yang tumbuh menjadi kobaran besar, membakar belenggu penjajahan demi kebebasan bangsanya."

Catatan itu ditulis oleh Darta,

ketika ia merapat ke sana, sebagai asisten Dr. Soetomo.

Di balik tembok-tembok putih rumah sakit kolonial,

Darta melihat dokter muda,

berdiri dengan tatapan tajam namun ragu.

Dr. Soetomo, ia dipanggil.

Sejak saat itu,

renungan kemerdekaan selalu mengganggunya.

Tangannya terampil, pikirannya cerdas,

diberi jalan keemasan oleh tangan penjajah,

namun jiwanya terantuk pada jerit rakyat yang terabaikan.

Saat itu, di sekolah-sekolah,

Dr. Wahidin berkeliling, suaranya menyusup lembut, membawa gagasan kemerdekaan,

ilmu pengetahuan, dan persatuan sebagai cahaya baru.

Soetomo tersentuh oleh Dr. Wahidin.

Bukan pedang, tapi pendidikan yang menyalakan api kebangkitan.

Malam-malam Dokter Soetomo adalah perpustakaan yang luka.

Ceramah Dr. Wahidin menjadi buku kedua.

Penderitaan pribumi itu buku pertama.

Dan kabar kemerdekaan aneka negeri jauh di seberang lautan sana menjadi halaman terakhir.

Di malam sunyi, dokter itu merenung:

"Apakah pengetahuanku hanya sekadar layar

untuk perahu bangsa penjajah?

Ataukah ia menjadi obor

yang menyala untuk bangsaku yang terjajah?"

Ia tahu, langkahnya bisa berujung tiang gantung,

namun hatinya adalah tambang api,

membakar dirinya perlahan,

hingga kemerdekaan lahir

atau dirinya hangus.

Batavia, 1908---di bawah langit berdebu,

gedung-gedung kolonial menjulang angkuh,

Dr. Soetomo sekali lagi merenung.

"Aku, dokter bagi mereka yang tak bersuara,

bagi mereka yang terluka di negeri sendiri."

Hari itu, ia memilih jalan yang sulit,

jalan ketika hati dan nurani bersatu,

jalan tempat pengabdian lebih berharga daripada hidup nyaman.

"Aku dokter, tak hanya sembuhkan raga pasien,

tapi pulihkan pula bangsaku yang sakit, yang terjajah."

Batavia menyaksikan perjalanan hidupnya.

Ia mengukir sejarah.

Ia tak ingin menjadi batu di pilar kolonial, melainkan tetesan embun yang diam-diam menyuburkan tanah bangsa,

yang menghidupkan pagi.

Lalu berdirilah Budi Utomo.

Badan pertama kaum terpelajar pribumi.

1.200 anggotanya menyalakan lilin,

di tengah gelap penjajahan.

Sejarah baru mulai ditulis.

Jalan menuju merdeka, dimulai.

Darta menjadi saksi.

Kobaran besar yang dinyalakan seorang dokter muda, Dokter Soetomo.***

Jakarta, 19 Januari 2025

(1) Puisi esai ini diinspirasi kisah hidup Dr.Soetomo ketika membangun Budi Utomo.

https://institutharkatnegeri.org/pahlawan/dokter-teladan-penggerak-kebangkitan-nasional/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun