Argumen utamanya adalah demokrasi di Indonesia cenderung kehilangan esensinya karena korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan manipulasi politik.Â
Penulis menyoroti bahwa meskipun demokrasi adalah pilihan sistem pemerintahan Indonesia, pelaksanaannya jauh dari ideal. Sistem partai politik dan pemilu dianggap lebih melayani elite dibandingkan rakyat.Â
Kritik juga diarahkan pada lemahnya checks and balances dalam pemerintahan Jokowi, yang dinilai memperkuat otoritarianisme terselubung .
Namun ada juga esai berjudul: "Integrasi Teknologi AI dan Big Data Perlancar Pilkada 2024"
Penulisnya Rayendra L. Toruan
Esai ini memuji penggunaan teknologi di era Jokowi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pemilu.Â
Penulis menekankan bahwa integrasi AI dan Big Data telah membawa dimensi baru dalam demokrasi Indonesia, terutama dalam pengelolaan data pemilih, pengawasan, dan penghitungan suara.Â
Jokowi disebut sebagai pemimpin yang visioner karena mengarahkan transformasi digital yang membantu mengatasi tantangan pemilu di negara dengan populasi besar seperti Indonesia.Â
Pendekatan ini dipandang sebagai kontribusi signifikan Jokowi dalam memperkuat fondasi demokrasi .
Dua esai ini mencerminkan kompleksitas pandangan terhadap Jokowi, mencakup apresiasi atas inovasi teknologinya, tetapi juga kritik tajam terhadap masalah struktural dalam demokrasinya.
Kapal Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA sempat terombang-ambing saat itu.