Tapi di dapur bambu mereka,
hanya ada tungku kosong
dan bara yang padam sebelum subuh.
Suara derita itu seolah hilang,
terkubur dalam sunyi.
ia bunga yang dipanah,
berdarah tetapi tak berteriak.
Suasana berubah ketika ada yang menuliskannya.
Di rumah kayu di Amsterdam,
Multatuli menggenggam pena.
Ia mendengar suara-suara
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!