Mohon tunggu...
Denny Hartanto
Denny Hartanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Mahasiswa Aktif Departemen Teknik Kelautan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Potensi Produksi Garam di Pesisir Wilayah Banten

21 Juni 2024   19:08 Diperbarui: 21 Juni 2024   19:10 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Karangantu

Salinitas di Stasiun 1 (Karangantu) terukur  dalam kisaran  rendah. Penurunan salinitas pada  titik  pengambilan sampel pertama di Karangantu terjadi pada tahun. Sebab, pada suatu hari terjadi hujan yang menyebabkan salinitas turun pada tahun. Perairan Teluk Banten mengalami tekanan hebat dari daratan dan perairan sekitarnya dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya aktivitas industri, kawasan pemukiman, dan adanya lokasi penambangan pasir skala besar di perairan teluk. Kegiatan ini mengakibatkan tingginya tingkat pencemaran air dengan logam berat.

Berdasarkan hasil Balai Penelitian Kualitas Air ditemukan bahwa kandungan  logam berat pada air Karangantu masih  di bawah baku mutu air. Prihatini (2013) menyatakan bahwa pencemaran yang berlebihan dan terus menerus dapat  menyebabkan penurunan pH (pengasaman) air laut. Proses ini melepaskan (melarutkan) logam yang ada di dasar badan air ke dalam badan air sehingga menyebabkan konsentrasi logam di dalam badan air melebihi ambang batas  yang ditentukan.

Pulau Dua

Berdasarkan pengukuran salinitas, salinitas Pulau Dua  berada pada kisaran yang baik, sehingga cocok untuk dijadikan kolam garam. Stasiun tersebut berisi kolam bekas yang diduga digunakan untuk membuat kolam garam, dan letaknya jauh  dari muara. Namun permasalahan muncul karena  Pulau Dua merupakan  cagar alam  atau hutan lindung sehingga memerlukan kerjasama antar pemangku kepentingan.

Domas

Gambaran umum Stasiun 3 menyebutkan terdapat kolam yang digunakan masyarakat sekitar untuk  budidaya alga dan ikan bandeng. Selain itu, kawasan tersebut juga memiliki jalur air Kolam yang memudahkan aliran ke kanal dan area Kolam saat permukaan laut sedang tinggi. Salah satu syarat penggunaan kolam sebagai kolam garam adalah bagian bawahnya harus kedap air (Adi et al 2007).

  Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, keberadaan rumput alang (Cyperus rotundus) menunjukkan apakah tanah mempunyai impermeabilitas yang tinggi. Keberadaan rumput alang-alang pada area tambak menunjukkan bahwa kondisi tanahnya liat dan  berpasir serta mempunyai kemampuan  menahan air (Harjadi dkk. 2014). Sedangkan  untuk penaburan garam kami menggunakan  tanah liat  yang dapat menekan kebocoran air. Permasalahan lainnya adalah  tingginya kadar lumpur dan banyaknya limbah hutan bakau yang akan berdampak pada penurunan kualitas garam yang  dihasilkan.

Lontar

Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, ditemukan penambangan pasir yang menyebabkan kerusakan lingkungan  di wilayah tersebut sehingga mengakibatkan peningkatan kerentanan  di pesisir pantai Lontar. Salah satu dampak penambangan pasir besar-besaran di Lontar adalah  erosi dan penumpukan pantai di area penambangan pasir dan  sekitarnya. Akresi  adalah perubahan garis pantai menuju lautan terbuka yang disebabkan oleh proses sedimentasi. Jika tercampur dengan lumpur akibat penambangan pasir, biogeokimia lainnya dapat mempengaruhi kualitas air jika kekeruhan air bersifat persisten dan/atau tersuspensi (Prihantono dkk. 2014).

Tanjung Kait

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun