https://wartakota.tribunnews.com/
Kawanku yang satu ini, benar-benar menyukai tantangan. Setelah melalui analisa yang mendalam, kemudian langsung diputuskan untuk menghadang tantangan itu atau tidak sama sekali. Dia perempuan perkasa, hobbynya traveling dan kuliner, mengajar bagian dari itu. Berbagai macam trophy nangkring di lemari rumahnya hasil dari berbagai macam lomba, festival, yang merupakan makanan sehari-harinya. Mengajar Bahasa Inggris di bilangan blok M, tempat dia mengabdikan diri.Â
Dia seorang yang supel dan mudah bergaul, apalagi tersenyum. Tapi jangan coba-coba mengkhianatinya, seumur hidup tidak akan dilupakan. Kalau bicara mengasihi sesama, jangan ditanya, sekeluarganya sangat penyayang kepada masyarakat kaum yang belum bernasib baik. Ke luar negeri sebelum pandemi, seperti berangkat ke puncak saja, karena terlalu sering, diundang ke sana.
Hari ini, kawanku itu perlu mendapat nasihatku. Sepertinya dia silap dan beresiko. Terbayang sudah olehku dia akan dipanggil dan diproses karena telah melakukan tindakan pembohongan publik. Aku mulai mencari kalimat yang pas untuk memberi nasihat padanya, ketika aku dan beberapa teman, makan di sebuah restoran. Memang dia memesan berbagai macam buah-buahan, yang sudah dipotong-potong dadu, lalu sepiring sayuran lalapan. Selain itu kami memesan soto betawi, gulai babat dan usus, gulai otak, rendang daging, kikil dan masing-masing segelas milkshake. Dia asyik dengan ponselnya mematut buah-buahan dan sayuran, lalu klik, terekam dalam ponselnya. Aku geleng-geleng kepala. Ini yang ku khawatirkan. "Tenang bro and sis, aku upload foto buah dan sayur saja sesuai program diet". Ujarnya ketika mengupload ke medsos. Lalu menyantap soto betawi, gulai babat dan usus plus otak sapi digado. Diet kah?Â
-salamggsÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H