Mohon tunggu...
Denny Eko Wibowo
Denny Eko Wibowo Mohon Tunggu... Dosen - Long Life Learner - Enthusiast in Research of Performing Arts and Culture

D3 Bahasa Jepang Univ.Diponegoro - S1 Seni Tari ISI Yogyakarta - S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa UGM - Dosen Tari Universitas Universal Batam

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Jejak Kumandang Sastra dan Alih Wahana Kata-kata

10 Oktober 2022   21:50 Diperbarui: 10 Oktober 2022   23:55 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Penyair 'trio cikgu' di atas pentas. (foto Denny E. Wibowo, 26 September 2022)

Sastra Melayu telah jadi bagian dari sastra Nusantara sebab ruang lingkupnya menggunakan bahasa Melayu sebagai perantara bahasa di wilayah tersebut. 

Alisyahbana menyebutkan bahwa bentuk karya sastra Melayu berwujud prosa dan puisi, dan puisi lama menjadi pancaran masyarakat lama ialah pantun dan syair yang digemari di dunia Melayu (Sutrisno, 2016). 

Tampaknya tradisi merangkai kata-kata dalam bentuk puisi dikembangkan dari tradisi syair-syair Melayu yang wujudnya lebih panjang dari bentuk pantun. Syair tidak mengenal sampiran, sehingga syair bisa mengandung sebuah peristiwa dengan 'diksi' yang menarik dan khas.

Berawal dari tradisi lisan dahulu kala, perkembangan selanjutnya bahwa sastra lisan yang tak sirna. Melainkan, kehadiran aksara sebagai medium karya sastra telah menguatkan antara sastra lisan dengan sastra tulis. Sebab, ketika sastra lisan telah dituliskan oleh manusia menjadi sastra tulis; sastra tulis tersebut bukan tak mungkin juga telah menjadi sumber-sumber sastra lisan.

Gambar 3. Suasana gedung Asiyah Sulaiman dengan penampilan dari para penyair (foto oleh Denny E. Wibowo, 26 September 2022)
Gambar 3. Suasana gedung Asiyah Sulaiman dengan penampilan dari para penyair (foto oleh Denny E. Wibowo, 26 September 2022)

Alih Wahana Rasa dalam Kata-kata

Penyair demi penyair membacakan puisi dengan gaya penyajian yang khas, dengan intonasi, penghayatan dan juga alih wahana rasa mereka berwujud kata-kata. 

Samson Rambah Pasir menyisipkan istilah unik dari sebutan-sebutan sebuah alat transportasi bahari di sela antar penampilan para penyair; dirinya menyebut kolek, sampan, jongkong, hingga lancang yang mampu membawa para penyair berlayar dari kursi penonton ke atas panggung, bahkan sesekali tampak mereka berlayar sendiri atau perlu teman untuk membacakan puisinya. 

Sungguh perumpamaan yang unik muncul dari spontanitas seorang pewara malam itu, sehingga membuat penonton seperti ikut menikmati perjalanan di atas lautan, tentunya lautan kata-kata.

Jika menurut Sapardi Djoko Damono bahwa wahana adalah kendaraan, maka alih wahana adalah proses beralihnya satu jenis kendaraan kepada jenis kendaraan yang lain. Wahana bisa juga berarti medium yang digunakan untuk mengungkapkan, mencapai hingga menampilkan gagasan atau perasaan (Damono, 2018).

Peristiwa yang terjadi kali ini ialah wujud rasa dalam kata yang kemudian disajikan dalam penampilan tuturan lisan dan juga tulisan. Ujaran lisan yang menjadi sejumlah catatan, puisi yang juga dituliskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun