Pesisir pantai Pelabuhan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara tidak seperti biasanya pagi itu, Rabu 14 September 2022. Beberapa tenda-tenda terpasang. Demikian juga keadaan pantai yang terlihat bersih dan tertata, lain dari hari biasanya. Berkisar puluhan orang berpakaian putih tampak hadir di area itu.Â
Dari sebuah baliho besar bertuliskan Penanaman Mangrove dalam rangka Hari Perhubungan Nasional, kita bisa mengetahui kegiatan apa yang berlangsung di area itu.Â
Pagi itu sejumlah orang melakukan penanaman 1.000 bibit mangrove sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan dengan memanfaatkan momen Hari Perhubungan Nasional.
PT. Bogasari, Tbk berada dibalik kegiatan penanaman mangrove tersebut dengan menyediakan 1000 bibit mangrove. Wujud dari komitmen sebuah perusahaan besar kepada pemerintah dalam mendukung merehabilitasi lahan mangrove seluas 600.000 ha sampai dengan tahun 2024. Suatu komitmen yang mulia dan patut diapresiasi disaat rasa kepedulian terhadap konservasi lingkungan yang semakin terpinggirkan.
Mangrove secara umum dikenal sebagai tumbuhan dikotil yang hidup pada ekosistem air payau dan air laut dengan kondisi tanah rawa atau berlumpur. Jenis tanaman ini tidak dilindungi dan dapat dibudidayakan.Â
Mangrove tumbuh lebat menyerupai hutan di muara-muara sungai atau daerah pertemuan sungai dan laut sehingga sering disebut hutan mangrove. Melihat rilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021, Indonesia memiliki mangrove seluas 3.364.076 Ha.
Salah satu tumbuhan yang paling banyak menghuni hutan mangrove adalah tanaman bakau (Rhizophora)Â yang tumbuh baik di media yang digenangi campuran air laut dan juga air tawar. Sehingga orang juga menyebut hutan bakau karena dominannya tanaman bakau.
Hutan mangrove memiliki arti penting bagi kehidupan di muka bumi. Kondisi tempat tumbuh mangrove yang sering mendapat hempasan gelombang air laut membuat tanaman mangrove beradaptasi dengan sistem perakaran yang kuat.Â
Disinilah kemudian terbangun ekosistem dimana biota-biota laut seperti ikan dan udang berkembang dengan mempergunakannya sebagai tempat pemijahan telur.
Hutan mangrove dengan perakaran yang kuat menjadi penahan gelombang air laut yang mumpuni. Terjaganya kelestarian hutan mangrove menjadi 'benteng alami' penghadang abrasi pinggir pantai.Â
Seorang Jepang bernama Yamada, pada tahun 1997 pernah melakukan penelitian tentang mangrove. Dia menyimpulkan bahwa hutan bakau dengan ketinggian pohon sekitar 4 meter dan dengan ketebahan hutan 100 meter, mampu mengurangi energi gelombang tsunami yang tingginya 10 meter hingga 50%.
Di tengah menghangatnya masalah perubahan iklim akibat efek rumah kaca, pelestarian hutan mangrove menjadi solusi jitu untuk mampu mereduksi peningkatan emisi karbon.Â
Merujuk pada penelitian Center for International Forestry Resaerch (CIFOR) dan United State Department of Agriculture (USDA) menunjukkan kepadatan karbon pada hutan mangrove lebih tinggi empat kali dari hutan tropis pada umumnya.Â
Penyerapan karbon (carbon sinks) oleh mangrove mencapai hingga 77,9 %, dimana karbon yang diserap tersebut disimpan dalam biomassa mangrove yaitu pada beberapa bagian seperti pada batang, daun, dan sedimen.Â
Realita ini menjadikan hutan mangrove sangat efektif untuk menahan laju kencangnya peningkatan emisi gas karbon. Pelestarian dan penanaman hutan mangrove menempati prioritas untuk diwujudnyatakan.
Patut kita memperhatikan lagi seruan Presiden Joko Widodo saat melakukan penanaman mangrove di Pantai Setokok, Kecamatan Bulang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, 28 September 2021, "...Artinya, kita memiliki sebuah kekuatan dalam potensi hutan mangrove. Tetapi, yang paling penting adalah bagaimana memelihara, bagaimana merawat, bagaimana merehabilitasi yang rusak, sehingga betul-betul hutan mangrove kita ini semuanya terjaga."Â
Melakukan pelestarian terhadap hutan mangrove telah menjadi bagian wujud komitmen Indonesia mendukung percepatan Nationally Determined Contribution (NDC) sebagaimana yang telah disepakati dalam Paris Agreement tahun 2015.
Seruan ini bukan sekedar seruan yang kemudian terbang terbawa angin. Ada harapan besar agar kita sebagai anak-anak bangsa turut ambil bagian dalam pelestarian hutan mangrove.Â
Apa yang telah dilakukan Bogasari di Pantai Marundra, Jakarta Utara, mungkin hanya andil kecil namun akan berefek besar pada saatnya nanti. 1.000 bibit mangrove yang ditanam hari itu akan menjadi ekosistem besar dimasa mendatang jika terawat dan dilestarikan dengan baik. Hutan kecil mangrove akan menjadi hutan besar dan pada saatnya kita akan sangat berterimakasih kepada hutan-hutan mangrove itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H