Mohon tunggu...
Dennis Gavriel
Dennis Gavriel Mohon Tunggu... Penulis lepas

Seseorang yang dilahirkan ke dunia untuk memberikan hiburan dengan cara menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Determinisme Budaya

10 Februari 2024   12:03 Diperbarui: 10 Februari 2024   12:12 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budaya dapat dikatakan sebagai pewarna bagi masyarakat. Budaya yang beragam juga membuat adanya variasi pola pikir dan pola nilai diantara masyarakat, sehingga manusia satu sama lain bisa saling membutuhkan dan saling membantu. Perbedaan Budaya yang ada memang seharusnya ditanggapi dengan kritis, inovatif, dan kreatif agar dari perbedaan dapat dihasilkan suatu akulturasi yang baru. Masalahnya perbedaan budaya yang ada telah menjadi ajang persaingan yang salah. Pola pikir dan pola nilai yang berkembang lalu diteruskan, masalahnya bukan pola pikir dan pola nilai yang positif saja, melainkan ada juga pola pikir dan pola nilai negatif yang ikut dikembangkan juga.

Sebelum masuk kedalam pembahasan lebih lanjut, mari kita lihat terlebih dahulu apa itu determinisme budaya atau juga yang sering cultural determinism. Determinisme budaya berdasarkan buku yang ditulis oleh Soerjono Soekanto dalam Sosiologi sebagai suatu pengantar, mengungkapkan bahwa teori ini dikemukakan oleh dua Antropolog terkenal yaitu melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski. Determinisme budaya menurut dua Antropolog ini adalah segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan oleh budaya yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Sekalipun masyarakat silih berganti namun budaya tetap bisa hidup dari generasi ke generasi selama turun-temurun. Bagaimana budaya bisa tetap hidup sekalipun pelaku utamanya mungkin telah meninggal? Tentu dengan pewarisan budaya. Pewarisan budaya ini akan memberikan dampak positif jika memang budaya yang disebarkan positif, masalahnya berbanding terbalik jika budaya yang diwariskan ialah budaya negatif, maka budaya yang akan berkembang juga budaya negatif. Pewarisan budaya akan cukup berpengaruh, karena apa yang diterima oleh masyarakat akan menjadi pedomannya dalam bersikap.

Pewarisan budaya menurut buku yang ditulis oleh Idan Hermanto, dalam bukunya Pintar Antropologi, memecah dua pewarisan budaya menjadi pewarisan budaya pada masyarakat tradisional dan modern.

PEWARISAN BUDAYA PADA MASYARAKAT TRADISIONAL

 https://pasaronlineforall.blogspot.com/ar
 https://pasaronlineforall.blogspot.com/ar

Pewarisan budaya pada masyarakat lokal antara lain meliputi keluarga, serta masyarakat.

Pewarisan budaya tentu pertama-tama berkembang di lingkungan keluarga. Anak akan mengamati apa yang dilakukan oleh orangtuanya dan setelah mengamati, maka anak akan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh orangtuanya. Contohnya seperti keagamaan, jika anak melihat orangtuanya berdoa maka anaknya pun juga akan ikut berdoa, selain itu kebudayaan, anak akan diajarkan apa itu cinta kasih agar dapat mengasihi sesama. Pada dasarnya keluarga menjadi tempat pewarisan budaya nomor satu bagi si anak, anak akan mempelajari semua budaya di lingkungan keluarganya, baik itu tentang norma , sistem nilai, maupun aturan-aturan. Maka dari peran keluarga sangat penting untuk menanamkan budaya yang baik bagi si anak, agar si anak dapat menjadi pribadi yang baik.

https://dinsos.kulonprogokab.go.id/
https://dinsos.kulonprogokab.go.id/

Selain itu pewarisan budaya juga akan berkembang di tahap masyarakat, jika si anak sudah mulai bergaul dengan lingkungan sosialnya maka tidak akan dipungkiri lagi terjadi enkulturasi dan sosialisasi tingkat lanjut. Maka pada tahap ini akan terjadi penambahan ilmu dan pengetahuan, yang akhirnya akan membuat individu sadar akan perbedaan pola pikir serta pola nilai. Pada tahap ini individu akan mulai dituntut untuk bisa mulai kontrol sosial yang memaksa individu menyesuaikan diri. Tentu pada tahap ini peran keluarga penting untuk tetap menjaga dan mengingatkan individu untuk sadar akan dirinya sendiri, karena melalui penyebaran budaya yang ada di masyarakat bisa saja membuat individu terlalu mudah untuk ikut arus agar tidak tersingkirkan.

PEWARISAN BUDAYA PADA MASYARAKAT MODERN

https://www.umn.ac.id/
https://www.umn.ac.id/

Pewarisan budaya modern biasanya dipengaruhi oleh kelompok sosial dan media massa. Kelompok sosial biasanya meliputi bidang pendidikan yang menjadi tempat bertumbuhnya kepribadian serta budi pekerti, perkembangan ilmu budaya, dan masih banyak lagi. Ada juga bidang perekonomian dan bidang politik.

https://homecare24.id/
https://homecare24.id/

Selain kelompok sosial ada juga media massa. Media massa menunjukkan bahwa dunia luar semakin terbuka lebar, sehingga pertukaran informasi akan semakin cepat dan tidak menutup kemungkinan pula bahwa akan terjadi penyebaran budaya. Memang media massa apalagi internet akan membawa dampak positif, seperti membuka luas cakrawala pengetahun dan mempercepat proses perkembangan industri karena masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi. Sayangnya dampak negatif juga masuk. Contohnya seperti adanya pergeseran nilai-nilai budaya, jika perkembangan ini tidak dibarengi dengan nilai-nilai budaya yang seimbang, maka akan menimbulkan kebingungan apalagi pada generasi muda yang masih labil, dan akhirnya akan menimbulkan pengadopsian nilai budaya namun yang buruk.

Bisa juga terjadi culture lag atau ketimpangan budaya karena budaya asing yang semakin banyak diterima oleh generasi muda namun generasi tua yang tidak menerima budaya asing. Bisa juga terjadi culture shock yang bisa memicu frustasi dan ketertinggalan karena suatu individu belum siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi.

Media internet tidak perlu kita anggap sebagai hal yang buruk untuk perkembangan budaya. Selagi kita masih bisa mengontrolnya, maka internet bisa menjadi gerbang bagi Indonesia bekarya di tengah arus globalisasi.

Salah satu faktor pendukung kuat determinisme budaya adalah dua penyebaran ini. Jika penyebaran budaya pada masyarakat terlalu fokus lewat media massa seperti internet, maka budaya-budaya asing yang dianggap anak muda keren akan diadopsinya dan akan disebarkan ke teman-temannya. Masalahnya jika budaya yang disebarkan ialah budaya negatif seperti budaya permisif dan pragmatisme yang akhirnya menimbulkan hidup serba instan, lalu budaya egoisme, dan turunnya ketertarikan anak muda akan budaya tradisional karena banyak tontonan kesenian budaya luar seperti k-pop, maka lama-lama generasi muda akan dilema dengan budaya-budaya semacam ini, dan secara tidak langsung mempengaruhi tingkah lakunya serta kepribadiannya.

Maka dari itu kembali lagi bahwa keluarga menjadi pembimbing nomor satu untuk terus mengingatkan individu akan batas. Selain itu bisa juga generasi muda memasukkan budaya-budaya lokal yang dibuat dengan kreatif agar bisa melawan budaya-budaya asing. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun