Rincian pengeluaran dalam sebulan Anda perlu sampaikan. Belanja harian itu berapa, mingguan dan bulannya. Terpenting lagi adalah biaya tak terduga yang pastinya selalu ada. Misalkan ada keluarga sakit / kematian tentunya harus ada dana cadangan.Â
Ajak Berbelanja Bersama
Ada suami yang modelnya nyinyir tidak percayaan dengan istri sehingga semua pengeluaran harus dicatat. Semisal dia tidak percaya kalau telor sekilo Rp 26.000 yang dia pernah beli mungkin Rp 19.500. Memang benar harga itu pernah ada tetapi kapan? Apalagi seperti sekarang menjelang Idul Fitri  semua harga melambung tinggi. So perlu Anda membawa pasangan untuk berbelanja supaya "melek" bahwa harga tidak semurah yang dibayangkan.
Belanja Cerdas
Menghadapi suami yang super perhitungan dan pelit dari kitanya harus menjadi pelaku yang bisa belanja dengan cerdas. Semisal ada THR Sale untuk kebutuhan rumahtangga, beli. Suami'kan tahunya harga yang normal. Misalnya detergen sabun cuci merk R sekilo harganya Rp 25.000 nah saat THR Sale hanya Rp 17.500,- kan lumayan berhemat. Begitupun  harga bahan pokok yang terkadang naik turun . Saat turun itulah Anda bisa beli untuk stock. Selisih dari harga itu bisa dijadikan uang tabungan.
Shock Terapi
Serem ya! tetapi ini perlu kok. Semisal suami hanya kasih uang belanja sehari Rp 50.000 itu sudah termasuk biaya jajan anak, Rp 10.000 misalnya. Ongkos anak ke sekolah PP Rp 5.000, sisanya Rp 35.000,-, cukup apa ya?! Nah dari sisa itu Anda rinci yang harus di beli. Misalkan beras habis, sekilo beras Rp 10.000, minyak sayur 1/4kg  Rp 10.000 sisanya Rp 15.000. Ini cukup apa ya? Jadi Anda bisa hanya menyiapkan tempe, tahu dan sayur saja disajikan di meja makan. Itupun dalam jumlah terbatas. Kalau suami protes sebutkan rincian pengeluarannya.
Ijin Bekerja
Solusi lainnya Anda harus bekerja. Memang tidak mudah mencari pekerjaan apalagi sempat vakum beberapa saat. Penting hal ini Anda bicarakan dengan pasangan, kemukakan alasan Anda bekerja karena SANGAT tidak cukup uang yang diberikan. Lihat reaksinya kalau tetap tidak diijinkan untuk bekerja, Anda perlu melibatkan anggota keluarga inti seperti orangtuanya untuk membicarakan masalah pelik ini.
Beberapa kasus pernikahan yang berakhir pada perceraian tidak selalu karena adanya perselingkuhan ataupun KDRT tetapi masalah ekonomipun turut berperan penting. Apalagi suami bekerja, punya penghasilan namun tidak mempercayakan pada istri alias pelit jadi tidak kaget hal ini bisa menyulut pertengkaran yang berkepanjangan dan berakhir di meja hijau.
Para suami,