Mohon tunggu...
Dennise Sihombing
Dennise Sihombing Mohon Tunggu... Administrasi - Fulltime Blogger

Panggil saya Dennise.Saya ibu dari Rachelle & Immanuelle.Saya suka berkhayal kadang yang agak nyeleneh,he...he...he...for info contact me: dennisesihombing@gmail.com WA : 087874482128

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Liburan Menyenangkan Bersama Click Kompasiana, Jelajah Cikarang Yuk

28 Februari 2023   09:48 Diperbarui: 11 Maret 2023   14:42 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harga tiket tidaklah mahal hanya Rp 20.000 untuk semua umur. Jujurly ini kali pertama melihat langsung buaya jarak dekat. Sebelumnya lagi zaman sekolah SD-SMP ke Kebon Binatang Ragunan. itupun jarak jauh.

Saat kami datang berjumpa dengan Pak Warsidi yang bekerja sebagai pawang sekaligus mengurus buaya. Taman Buaya  didirikan tahun 1991 di area tanah seluas 1,5 hektar, ada sekitar 500 buaya awal mulanya. Namun hingga tahun ini berkurang menjadi 320 ekor saja. Berkurang karena mati. Aku juga baru tahu loh ternyata buaya itupun bisa berantem sesama buaya, gigit-gigitan, saling menyerang sehingga tidak heran ada yang akhirnya mati ya. 

Menurut pria yang sudah lama bekerja disana buaya-buaya disana perhari makan ayam tiren (mati kemarin) 8-9 ekor. Namun kondisi pemasukan dari pengunjung yang datang tidak begitu banyak sehingga tidak memungkinkan semua buaya menikmati makan ayam tiren secara rata. Dalam artian tidak setiap hari, jadwal makan yang diberikan setiap Selasa dan Jum'at.

Ternyata oh Ternyata

Buaya itu umurnya panjang loh. Ada yang sampai 65 tahun. Wow luar biasa ya sampai jadi oma dan opa itu buaya, he...he...he... 

Lebih lanjut Pak Warsidi menjelaskan pada kami buaya yang ada disana dari Sumatera, Kalimantan dan Papua. Disanapun ada buaya putih yang terlahir seperti albino. Nah, buaya-buaya ini yang sudah mulai besar di tempatnya di satu tempat. 

Terkadang mereka berantem berebut kekuasaan. Mungkin kalau bahasa kita manusia, berebut tempat ya di kalangan preman, ha...ha...ha... karena nih saat kami kesana ada buaya yang sedang berantem, bahkan dari kulitnya mengeluarkan darah.


Buaya Memberi Rejeki?!

Sama seperti kita manusia ada yang terlahir ke dunia namun tidak sempurna. Begitu juga dengan buaya. Saat kami kesana ada buaya yang kakinya puntung dan buaya putih, seperti albinolah. Namun kondisi ini diyakini oleh sebagian orang yang berkunjung kesana memberi rejeki. 

Seperti cerita Pak Warsidi ada beberapa orang yang minta jodoh, pekerjaan, keturunan ataupun usaha berhasil dengan bernazar. Syaratnya mudah kok hanya membawa ayam ataupun bebek. Believe or not? kembali pada kitanya ya kompasiener.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun