Mohon tunggu...
Film Pilihan

Review Film Dokumenter "Fentanyl: The Drug Deadlier than Heroin" Karya Vice

5 November 2018   20:53 Diperbarui: 5 November 2018   20:57 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Pada film dokumenter kali ini Vice mengangkat tema mengenai Fentanyl salah satu obat farmasi untuk meredakan rasa sakit yang ternyata disalahgunakan, dengan porsi yang berlebih dan digunakan secara terus-menerus akan membuat pengguna ketergantungan dan yang lebih membahayakan bahkan mereka bisa kehilangan nyawanya.

Vice membandingkna bahaya Fentanyl ini dengan heroin dan morfin, yang ternyata Fentanyl memiliki 100 kali lipat resiko bahayanya dibanding kedua zat tersebut.

Dalam film documenter kali ini yang diberi judul "Fentanyl: The Drug Deedlier than a Heroin" menggunakan jenis documenter performative.  Dalam film documenter ini menunjukkan  dan menggambarkan seolah-olah kita sebagai penonton masuk kedalam 'dunia' para pecandu Fentanyl ini, ditambah lagi emosi yang dibangun dalam setiap wawancara oleh narasumber. Emosi yang dapat membuat kita merasa perihatin terhadap bagaimana kondisinya.

Film dokumenter berdurasi kurang lebih 52 menit, dimulai dengan aktifitas mengonsumsi Fentanyl, dan disini kita dikenalkan oleh karakter pertama yaitu Ryan sebagai pecandu Fentanyl. 

Mengikuti kisahnya Ryan yang sudah kecanduan mengonsumsi Fentanyl, seerta beberapa fakta yang disampaikna oleh karakter selanjutnya yaitu Dr. Hakique Virani yang menjabarkan fakta bahwa tingkat kematian karena Fentanyl.

Selain Ryan kita dikenalkan dengan salah satu pecandu lainnya yaitu Rae-Ann yang menjadi pecandu selama kurang lebih lima tahun, dalam kisahnya ia menjual rumah serta barang-barangnya demi membeli Fentanyl ini, dan seketika kehidupannya mulai berubah.

Dalam melakukan wawancara kedua karakter ini melakukannay dengan emosional sehingga kita yang menonton merasas empati. Bahwa sebenarnya mereka juga tidak ingin terjebak dalam ketergantungan ini yang menyebabkan kehidupannya mulai berantakan, mereka tidak bisa bekerja dan terpaksa harus kehilangan segalanya. 

Bahkan mereka sendiri tau apa resiko terbesarnya, yaitu keamatian karena overdosis. Tetapi mereka tidak bisa mengalahkan dirinya sendiri untuk berhenti mengonsumsi Fentany. Emosi yang dibangun cukup berhasil disini, sehingga emosi rasa perihatin dalam film dokumenter tersebut dapat tersampaikan.

Disela-sela kisahnya Ryan, ada beberapa karakter juga yang terlibat, salah satunya Dr. Hakique Virani meilhat dari sisi medis menggambarkna bagaimana membahayakannya Fentanyl ini bagi kesehatan. Dan juga ada benerapa karakter sebgai seorang relawan pendukung para pecandu yang membantu para pecandu untuk terapi dan menbuatnya sembuh, yaitu adalah Josh. 

Josh menangani bebrapa kasus para pecandu yang akhirnya bisa berhenti mengonsumsi Fentanyl dan akhirnay menjalani hidup normalnya lagi dan mereka adalah A'lisa, Colby, Darcy dan ada beberapa karakter lagi yang tidak disebutkan Namanya tetapi memeberikan kesaksiannya mengapa mereka bisa berhenti menjadi pencandu Fentanyl.

Secara keseluruhan film dokumenter ini memiliki satu cerita yakni mengenai seorang pecandu yang sebenarnya mengetahui segala resiko dari candunya terhadap Fentanyl ini yaitu adalah tokoh Ryan. Bahkan ia sudah kehilangan 11 temannya karena overdosis, ini membuat ia semakin takut. Ditambah lagi sebenarnya ia juga sudah kehilangan kehidupan normalnya seperti bekerja setiap hari dan sebagainya. 

Tetapi diceritakan bahwa Ryan tidak dapat mengalahkan dirinya dan membuatnya berhenti mengonsumsi Fentanyl. Menurutnya ia sudah mengikuti beberapa terapi dengan metode duduk dalam satu ruangan dan membayangkna banyak hal yang mebuatnya berhenti, tetapi menurutnya semua itu tidak efektif dan tidak dapat membuatnya berhenti.

Titik balik dari Ryan adalah ketika mendengar sahabat baiknya Cole yang meninggal dan diketahui setelah diotopsi oleh dokter yang membunuhnya adalah zat Fentanyl yang bersarang ditubuhnya. 

Kematian Cole menjadi kematian ke-12 temannya Ryan, ini membuat ia semakin takut sekaligus sedih karena ia semakin sadar bahwa ia tidak merasa kuat apabila harus kehilangan satu-persastu sahabatnya. Ditambah lagi  bayang-bayang kematian yang kini semakin mengintimidasinya.

Tetapi Dr. Hakique Virani menemui Ryan dengan menyebrang provinsi dari Edmonton ke Calgary, Kanada. Ryan menerima tawaran Dr. Virani untuk membuat janji dengan salahsatu koleganya untuk berkonsultasi. Film dokumenter diakhiri dengan pemaparan fakta mengenai angka kematian di Alberta, Kanada pada tahun 2012 sebanyak 29 dan naik menjadi 274 pada tahun 2015.

Dalam segi pengambilan gambar yasudah tidak berlu diragukan lagi, karena bersifat film dokumenter dengan durasi 52 menit bukanlah waktu yang sebentar untuk membuat kita betah berlama-lama menononton karena angle kamera yang sangat variative, antar shoot tidak ada yang sama anglenya semua memiliki angle yang berbeda-beda. Sehingga membuat kita yang menonton tidak bosan. Transisi setiap scene juga tidak ada yang jumping semua transisi halus sekalipun adanya perbedaan cuaca dari siang ke malam, ada transisi yang membuatnya tidak terasa jumping. 

Mungkin yang menjadi masukan juga tidak semua narasumber ditulis Namanya, sehingga kita yang menonton kebingungan, siapa yang sedang berbicara, padahal kalau diperhatikan mereka-mereka yang tidak ditulis Namanya ini memiliki peran yang cukup penting juga.

Seperti beberapa pecandu yang sembuh mereka memeberikan testimoni dan beberapa saran bagaimana mereka berhenti, dan salah satu kolega dari Dr. Virani diakhir film yang kita tidak ketahui namanaya. Selain itu  film dokumenter ini sudah sangat bagus dalam sisi story karena begitu menyentuh dan menggugah emosi penonton serta pengemasannya dalam bentuk film dokumter juga yang bagus. Hanya saja masih minus dalam kekurangna diatas yang apabila diperbaiki bisa menjadi lebih baik lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun