bike lane bukan hal yang penting?
Mungkin tulisan ini layak disamakan dengan sampah, yg dengan mudahnya kita bisa buang, ditumpuk dan berbau.
Seperti kita ketahui, khususnya di Jakarta, perdebatan atas perlunya lajur khusus sepeda atau Bike Lane hanya sebatas wacana, janji yang kemudian seperti janji-janji penguasa tidak ditepati.
Dan sebaliknya di kota-kota lainnya penguasa kotanya atau
pengatur kebijakan malah sudah dengan serius menanganinya atau istilah marketingnya menjemput bola : sediakan dulu lajurnya, beri kenyamanan lalu mempersilahkan pesepeda menggunakannya.
Pastinya semua dari kita sudah berfikir positif kepada pengatur kebijakan; mungkin masih banyak prioritas yg lebih mendesak atau yang lebih populer daripada sekedar membuat lajur khusus sepeda.
Kalau kita cermati dengan seksama, karena banyaknya prioritas yang lebih mendesak dan yang lebih populer banyak sarana dan prasarana di Jakarta ini yang entah dengan sengaja terbengkalai. Salah satu yang dengan mudah dan gampang kita lihat adalah Lajur Khusus untuk TransJakarta atau BUSWAY , dengan biaya yang tentunya tidak kecil saat ini hanya seperti bayangan.
Kalau berpikir ala KELIRUMOLOGI Yang Punya Jakarta tuh ngurusin yang lajur khusus yang besar dan lebar aja nggak bisa BAGAIMANA mau ngurusin lajur yang lebih kecil ( BikeLane).
Kembali ke BikeLane.
Seberapa pentingkah BikeLane itu? Apakah Jakarta sudah saatnya memiliki BikeLane?
Pastinya jawabannya akan beragam, dan akan timbul perdebatan yang panjangnya mungkin sama dengan panjangnya antrian kemacetan di jalan.
Yang harus kita lakukan adalah sebenarnya menyamakan persepsi atau sudut pandang berfikir antara pesepeda (pengguna BikeLane) dengan pengatur kebijakan. Karena kalau persepsi atau sudut pandangnya berbeda pastinya BikeLane hanya sebatas wacana atau perdebatan yang tak kunjung selesai.