artikel ini adalah lanjutan dari aritkel sebelumnya The Missing Link adalah NOL : #2
The Missing Link adalah NOL : #3
Tanda-tanda mengenal Tuhan dan Makrifatullah
Bismilllahi Rahmanir Rohimi, atas nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tidak ada seorang manusia pun yang terlahir di dunia ini, sampai kemudian mati kecuali telah dicukupkan tanda-tanda untuk mengenalNya, Allah subhanahu wata'ala. Hanya saja tidak semua orang menyambut tanda itu, sebagian orang mengabaikan tanda itu, menghiraukannya, menganggapnya hanya angin lalu. Padahal "angin lalu" juga bagian dari tanda-tanda itu.
Einstein dengan teori relativitas waktunya, waktu hanyalah ilusi yang tercipta karena memori manusia untuk membedakan sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi (masa lalu, masa kini, dan masa depan). Akan tetapi ketika bergerak dengan kecepatan cahaya, masa lalu, masa kini dan masa depan terjadi pada saat yang bersamaan.
 Einstein menutup teorinya sampai pada waktu itu sendiri, pada benda fisik yang terdampak waktu itu. Einstein tidak meneruskan pertanyaanya pada "Siapakah yang mampu bergerak dengan kecepatan cahaya?, Jika cahaya adalah gelombang, sumber dari pacaran cahaya adalah benda mati, Siapakah yang mengerakkan benda mati itu? Karena hanya yang hidup saja yang bisa bergerak. Jika semua benda itu asalnya mati, dari manakah datangnya kehidupan itu? Karena hanya yang hidup yang mampu memberikan kehidupan.".
Bagi siapakah kejadian masa lalu, masa kini dan masa depan terjadi bersamaan? Jawabanya ada pada matematika, yaitu satu, iya hanya satu.
1 X masa lalu    = masa lalu (L)
1 X masa kini    = masa kini (K)
1 X masa depan = masa depan (D)
1 X Â L = 1 X K = 1 X D, 1 (satu)*
Satu tak terikat oleh waktu, tak terpenjara dalam ruang, karena ia pemilik ruang dan waktu.
Faktor pembentuk / penciptaannya masa lalu, masa kini dan masa depan ya hanya satu, dan hanya "satu" dimana masa lalu, masa kini dan masa depan terjadi bersamaan saat ini juga. Faktor atau sebab terjadinya semua bilangan / angka, ya satu, " 2 adalah 1 X 2; 3 adalah 1 X 3; 4 adalah 1 X 4, 2 X 2; 5 adalah 1 X 5; 6 adalah 1 X 6, 2 X3" maka tiada ada bilangan yang sebab atau faktornya tanpa angka satu. Siapakah satu itu, yaitulah Tuhan. Baca artikel saya tentang angka 1 sampai 10, nol satu dan tak hingga, konsep bilangan prima.
Einstein dan para ilmuan modern berlaku tertutup terhadap teori dan metodenya, sehingga mereka menegasikan / menolak eksistensi Tuhan. Mereka berlaku tertutup / kafir / cover pada teori / pendapatnya dan juga pada metodologinya, sehingga mereka menganggap temuannya adalah akhir, simpulannya adalah kebenaran mutlak. Sebetulnya tidak ada masalah dengan metode dan teori sampai pada penetapan hukum tentang sesuatu, asalkan juga menyertakan syarat bahwa hukum itu hanya berlaku jika semua syarat dan kriterianya terpenuhi, jika di luar itu maka ada faktor X yang bisa mengubah segalanya.Â
Faktor X itulah kuasa Tuhan, tetapi mereka terlanjur tertutup, dan mengira simpulannya akan teori dan hukumnya adalah final. Para ilmuan itu mengira bahwa mereka telah sampai pada akhir, padahal mereka butuh meneruskan tanda itu sampai pada zat yang menjadikan semua itu ada. Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tentu saja, tidak berpilih  kasih dalam memberikan tanda-tanda untuk mengenalNya, hanya keputusan dan pilihan dari mahluk saja yang secara sadar memutus dan menutup tanda -- tanda itu.Â
Maka tidak akan ada pertanyaan "Mengapa Allah tidak memberikan petunjuk / tanda-tanda keberadaanNya?" pada hari kebangkitan nanti. Dan bersiaplah untuk hari itu mulai saat ini.
Sebagian dari  kita juga ada yang menyambut tanda-tanda itu, menelusurinya, mengikuti sampai mana tanda itu berhenti, siapa yang ada dibalik tanda-tanda itu, tanda-tanda itu datang dari Tuhan, dilanjutkan pencarian, Tuhan itu seperti apa? Tuhan itu siapa? Tuhan itu bagaimana? Dari pencarian itu, ada yang berhenti pada Tuhan itu adalah sosok, figur, tokoh, wujud / bentuknya seperti ini, hidup di zaman ini. Sebagian lagi sampai pada bahwa Tuhan itu satu, Tuhan itu tak terkira, Tuhan itu tak tercitra, Tuhan itu yang memiliki kehendak, Tuhan itu Sang Maha Hidup.
Iya, memang benar, Ia telah sampai pada tangga terakhir dalam mengenal Tuhan. Ketika sampai pada tangga terakhir mengenal Tuhan, janganlah kita merasa bangga, sombong, memamerkan dengan pencapaianmu pada tangga terakhir mengenal Tuhan (makrifat). Ketika makrifat ( mengenal Tuhan ) janganlah lantas merasa hebat dengan makrifatnya, janganlah pula merasa bisa melakukan apapun semau-maunya karena telah mengenal Tuhan. Jangan pula merasa benar dengan makrifatnya, kemudian membenarkan apapun tidakan / perilaku kita.Â
Hati-hatilah, karena yang makrifat itu bukan hanya kamu, karena tanda-tanda mengenal Tuhan itu diberikan / disampaikan pada setiap manusia dan jin yang yang pernah hidup tanpa terkecuali. Allah yang Maha Pengasih, tidak pernah berpilih kasih dalam memberikan tanda-tanda untuk mengenalNya baik dari golongan jin maupun golongan manusia. Karena yang makrifatullah (mengenal Allah subhanahu wata'ala) bukan hanya kamu tetapi juga Iblis.Â
Iblis itu makrifatullah, tapi Ia sombong dengan makrifatnya, maka janganlah kamu yang makrifatullah menduduki maqam Iblis yaitu menjadi congkak, sombong, merasa benar dan selalu minta dibenarkan. Mengenal Tuhan (makrifat) bukan sesuatu yang istimewa, sehingga engkau membanggakannya, sombong dengannya, dan merendahkan mereka yang belum sampai pada tangga yang sama dengan yang kamu capai. Tetaplah hati-hati jangan sampai masuk dalam kedudukan Iblis.
Mengenal Tuhan adalah hal yang biasa, karena tanda-tanda untuk mengenalnya diberikan kepada semua umat manusia dan jin tanpa kecuali, tanpa pilih kasih, tanpa kurang. Semua tanda-tanda untuk mengenal Tuhan diberikan dengan cukup dan pas.
Karena itu ketika kita telah sampai pada tangga terakhir mengenal Tuhan (makrifat), maka makrifat itu membuat kita tunduk, tawaduk. Makrifatullah itu, kita mengetahui bahwa Allah itu tak terbatas, tak terhingga ( Allah Maha Besar, Allahu Akbar), maka dari sisi mahluk, kita juga telah tahu sampai mana batas kemampuan, sampai mana batas yang bisa dijangkau oleh indra?, sampai mana batas kita menalar?, sampai mana batas akal memastikan siapa nama Tuhan itu sebenarnya?
Allah dan MalaikatNya
Manusia dengan segala keterbatasannya, terbatas jangkauan indranya, terbatas jarak jangkaunya, terbatas ruang geraknya, terbatas waktu hidupnya, terbatas nalarnya, maka mustahil bagi manusia untuk bisa memastikan nama Tuhannya sebenarnya. Oleh karena itu tangga terakhir mengenal Tuhan, hanya sampai pada segala sesuatu yang nyata di dunia, pasti ada sebab / yang menyebabkan itu ada dan itulah Tuhan. Tuhan itu nyata adanya, dan Dia tak terbatas / tak hingga / Maha Besar, nalarnya adalah Tuhan itu tidak mungkin kita ketahui namaNya kecuali Tuhan sendiri yang mengenalkan dirinNya kepada hambanya.Â
Hamba Tuhan itu bukan kamu yang telah mencapai makrifat, bukan aku, bukan kita semua yang mengikuti tanda-tanda dari Tuhan sampai pada tangga terakhir mengenal Tuhan (makrifat). Hamba utusan Tuhan itu adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Munthalib, ya dialah Rasullullah dan dialah utusan yang terakhir. Karena semua ciri-ciri dan sifat-sifat Tuhan yang kita capai dengan makrifat telah terbukukan dalam kitab Al Qur'an. Dan Al Qur'an adalah bukti keabsahan / keshahihan / legalitas bahwa Muhammad bin Abdullah bin Abdul Munthalib adalah benar-benar seorang nabi dan rasul.
Di dalam Al Qur'an juga telah diberitakan bahwa "Muhammad adalah seorang Rasul (utusan) dan penutup nabi-nabi" jadi tidak ada nabi maupun rasul lagi setelahnya. Maka bagi kita yang telah mencapai makrifatullah, tidak ada jalan lain kecuali menyerahkan diri, tunduk, patuh, tawaduk dan menetapi syariat Muhammad Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam.Â
Dan bagi siapapun yang menyombongkan dirinya dengan makrifatnya, dan berbuat semaunya saja, maka ia harus membawa bukti yang lebih hebat dari Al Qur'an, bukan sekedar klaim atau hanya cerita fantasi layaknya fatamorgana. Itulah dua macam sikap dalam menanggapi tanda-tanda dari Tuhan, dan sebagian besar dari kita acuh begitu saja terhadap tanda-tanda itu.
Selain Iblis, ada kelompok lain yang mau bersujud kepada Adam alaihi salam, yaitu golongan malaikat dan tetap menjadi malaikat. Siapakah para malaikat itu? Apakah mungkin anak turun dari Nabi Adam alaihi salam juga diperkenankan menundukan malaikat? Apakah menundukan malaikat terlalu berlebihan bagi anak turun Nabi Adam alaihi salam? Apakah berita tentang nama-nama dan malaikat bersujud, cukup berhenti pada Nabi Adam alaihi salam saja?Â
Baik, mari kita mengenal dulu nama-nama malaikat. Ada Jibril adalah malaikat yang menyampaikan wahyu, ada Mikail, malaikat yang membagikan rejeki, ada Israfil, Izrail, Rakib, Atid, Ridwan, Malik, Mungkar, Nakir, salam bagi semua malaikat tersebut dan yang tak tersebut. Apakah ada malaikat selain yang sepuluh itu? Kok itu dikatakan yang tak tersebut! Menurut saya ada, menurut saya ketika Allah subhanahu wata'ala telah menetapkan untuk menciptakan semesta ini, langit dan bumi berserta isinya, maka ketetapan itu ditulis dalam kitab Lauhulmahfudz.Â
Lauhulmahfudz adalah cetak biru / blue print jagat raya. Didalamnya ditulis bagaimana jagat raya ini dibangun dan ditumbuhkan. Untuk membangun jagat raya ini bahannya telah ditentukan termasuk cara membangun atau menumbuhkan jagat raya ini telah ditulis dalam kitab Lauhulmahfudz itu. Sejumlah cara atau aturan dalam membangun atau menumbuhkan jagat raya itulah yang kemudian disebut dengan malaikat.
Malaikat adalah semua ketetapan / aturan / protokol yang mengikat / mengatur semua hal dari awal jagat raya dibentuk / dibangun, kemudian ditumbuhkan sampai akhir dari jagat raya. Maka ada banyak malaikat, ada banyak aturan dalam jagat raya ini, dari awal dibentuk, kemudian saat ini berlangsung, menuju nanti akhir dari jagat raya. Maka ada banyak malaikat selain yang kita kenal namanya sejumlah sepuluh itu tadi. Malaikat yang sejumlah sepuluh itu merupakan sejumlah aturan / protokol yang fungsinya mengantarkan / mentransmisikan segala sesuatu dari Allah subhanahu wata'ala kepada mahluknya dan juga sebaliknya.Â
Tentu saja sejumlah aturan / protokol itu tidak mungkin kita tangkap dengan kelima panca indra kita, tapi ada kalanya malaikat diberi kuasa untuk melakukan korespondesi dengan hamba pilihanNya yaitu dengan menyerupakan dengan bentuk mahlukNya. Ya kepada para nabi dan rasul, ada kalanya malaikat sepuluh itu bisa menampakkan wujud untuk mengajarkan sesuatu, menerangkan, atau menyampaikan jawaban dari Allah subhanahu wata'ala.
Tapi bukan itu wujud asli malaikat, wujud aslinya jelas tidak mungkin bisa ditangkap oleh indra. Jika ada malaikat / aturan yang fungsinya melakukan korespondesi / antarmuka / menghubungkan, tentu ada malaikat / protokol / aturan yang fungsinya mengikat sifat mahluk / benda / materi. Malaikat yang mengikat mahluk / sifat benda tidak dikenalkan namanya kepada kita. Untuk mengenal malaikat yang mengikat materi tentu saja kita harus mengenal nama benda / materi itu, lalu kita pelajari sampai kita bisa menurunkan sifat-sifat yang mengikat benda atau materi itu.Â
Maka dengan demikian kita telah mengenali, mengetahui malaikat yang mengikat mahluk / materi. Sifat-sifat yang mengikat benda adalah unit terkecil dari malaikat sehingga ia tidak bisa lepas / bebas dari semua aturan / sifat yang melekat padanya.
Contoh mengenali malaikat / aturan / protokol pada benda, kita ambil contoh air. Kita mengenalnya dengan nama "air", lalu kita amati sampai kita dapat sifat-sifat dari air seperti, air selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, air selalu menyebar ke segala arah, air memiliki permukaan yang datar atau tenang, air menempati ruang, air melarutkan, dan sebagainya. Maka dengan bisa menurunkan sifat-sifat air, kita juga telah mengenal malaikat yang mengikat air.Â
Saat ini kita juga telah tahu bahwa air bukanlah unsur murni. Air ternyata adalah senyawa dari dua unsur murni yaitu hydrogen dan oksigen. Hydrogen memiliki sifat-sifat zat sendiri, oksigen juga memiliki sifat-sifat zat sendiri. Ketika hydrogen dan oksigen membentuk senyawa air maka juga memiliki sifat uniknya sendiri. Sifat-sifat unik yang mengikat unsur murni / atom, sifat-sifat unik ketika atom-atom membentuk senyawa, sejumlah sifat-sifat itu adalah sejumlah malaikat / aturan / protokol yang mampu kita kenali / kita identifikasi, dan nama malaikat itu melekat pada nama benda / materi / senyawa / unsur.
Di era saat ini, kita telah banyak mengenal nama benda, nama senyawa / molekul, nama unsur-unsur murni di alam. Hari ini kita telah mengenal banyak nama-nama unsur murni dan kita telah mengidentifikasi sifat-sifat dan unsur murni tersebut. Seberapa banyak kita mengenal nama benda, nama unsur? Seberapa kita mengenali sifat-sifat benda, sifat-sifat unsur? Maka sebanyak itu pula kita telah mengenali nama-nama malaikat / aturan / protokol yang mengikat benda / materi dan unsur padanya. Apakah dengan mengenali banyak malaikat yang mengikat materi serta-merta membuat kita bisa menundukan malaikat ataupun materi yang diikatnya?
Tentu saja tidak, untuk menundukan malaikat yang mengikat materi, kita butuh banyak pengetahuan tentang nama benda, nama unsur, sifat benda, sifat unsur, kemudian kita juga mengamati pengaruh dari satu benda ke benda lain. Perlu juga kita membuat sistem mekanis, atau aturan bagaimana semua itu saling terhubung dan bekerja sesuai keinginan kita. Ketika sistem mekanis tersebut berjalan dan ada manfaat yang kita dapat darinya, maka saat itulah kita telah menundukan malaikat -- malaikat yang mengikat unsur / benda  tersebut untuk bekerja pada kita.
Jadi masa sekarang ini, di jaman ini, jika kita mengenali benda / barang / produk yang kita gunakan sehari-hari, yang manfaatnya kita rasakan, maka di situ ada banyak malaikat yang bekerja untuk kita sehingga benda itu bekerja sesuai dengan fungsi yang kita inginkan. Dari sisi kita, sistem mekanis itu bekerja sesuai keinginan kita, tetapi dari sisi malaikat pengikat sifat benda / sifat unsur, ia hanya tunduk dan bertasbih kepada Allah subhanahu wata'ala saja.
Mari kita ambil sebuah contoh sistem mekanis yang cukup kompleks, salah satunya adalah listrik. Kita ambil contoh listrik tenaga air. Untuk membangun listrik tenaga air kita butuh sifat air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Kemudian kita juga perlu memahami magnet dengan sifatnya yang menarik benda dengan unsur logam. Ketika magnet mampu menarik benda terbuat dari logam, maka di sana ada daya / kekuatan untuk menarik itu.Â
Logam sendiri meneruskan / menginduksikan daya tarik dari magnet sampai ke ujung logam itu. Dari sini kita butuh pengetahuan yang cukup tentang magnet, teknik pembuatan magnet, kita butuh pengetahuan yang cukup tentang unsur-unsur logam dan teknik permurnian logam. Karena logam di alam ditemukan dalam bentuk senyawa, dan sedikit yang dalam bentuk logam murni seperti emas atau platina. Kita juga perlu tahu tentang batas-batas daya yang mampu ditahan / ditanggung oleh logam itu.Â
Setelah semua pengetahuan itu, kita butuh membuat sistem mekanis pembangkit listriknya. Kita butuh menampung sejumlah air dengan membuat bendungan. Di sini kita sudah mengisolasi air, kemudian kita juga butuh mengalirkan air dengan aliran konstan / tetap. Pada air yang bergerak mengalir itu kita pasangakan turbin yang terhubung dengan generator. Dalam  generator itu ada magnet yang dibalut oleh kumparan. Maka aliran air, menggerakan turbin, turbin terhubung ke generator yang didalamnya memainkan magnet dalam kumparan.
Sehingga daya menarik dari magnet dimainkan, hal ini seperti bermain mendorong dan menarik secara terus menerus, kemudian daya itu diteruskan oleh logam dengan sifatnya menginduksikan daya sampai ke ujung. Daya yang dihasilkan pun perlu kita hitung batas atas, dan batas bawahnya. Di sini kita juga butuh pengetahuan tentang perhitungan.Â
Dibutuhkan daya yang sangat besar bisa menghantar daya listrik yang dihasilkan pembangkit sampai disalurkan ke tempat yang jauh hingga ratusan kilometer. Kemudian juga butuh penurunan daya / pengurangan daya sampai dinilai cukup aman untuk digunakan. Sampai pada daya itu kita manfaatkan lagi, menjadi cahaya, menjadi gerak / kipas, menjadi pendingin, menjadi suara dan lain sebagainya.
Semua hal di atas bisa kita lakukan dengan syarat kita memiliki banyak pengetahuan akan nama-nama, banyak pengetahuan tentang sifat-sifat dari nama-nama benda, pengetahuan tentang teknik dan mekanis.
Untuk sampai pada era saat ini, dibutuhkan perjalanan panjang ratusan tahun untuk mengenali nama-nama, menurunkan sifat-sifat dari nama-nama, mengetahui teknik isolasi / memenjarakan salah satu sifat atau beberapa sifat, butuh banyak pengetahuan tentang perhitungan, butuh pengetahuan pengaruh benda satu dengan benda yang lain, Â dan pengetahuan-pengetahuan lain. Hasilnya hari ini mengetahui macam-macam perangkat yang kita gunakan / manfaatkan sehari-hari.Â
Pada perangkat-perangkat itu ada banyak sifat-sifat benda yang saling bekerja, maka di perangkat-perangkat itu ada banyak malaikat bekerja dan tunduk sesuai fungsi yang kita ingginkan. Para malaikat tetap tunduk pada fungsi mengikat sifat benda, dan tetap tunduk pada sunatullah, dan tetap bertasih kepada Allah subhanahu wata'ala. Akan sangat rugi jika hari ini, apa yang kita lihat, yang kita dengar, yang kira rasa dengan lidah dan tangan kita, yang kita cium dengan hidung kita, jika semua itu tidak mengingatkan kita akan Tuhan.Â
Akan sangat rugi jika semua itu tidak bisa membuat kita bertasih kepada Tuhan, padahal pada semua itu ada banyak malaikat tetap bertasih pada Allah subhanahu wata'ala, rugi jika kita tidak juga bertasbih bersama mereka. Akan sangat rugi jika semua itu tidak juga membuat kita untuk memuji Alllah subhanahu wata'ala. Ya Allah, tidaklah Engkau ciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engku, Segala Puji Bagimu, dan lindungilah kami dari siksa neraka.
Kini kita tahu bahwa sujudnya malaikat kepada Nabi Adam alaihi salam dikarenakan Nabi Adam alaihi salam diberi pengetahuan akan nama-nama sekaligus sifat-sifat dari nama-nama, maka semua malaikat itu diperintahkan untuk tunduk bersujud kepada Nabi Adam alaihi salam. Dan bagi siapapun anak turun Nabi Adam alaihi salam, yang menguasai banyak ilmu, mengerti banyak sifat-sifat dari benda-benda / materi, mampu membuat sistem mekanis apapun itu, maka ia telah menundukan beberapa malaikat untuk mau bekerja untuknya.Â
Oleh karena itu, Â penting bagi kita untuk bisa menguasai banyak ilmu, menghapal banyak nama, mengerti sifat-sifat materi, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah subhanahu wata'ala. Kita bertasbih dengan semua pengetahuan itu yang dikuasakan kepada kita, juga sebagai generasi penerus dari Nabi Adam alaihi salam.Â
Kita harus berusaha dan berupaya menguasai ilmu pengetahuan, sebagai turunan dari Nabi Adam alaihi salam yang mana ilmu pengetahuan itu sampai pada mengenal malaikat, juga sampai kepada mengenal dan memahami Allah subhanahu wata'ala. Semua ilmu itu mengingatkan kita kepada Allah subhanahu wata'ala, dan terus mengingatkan saudara kita yang ilmunya hanya sampai pada zat / materi saja.
Malaikat-malaikat yang sujud kepada Nabi Adam alaihi salam adalah semua malaikat yang mengikat benda materi yang nama-namanya telah disebutkan olehnya tapi juga malaikat-malaikat yang tugasnya melakukan korespondesi / tatap muka / antar muka yang kita kenal jumlahnya sepuluh (Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Ridwan, Malik, Rakib, Atid, Mungkar, Nakir, salam bagi semuanya). Kepada para nabi dan rasul malaikat itu diijinkan menampakan diri dengan rupa-rupa tertentu, tetapi kepada anak cucu Nabi Adam alaihi salam, hanya bisa dikenali ketika ia berfikir dan merenungkan semua yang telah terjadi atau sedang terjadi.Â
Allah subhanahu wata'ala telah mencukupkan tanda-tanda mengenalNya kepada semua umat manusia yang terlahir ke dunia ini tanpa kecuali. Tanda-tanda mengenal Allah subhanahu wata'ala itu disampaikan oleh malaikat Jibril alaihi salam, tapi ketika unit terkecil dari malaikat Jibril alaihi salam datang, banyak dari kita tidak menyadarinya. Sebagai contoh berikut, dimana ada unit terkecil malaikat Jibril telah datang kepada kita.
"Di awal film Ratatouille ketika Remy menyelinap ke dapur lalu melihat acara televisi yang menayangkan Chef Gusteau, di situ Chef Gusteau berkata "Makanan baik itu seperti musik dalam hal rasa, dan warna dalam hal aroma ..." kemudian Remy memakan keju dan muncul animasi warna dan suara, lalu Remy memakan strobery juga muncul animasi warna dan suara, adegan dilanjutkan dengan Remy memakan keduanya bersamaan. "
Dari potongan adegan dalam film Ratatouille di atas, Sang Animator menggambarkan bahwa rasa itu seperti musik dan aroma itu seperti warna. Animator menyampaikan bahwa rasa itu tidak hanya, manis, asin, gurih, pedas, kemudian aroma itu tidak hanya wangi, harum, sedap, busuk. Lebih jauh yang disampaikan adalah dari rasa ke suara itu hanyalah tafsir, maka banyak kita temui tafsir dari rasa gula, manis, sweet, hulwun, amai, dan tafsir dari aroma tidak hanya sekedar harum, lalu semua harus mengatakan harum. Dari mana datangnya rasa, suara, aroma?Â
Yang kita tahu, kita tiba-tiba sudah hidup, dengan dibekali dengan semua perangkat itu (indra) dan pernah belajar untuk mengendalikan tubuh kita. Dari mana kehidupan itu datang, kecuali dari sang Maha hidup yaitu Tuhan. Seperti apakah Tuhan itu?
Jawabnya tak terkira, tak tercitra, tak hingga, karena semua perangkat yang ada dalam dirinya kita berkerja terbatas, dan semuanya hanyalah tafsir. Indra kita tidak akan pernah mampu mengidentifikasi Tuhan, karena Tuhan yang Maha Besar / tak terbatas mustahil dijangkau oleh panca indra dengan kemampuan terbatas ( (j,k,l,m,n) = mustahil / impossible *j,k,l,m,n adalah batas atas atau batas bawah dari kemampuan lima indra, seberapapun kita meretas batas itu tetap saja vairabel / peubah itu masih terbatas).Â
Maka mengapa kita harus bertuhan kepada Sosok, rupa? Kenapa kita harus bertuhan kepada sosok hanya hidup di jaman lampau atau jaman tertentu? Kenapa kita harus bertuhan kepada sosok yang terjebak di masa tertentu? Maka kita harus meninggalkan Tuhan-Tuhan yang seperti itu. Kita hanya boleh bertuhan kepada Ia yang Maha Besar, tak terbatas, tak tercitra, tak terkira.
Itulah tadi tanda yang telah disampaikan Allah subhanahu wata'ala kepada kita melalui Malaikat Jibril alaihi salam lewat film Ratatouille. Siapa diantara kita yang menyadari dari adegan di atas, unit terkecil dari Malaikat Jibril alaihi salam telah datang kepada kita yang menonton film itu, atau bahkan kepada mereka yang terlibat dalam pembuatan film Ratatouille itu? Berapa juta pasang mata telah menonton film Ratatouille  yang menyadari bahwa mereka didatangi oleh unit terkecil dari Malaikat Jibril alaihi salam?
Ya tentu saja kita tidak akan mengenali Malaikat Jibril sebagai sosok atau wujud tertentu, tapi jika kita sadar ada jika unit terkecil dari malaikat adalah sejumlah aturan / protokol melakukan fungsi tertentu, maka dengan memikirkannya kita bisa mengenali bahwa ada unit terkecil dari Malaikat Jibril alaihi salam telah datang menyampaikan tanda dari Allah subhanahu wata'ala.Â
Masihkah kita berfikir Allah subhanahu wata'ala yang Maha Pengasih berpilih kasih dalam memberikan tanda-tanda mengenalNya hanya kepada para nabi dan rasul saja, ataukah kita masih berfikir setelah Rasullullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasalam wafat, Malaikat Jibril non-job, angkong-angkong, jadi pengangguran? Allah telah mencukupkan tanda-tanda mengenalNya kepada seluruh umat manusia melalui Malaikat Jibril alaihi salam, tapi kebanyakan dari kita abai pada tanda-tanda itu.
Itulah unit terkecil dari Malaikat Jibril alaihi salam, telah datang menyampaikan tanda-tanda mengenal Allah subhanahu wata'ala.
Bagaimana dengan Malaikat Mikail alaihi salam? Â Seorang baby sister / pengasuh anak, ia selalu tersenyum dan ceria ketika menemani anak yang diasuhnya bermain, ia juga masih tersenyum ketika anak yang diasuhnya rewel, beol / buang hajat, karena ia sadar bahwa ia akan mendapatkan gaji / honor dari sana.
Bandingkan dengan kita / seorang bapak / ibu ketika mengasuh anak kita sendiri, banyak kalanya kita marah ketika anak kita buang hajat, atau ketika anak kita membuat mainannya berantakan, atau ia menumpahkan minuman atau sebagainya. Satu sisi Si Pengasuh anak mendapatkan uang / bayaran dari anak yang diasuh, di sisi lain bapak / ibu yang mengasuh anaknya sendiri hanya mendapatkan lelah atau tambahan lelah.Â
Maka Malaikat Mikail bukanlah majikan dari Si Pengasuh anak, unit terkecil dari Malaikat Mikail adalah sejumlah aturan / protokol yang menjadikan sesuatu dapat memperpanjang masa hidup (sumber penghidupan). Maka unit terkecil dari Malaikat Mikail datang pada Si Pengasuh, begitu pula ia datang kepada kita / bapak / ibu yang menghasuh sendiri anaknya, maka senyumlah dan ucapkanlah salam kepadanya.
Lagi pula apa alasanmu marah kepada anak yang sedang minta ijin untuk bisa mengendalikan tubuh, tangan dan kakinya? Kamu marah, karena telah berharap lebih atau membayangkan mereka sudah bisa melakukan semuanya sendiri atau kamu telah lupa bahwa dulu juga perlu ijin untuk bisa mengendalikan tangan dan kakimu.
Telah banyak datang unit terkecil dari Malaikat Mikail datang kepada kita, tapi banyak kita acuhkan tanpa mengucapkan salam. Ketika seorang dokter mendapatkan bayaran atas jasa seseorang yang gangguan pernapasan, gangguan saluran pencernaan, pendengarannya terganggu, gangguan fungsi organ tubuh, dan lain sebagainya. Sejumlah aturan dan kejadian yang menjadikan dokter tersebut menerima bayaran atas jasanya adalah rejeki, maka ketika kita dapat mata, hidung, telinga, mulut dan badan kita baik-baik saja (sehat), disaat itulah unit terkecil dari Malaikat Mikail alahi salam telah datang menghantarkan rejeki kepada kita.
Bertasbih dan bertahmidlah ketika kita mendapatkan semuanya baik-baik saja karena unit terkecil Malaikat Mikail telah datang dan menunaikan tugasnya. Usahakan jangan marah, terhadap segala sesuatu yang kita perkiraan tidak mendatangkan uang kepada kita. Tetap bersyukur dan tersenyumlah karena di dunia ini ujian yang kita kerjakan adalah ujian praktik. Praktik sabar itu sulit, tapi ingatlah di saat yang sama adalah malaikat yang menyampaikannya dan telah diijinkan itu terjadi pada kita.
Tidak hanya unit terkecil dari Malaikat Jibril alaihi salam atau Malaikat Mikail alaihi salam saja yang datang kepada kita, sesaat kita terbangun dari tidur, maka semua malaikat yang sepuluh datang menyapa kita, dan sejumlah malaikat pengikat materi tetap dalam kedudukkannya sesuai sunatullah. Tapi ada satu, tidak semua yang kita kenali kemudian kita turunkan sifat-sifatnya bisa kita tundukkan. Ada sejumlah hal yang kita kenali dan kita tahu sifat-sifatnya tapi kita tidak diijinkan untuk menundukkannya, salah satunya adalah darah dan aliran darah.Â
Kita tahu ada darah dalam tubuh kita, kita juga tahu darah itu mengalir, tapi kita tidak diijinkan untuk mengendalikannya, itu adalah unit terkecil dari Iblis. Ya unit terkecil dari Iblis bersemayam dalam aliran darah, kita tidak diijinkan untuk menundukkannya meskipun kita mengenalinya dan tahu namanya.Â
Kita hanya bisa membuatnya merespon ketika kita menggunakan ijin untuk mengedalikan tangan dan kaki kita. Dan aksi terbaik, picuan terbaik adalah ketika menggunakan tangan dan kaki kita untuk sujud kepada Allah subhanahu wata'ala. Maka pada saat itulah Iblis pun ikut sujud kepada Allah subhanahu wata'ala. Dan ingatlah Iblis hanya tunduh dan sujud kepada Allah saja.
Mari kita ingat kembali berita tentang Iblis yang menolak untuk sujud kepad nabi Adam alaihi salam. Saat itu Iblis bersumpah bahwa "Demi Maha KuasaMu, akan ku sesatkan mereka semuanya (golangan jin dan manusia)". Dari sisi Iblis, bantahan tersebut sebenarnya adalah pembelaannya kepada malaikat, Iblis membela dirinya dan para malaikat bahwa "Iblis dan para malaikat tidak keberatan jika yang memotong-motong, atau menggabung-gabungkan sejumlah aturan itu adalah Allah subhanahu wata'ala".
Iblis keberatan jika yang harus memotong-motong, mengisolasi / memenjarakan, menggabung-gabungkan sejumlah aturan itu juga berstatus sesama mahluk yaitu manusia, dalam hal ini Nabi Adam alaihi salam dan keturunannya. Iblis enggan / tidak mau menurut jika yang memotong-motong, memisah ikatan, menyambung ikatan itu adalah manusia. Maka yang dimaksud Iblis dengan menumpahkan darah adalah tidak hanya kenyataan bahwa manusia akan saling menumpahkan darah tetapi juga bahwa manusia itu kelak akan memutus juga menyambungkan ikatan-ikatan malaikat.Â
Hingga saat ini manusia itu memotong-motong, juga menggabung-gabung sejumlah protokol, aturan yang mengikat atom, senyawa. Manusia mereaksikan satu atom dengan atom yang lain, hingga membentuk senyawa baru, atau memisahkan / memurnikan senyawa lainnya. Maka malaikat itu / protokol / aturan / sifat yang mengikat atom / materi itu tunduk pada kemauan manusia (anak cucu Nabi Adam alaihi salam). Tetap saja ada sejumlah kasus, sejumlah materi / sejumlah aturan acak, yang sulit untuk dirumuskan sehingga sulit untuk ditundukan.Â
Maka itu adalah bagian kecil dari Iblis, tidak semua itu bisa ditundukan oleh manusia. Dari sisi Allah itu adalah hal yang menjaga Maha BesarNya, sehingga jelas tidak mungkin bisa dikenali oleh manusia dengan indra dan akal pikirnya. Dari sisi manusia kita hanya diijinkan untuk tahu dalam batas tertentu, dan bisa menundukan dalam batas tertentu juga. Dan dalam keterbatasan, dalam ketidaktahuan yang amat besar, sikap / laku terbaik adalah SUJUD. Tidak ada cara terbaik ketika sampai pada titik ketidaktahuan / keghaiban / kebuntuan kecuali dengan sujud.
Sujud adalah tindakan terakhir yang bisa kita lakukan, karena kenyataannya, dunia ini, semesta ini, jaga raya ini, bumi kita dengan segala isinya adalah hal nyata, dan tidak mungkin ada tanpa ada yang memulai. Konsletnya pemikiran kita bahwa semua ini dimulai dari nol, kita mengira hitungan itu dimulai dari nol dan menganggap dunia ini dimulai dari nol. The missing link pemikiran kita adalah mengira bahwa semua dimulai dari tidak ada. Maka sudah saatnya kita memaknai ulang nol bukan lagi tidak ada, tapi nol adalah mati.Â
Dan mustahil segala sesuatu yang hidup ini berasal dari benda mati, segala sesuatu yang hidup ini dimulai dari yang Maha Hidup. Sang Maha Hidup itulah Allah subhanahu wata'ala. Kita tata ulang pola pikir kita untuk mereset ulang bahwa semuanya harus dimulai dari satu bukan lagi nol. Itulah the missing link yang saya maksud. Allah subhanahu wata'ala itu hanya satu dan tidak ada yang menyerupaiNya, dan Dialah sebenar-benarnya Tuhan. Dan kita semua wajib bertuhan.Â
- Kita semua wajib bertuhan, rumus universal mekanika belum ditemukan, dan tidak akan pernah ditemukan. Maka tidak ada pilihan tidak bertuhan.
- Pencarian kita melalui disiplin ilmu, fisika, kimia, biologi, matematika, bahasa dan sastra, dan semua cabang disiplin ilmu, adalah untuk mengidentifikasi sifat-sifat dari nama-nama benda dan menundukan aturan protokol yang mengikat benda (malaikat), bukan untuk membuktikan ketidakberadaan tuhan.
- Â Makrifatullah bukanlah hal yang luar bisa sehingga kita bangga-banggakan atau kita jual untuk mengumpulkan perbendaharaan dunia. Makrifatullah seharusnya membuat kita menetapi syariat Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasalam.
- Â Percayalah / berimanlah pada Allah subhanahu wata'ala dengan sungguh-sungguh iman, yakin dengan sangat yakin.
- Â Tetaplah terbuka dengan segala sesuatu yang kita yakini kebenarannya, dan satu-satunya tutup akan kebenaran adalah La ilaha illallah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H