Mohon tunggu...
raden kuswanto
raden kuswanto Mohon Tunggu... Buruh - saya hanya seorang yang mencoba menggambar apa yang ada di kepala saya dengan huruf, kata dan kalimat

saya dilahirkan di sebuah pulau di timur indonesia. diberi nama raden kuswanto dibesarkan di ujung timur pulau jawa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

The Missing Link adalah Nol: #2

27 Maret 2023   15:18 Diperbarui: 17 Mei 2023   09:31 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu hal yang pasti, Tuhan itu hidup, tetap hidup, selalu hidup. Tuhan itu Maha Hidup, karena semua yang hidup harus berasal dari yang hidup. lalu seperti apakah Tuhan itu? Jawabannya tidak tahu, di luar jangkauan indra, tak terbatas, tak terhingga. Tentu saja jawaban "tidak tahu" tidak akan membuat kita puas. 

Tapi "tidak tahu" adalah jawaban yang jujur, dan kejujuran adalah syarat utama untuk percaya, kejujuran adalah syarat untuk bisa iman, kejujuran adalah syarat untuk bisa yakin, benar yakin, sungguh sangat yakin. Semua pertanyaan tentang Tuhan mengenai bentuk, suara, warna, apapun itu yang merujuk, mengerucut, sampai pada sosok, maka jawaban yang paling benar, jawaban yang paling jujur adalah "tidak tahu / ghaib". Jika ada jawaban yang sampai ada pengambaran, pencitraan, sosok, warna, suara, bentuk, apapun itu, maka tinggalkanlah Tuhan seperti yang digambarkan, dicitrakan itu, karena itu hanyalah hayal belaka, dan dorongan nafsu dalam bertuhan.

Tuhan yang tak terbatas, tak hingga, mustahil bisa dijangkau oleh indra manusia yang kemampuannya terbatas, sekeras apapun kita meretas batas indra yang kita temui dari hasil retasan itu hanyalah mahluk (ciptaan), sehebat apapun kita membayangkan Tuhan, gambar / citra hasilnya cuma hayal saja. Maka jujurlah dalam menjawab, sidiklah dalam berlaku, tentu saja jawaban itu tidak tahu / ghaib. Ya itulah Tuhan yang sebenarnya, Tuhan yang wajib bagi kita bertuhan padaNya, Dialah yang Tuhan yang nyata, wujud, wajib ada, yang tak terbatas, tak terindra, tak tergambarkan, tak tercitra.

Tuhan yang tak hingga, tentu saja mustahil bagi kita untuk menggambarkan, mengilustrasikan, karena tidak satupun dari indra kita yang kemampuannya terbatas, mampu mengindra sesuatu yang tak terbatas, takhingga. Terkait syarat kamu untuk percaya dan yakin bahwa Tuhan harus bisa dilihat atau terindra oleh salah satu indra kita, coba renungkan hal berikut ini. 

Jika syarat itu harus terlihat, maka Tuhan yang kita lihat itu menjadi tidak adil bagi saudara kita yang tuna netra. Padahal Tuhan itu yang seharusnya adil menjadi tidak adil lagi. Tuhan yang seharusnya Maha Adil, sempurna adilnya, menjadi cela, celah, krowok, karena syarat yang kita berikan. Maka untuk yakin Tuhan itu ada, kita hanya perlu membebaskan akal dari penjara batasan indra, dan mempertimbangkan, membatalkan syarat yang kita ajukan itu.

Ini adalah shortcut pencarian Tuhan

Lalu siapakah Tuhan itu? Dialah Allah yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Dialah Allah yang satu, Dialah Allah, Tuhan yang mengenalkan diriNya pada Muhammad bin Abdullah. Dialah Allah Tuhan yang diperkenalkan Muhammad bin Abdullah kepada kita. Lalu benarkah Tuhan yang benar itu bernama Allah? Tuhan sang pencipta adalah segala sesuatu yang tak terbatas, tak terkira, tak terjangkau oleh semua indra manusia. Maka tidak ada satupun manusia di bumi ini yang bisa memastikan bahwa Tuhan yang benar itu bernama Allah. 

Semua perangkat indra manusia hanya bekerja pada batasan tertentu, batas bawah dan batas atas. Sekalipun manusia meretas batas itu, Allah yang tak terhingga mustahil bisa terjangkau dalam batasan indra manusia meskipun batas itu telah diretas. Jadi, tidak ada satupun manusia di bumi ini yang memiliki kapasitas, kuantitas, kapabilitas, kompetensi, kualifikasi, kapabiliti, atau apapun itu istilah untuk menyebut kemampuan untuk memastikan bahwa memang benar Tuhan itu bernama Allah! Karena mustahil bagi manusia dengan perangkat yang bekerja terbatas (indra) memastikan sesuatu yang tak hingga, tak terkira, tak terjangkau.

Manusia dengan indra terbatas, mustahil bisa memastikan, mustahil bisa mengidentifikasi, bahwa benar Tuhan itu bernama Allah. Semua pencarian manusia tentang asal-usul dunia dan seisinya akan berujung pada Sang Pencipta (Tuhan), lalu pada sifat yang melekat pada Tuhan. Tuhan itu Maha Awal (pertama), Tuhan itu Maha Kuasa, Tuhan itu Maha Perkasa, Tuhan itu Maha Pengasih, Tuhan itu Maha Hidup, Tuhan itu Maha Menghidupkan, Tuhan itu Maha Penyayang, Tuhan itu Maha Adil, Tuhan itu Maha Raja (Penguasa Menguasai), Tuhan itu Maha Akhir (terakhir), dan semua sifat Tuhan yang melebur menjadi satu dengan gelarNya. 

Dan manusia dengan akalnya, akal yang bebas, yang keluar dari isolasi indra, akal yang keluar dari penjara indra, hanya bisa sampai pada batas "Bahwa segala sesuatu ini nyata adanya, disebabkan oleh sesuatu yang nyata, yaitu Tuhan Sang Pencipta." Sang Pencipta itu memiliki sifat seperti ini, ataupun gelarnya seperti ini. Maka penyebutan sifat dan gelar ini bisa berbeda-beda disetiap bangsa dan bahasa. Sang Hyang Widhi (Yang Maha Tunggal), San Hyang Taya (Yang Maha Takterkira, Takterhingga), Thian Yuan (Yang Maha Esa, Maha Besar), dan sebagainya penyebutan sifat dan gelar Tuhan, boleh berbeda setiap bangsa dan bahasa. 

Dengan kaidah bahwa Tuhan itu Maha Besar, takterkira, takterhingga, takterbayangkan, maka Tuhan itu tidak boleh berhenti pada sosok, rupa, citra, bayangan tertentu. Maka kita wajib meninggalkan Tuhan yang tersosok pada tokoh tertentu, kita tidak boleh bertuhan pada rupa tertentu, kita tidak boleh bertuhan yang tercitra dalam indra, kita tidak boleh bertuhan dengan bayangan / khayalan tertentu. Kita wajib meninggalkan Tuhan-Tuhan yang berupa tokoh manusia, hewan, gabungan manusia dan hewan. Karena Tuhan yang takterkira, takterhingga, hanya Tuhan sajalah yang bisa mengenalkan diriNya pada Nabi dan RasulNya. Dialah Allah, Tuhan yang mengenalkan diriNya pada Nabi Adam 'alaihi salam. 

Dialah Allah, nama Sang Pencipta yang dikenalkan, dituturkan oleh Nabi Adam 'alaihi salam, ke nabi-nabi selanjutnya, sekaligus turunannya sampai ke Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasalam. Kita tidak memiliki pilihan lain selain percaya pada Nabi Muhammad shallallahu 'alahi wasalam, bahwa Tuhan itu bernama Allah, karena semua sifat pada Tuhan, semua gelar pada Tuhan, semua sebutan terbaik pada Tuhan, ada pada Tuhan yang dikenalkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasalam. Hanya Allah sajalah yang bisa mengenalkan diriNya pada Nabi dan RasulNya, dan kita umat manusia hanya bisa percaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun