Kalimat di atas adalah contoh dari penurunan / logika dari kalimat berita pertama bahwa "Ibu sedang pergi ke pasar." Dan hasil penurunan di atas juga sebuah fakta yang memang adanya, tapi tidak perlu dituliskan dalam pemberitaan pertama. Hal seperti ini cukup bisa dipahami, atau bisa kita ambil atau kita tarik ketika kita berlogika atau berfikir akan kalimat berita pertama. Penurunan berita seperti ini kadang diperlukan supaya kita bisa mengukur, atau memperkirakan bahwa kita sudah pada posisi dan kondisi yang tepat.
Kita kembali ke berita tentang Iblis di atas, sesuatu yang bisa kita turunkan dari berita tentang Iblis di atas adalah
Bahwa sampai saat ini, Iblis dihukumi kafir (tertutup) bukan karena tidak bertuhan. Iblis dihukum kafir hanya karena ia ingkar akan kuasa Tuhan.
Berita lain menyebutkan bahwa alasan Iblis enggan sujud kepada Adam alaihi salam karena menganggap dirinya lebih baik dari Adam alaihi salam disebabkan asal Iblis diciptakan dari api sedangkan Adam Alaihi salam dari tanah. Iblis beranggapan bahwa dirinya lebih baik dari Adam alaihi salam dan enggan meninjau ulang anggapannya itu.Â
Iblis menutup pendapatnya sendiri dan menurutnya itulah yang benar, enggan pula melihat atau meninjau ulang pendapatnya dari sisi lain (Iblis mengira dirinya benar, dan menuntut dibenarkan oleh Tuhannya lalu keberadaan Adam alaihi salam adalah sebuah kesalahan). Iblis telah bertuhan dengan Tuhan yang benar, Iblis mengira Tuhan telah cukup dengan tasbih (mensucikanNya) dan tahmid (memujiNya) dari Iblis saja. Iblis begitu bangga dengan tasbih dan tahmidnya, kemudian juga bangga dengan asal usul penciptaan dirinya, dan mengira Tuhan telah cukup dengan itu. Dan ketika Tuhannya menguji dengan sesuatu yang menurutnya lebih rendah, Iblis menutup diri, dan bertahan dengan pendapatnya sendiri (kafir akan kuasa Tuhan).
Bahwa sekalipun kita telah bertuhan dengan Tuhan yang benar, bukan berarti kita menjadi pemilik kebenaran itu. Jangan terbalik logika, Tuhanlah pemilik bumi, langit dan seisinya, bukan Tuhan milik kita yang menyaksikan / membenarkan keberadaan Tuhan. Ini adalah peringatan yang sangat keras bagi Kita yang telah mengakui keberadaan Tuhan. Bahwa bertuhan itu adalah terbuka, terbuka pada pendapat yang kita yakini kebenarannya, terbuka pada cara kita menjalankan syariat dari Tuhan, terbuka bahwa Tuhan diatas segala sesuatu, terbuka bahwa Tuhan kuasa atas segala sesuatu.Â
Terhadap cara kita bertuhan, cara kita beribadah kepada Tuhan (syariat), kita hanya menjalani sesuatu yang kita yakini, tetapi kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk sama dengan kita. Kita juga tidak perlu melakukan semua jenis pilihan dalam bersyariat, karena kita hanya satu, tidak bisa membelah diri, tidak bisa melakukan semua pilihan dalam beribadah, maka kita pilih yang dekat dengan kita, yang kita sukai dan yang paling kita mampu untuk melakukannya. Seumpama menuju Tuhan itu harus melewati gunung, sedang jalur mendaki gunung ada empat jalur, kita tidak harus melewati keempatnya bersamaan, karena kita tidak bisa membelah diri, atau melompat dari satu jalur ke jalur yang lain. Kita cukup ikuti jalur yang paling dekat dengan kita, tanpa harus memaksa orang lain lewat di jalur yang sama dengan kita, tidak perlu pula syirik / iri dan menyalahkan orang lain yang melewati tiga jalur yang berbeda dengan kita, toh pada akhirnya puncaknya juga hanya satu.
Mari kita ulangi lagi penurunan dari berita tentang Iblis
"Iblis tidak pernah menutup diri dari bertuhan."
"Iblis tidak pernah kafir dalam bertuhan."
"Iblis telah bertuhan dengan Tuhan yang benar."Â
Terhadap diri kita sendiri, sudahkah kita bertuhan? Apakah Tuhan yang kita yakini adalah Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan yang menciptakan bumi, langit dan seisinya? Yaitu Tuhan yang sama yang telah menciptakan Iblis. Untuk kita yang masih ragu akan Tuhan, bahkan menutup diri dari bertuhan, sudahkah kita mampu merumuskan rumus mekanika di atas yang dengannya atau dengan turunan rumus itu ataupun integral rumus itu kita bisa tahu kapan mulainya alam semesta ini? Kapan sebuah sub atom, proton, neutron, dan elektron memiliki kehendak, kemudian memutuskan untuk jadi apa dia?Â
Kapan atom-atom itu mulai bergerak dan memutuskan untuk menjadi senyawa? Kapan senyawa-senyawa itu memutuskan untuk membentuk organ? Kapan organ-orang itu memutuskan untuk menjadi individu? Kapan hidup itu dimulai? Rumus itu tidak ada, tidak akan pernah ada, tidak akan pernah ada yang mampu menotasikannya, maka sainstek / ilmu pengetahuan saat ini wajib bertuhan. Aneh saja bagi manusia yang memutuskan untuk tidak bertuhan / atheis / agnothis, padahal ia hanya menemukan dirinya tiba-tiba sudah ada dan hidup didunia ini. Ia juga tidak mampu menjelaskan bagaimana ia yang asalnya mati, kemudian hidup, kemudian mati lagi, kemudian hidup lagi! Siapakah zat yang hidup dan memberi kehidupan? Aneh saja, dan sangat aneh.Â
Mencoba Mengindra ke Tuhan
Sudah pasti ada sesuatu di sana yang memulai segalanya, Dia itu hidup dan tetap hidup. Dia itulah Tuhan. Jika kemudian untuk percaya Tuhan itu ada, kita mensyaratkan Dia (Tuhan) itu harus kasat mata atau bisa kita indra dengan satu atau kelima indra kita. Mari saya temani mengukur kemampuan indra kita, dan ijinkan saya sampaikan sudut pandang saya dalam menggunakan panca indra. Saya akan mengambil satu indra dari kelima indra yang jangkaunnya paling jauh. Misalkan indra perasa / lidah hanya akan mendeteksi sesuatu yang menyentuhnya yaitu lidah yang berarti sesuatu itu harus masuk kedalam mulut kita. Â
Kemudian indra peraba, hanya mampu mendeteksi yang sesuatu yang mampu kita sentuh, dengan tangan, kulit. Indra penciuman, sudah cukup mampu meremot / mentele sesuatu yang diindranya asalkan ada media yang mengalirkannya sampai ke hidung. Kemudian indra pendengaran, telinga sudah cukup bisa mendeteksi sesuatu yang jaraknya cukup jauh, dengan syarat suara yang dideteksi cukup keras untuk didengar.Â
Pilihan terakhirnya adalah penglihatan, ini bisa mendeteksi sesuatu yang cukup jauh sampai pada kita bisa melihat sesuatu tapi kita tidak bisa mendengar bunyinya, tentu saja tidak tahu aroma, tekstur dan rasanya. Baik kita akan menggunakan mata untuk mengindra Tuhan supaya kita bisa yakin bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Mari kita perkirakan jarak terjauh jangkauan mata. Misalkan jarak pandangan kita ke cakrawala / horizon adalah sejauh 400 km, maka kita buat sebuah lingkaran dengan diameter tersebut. Kemudian lingkaran itu kita bandingankan dengan seluruh permukaan bumi, seberapa perbandingan antara jarak pandang kita ke horizon dibandingkan dengan permukaan bumi? Berikut ini saya buatkan gambar perbandingan tersebut.