Mohon tunggu...
raden kuswanto
raden kuswanto Mohon Tunggu... Buruh - saya hanya seorang yang mencoba menggambar apa yang ada di kepala saya dengan huruf, kata dan kalimat

saya dilahirkan di sebuah pulau di timur indonesia. diberi nama raden kuswanto dibesarkan di ujung timur pulau jawa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Nol (0), Satu (1), dan Takhingga

13 Maret 2021   21:33 Diperbarui: 13 Maret 2021   23:35 2000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita kembali ke nol, satu, dan takhingga. Ketika kita menggunakan bilangan dengan konsep linier atau menurut garis lurus, maka nol adalah tahap sebelum satu, nol (0) adalah fase dimana sebelum masuk kedalam keadaan imaginer atau masuk kedalam dunia imajinasi (angka negatif). Satu (1) adalah bilangan terkecil, sesuatu yang kecil, tahap yang pertama untuk memulai segala sesuatu dan terus meningkat. Sedangkan tak hingga () adalah sesuatu yang lain yang sangat berbeda, sesuatu yang tak tersentuh. Dari konsep bilangan linier, maka angka nol, satu dan takhingga adalah sesuatu yang berbeda.

Lalu bagaimana dengan konsep bilangan model siklus atau lingkaran? Dalam konsep bilangan adalah siklus tidak bisa dilepaskan dengan makna bilangan itu, seperti yang sudah saya tuliskan diartikel sebelumnya tentang "Makna angka 1 sampai dengan 10" atau ditempat lain saya beri judul "Filosofi angka 1 sampai dengan 10". Di artikel tersebut saya menyebutkan makna angka satu (1) melambangkan Tuhan, Allah subhanahu wa ta'ala, sedangkan nol (0) melambangkan kematian, sesuatu yang menjadi akhir dari siklus dan kembali ke satu / Tuhan. Lalu bagiamana dengan takhingga? Untuk memamahi itu, kita harus paham dimana posisi kita sebagai mahluk. Bahwa mahluk / ciptaan itu berbeda dengan pencipta, mahluk itu bersifat selalu berpasang-pasangan, terjebak dalam ruang dan terikat oleh waktu.

 Gambar Ilustrasi mahluk, di dalam ruang, terikat waktu

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi
Gambar di atas adalah ilustrasi hubungan antara mahluk, ruang dan waktu.

Kubus menggambarkan ruang, spiral menggambarkan waktu, dan semua yang ada didalam kubus adalah mahluk. Ruang dan waktu juga mahluk atau ciptaan yang spesial, dimana kedua terikat dan berhimpit, berjalan bersama. Hebatnya lagi, waktu bersiklus atau bergerak sesuai denga siklus dan terus maju, seperti spriral. Begitu pula dengan ruang, juga terus bergerak dengan siklus. Di sini saya tidak cukup pengetahuan manakah antara ruang dan waktu yang mengikuti, apakah bergeraknya ruang mengikuti waktu, atau waktu mengikuti bergeraknya ruang?. Yang jelas keduanya bergerak bersama-sama, maka saya katakan terikat atau berhimpitan. Dan di dalam ruang dan waktu ada mahluk lain yang juga bergerak di dalamnya dengan siklusnya masing-masing diukur oleh waktu, termasuk kita umat manusia.

Kembali ke nol (0), satu (1) dan takhingga (, adanya nol, satu dan takhingga hanya karena itu dalam pandang mahluknya yaitu kita manusia. Pada hakikatnya nol (0), satu (1), dan takhingga () adalah sesuatu yang sama, tidak ada bedanya yaitu tuhan, Allah subhanahu wa ta'ala. Lalu kenapa kesannya atau rasanya seperti berbeda. Itu karena kita belajar matematika dan dikenalkan bahwa bilangan itu mengikuti garis lurus, sehingga berkesan berbeda. Atau dalam dunia nyata, karena kita terjebak oleh ruang, dan terikat waktu sehingga rasanya berbeda, seperti kasus dalam bumi datar, atau bumi bulat.

Bagaimana penjelasannya bahwa nol (0), satu (1), dan takhingga bisa dikatakan sama dan tidak berbeda sama sekali? Nol adalah satu yang ada dimasa lalu, karena kita adalah mahluk yang terikat oleh waktu, waktu yang telah berlalu tidak mungkin kita ambil kembali. Itulah mengapa ketika habis waktu maka kita dikatakan mati atau kehabisan waktu berarti adalah kematian. Maka nol atau waktu yang telah berlalu, atau kematian adalah sesuatu yang takhingga atau tak terjangkau oleh kita dan semua mahluk dalam ruang dan waktu. Tidak ada satupun manusia atau mahluk yang bisa menggapai nol atau kematian, jika ada yang mampu menggapainya tentunya dia bisa menahan kematian itu, sehingga dia bisa abadi. Pada kenyataanya tidak ada satupun mahluk yang luput dari kematian, semua akan kembali bersiklus.

Kemudian bagaimana dengan satu (1)? Satu adalah bentuk ketakhinggaan saat ini.

 Gambar ilustrasi hubungan nol, satu, dan takhingga

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi
 

Dari gambar ilustrasi di atas, kita tahu bahwa nol (0), satu (1), dan takhingga () adalah satu hal yang sama. Hanya karena kita mahluk yang terikat waktu dan terbatas ruang saja semua itu terkesan berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun