Mohon tunggu...
raden kuswanto
raden kuswanto Mohon Tunggu... Buruh - saya hanya seorang yang mencoba menggambar apa yang ada di kepala saya dengan huruf, kata dan kalimat

saya dilahirkan di sebuah pulau di timur indonesia. diberi nama raden kuswanto dibesarkan di ujung timur pulau jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balada : Menemani Akal Mencari Tuhan #1

9 Januari 2021   01:37 Diperbarui: 9 Januari 2021   01:51 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mas Kus       : "Hpmu baru Kal!"

Akal            : "Ini smartphone Mas!"

Mas Kus       : "Ada yang seperti itu to? Pinter mana sama kamu?"

Akal            : "Jelas pinter aku lah mas."

Mas Kus       : "Kok ngono?"

Akal            : "Ya Hp ini ada karena aku Mas!"

Mas Kus       : "Hmm gitu ya, Hp ada bukti bahwa kamu ada "eksis" ngono yo?"

Akal            : "Nah itu Mas Kus pinter!"

Mas Kus       : "Lah ojo ngono, wes gek ndang ngomong njaluk bakso opo kopi."

Mas Kus       : "Kal, apakah mungkin smartphone bisa ada begitu saja?"

Akal            : "Maksudnya, tiba-tiba ada tanpa melalui proses gitu Mas?"

Mas Kus       : "Ho'oh!"

Akal            : "Ya jelas ndak mungkin lah Mas!"

Akal            : "Itu bahan bakunya saja harus kita tambang dulu dari dalam bumi, belum lagi kita pisahkan untuk dimurnikan, lagi kita bentuk sesuai keinginan kita, kita desain dulu."

Mas Kus       : "Baru bisa dipakai?"

Akal            : "Kita isi dulu dengan operating sistem!"

Mas Kus       : "Android?"

Akal            : "Salah satunya."

Mas Kus       : "Jadi tidak mungkin ya, bahan logam itu dari batu / pasir jalan sendiri jadi logam murni, lalu membentuk dirinya sendiri jadi transistor, resistor, baterai, dll. Dari minyak bumi di kedalaman perut bumi, harus disedot dipisahkan diambil polimer, jadi biji plastic, terus dicetak dadi chasing yo!"

Akal            : "Betul"

Mas Kus       : "Jadi smartphone, tadi pasti ada yang membuatnya ya!"

Akal            : "Ya, manusia dengan akalnya!"

Mas Kus       : "Seperti itu manusia bisa dikatakan pencipta atau penemu Kal!"

Akal            : "Yang lebih tepatnya adalah penemu, karena logam dalam bentuk biji logam atau pun bahan yang lain sudah ada di bumi ini, manusia hanya menemukannya dan memurnikannya kemudian diubah dan dimanimuplasi untuk bahan tadi bekerja sesuai dengan keinginannya."

Akal            : "Pencipta hanya untuk sesuatu yang meng-ada-kan bahan baku itu semua."

Mas Kus       : "Jadi Sang Pencipta itu benar-benar ada?"

Akal            : "Ya!"

Mas Kus       : "Dari siklus logamnya, dari batu / pasir / tanah, lalu dimurnikan jadi biji logam, lalu dijadikan resistor, transistor, mikrocip, kemudian dirangkai menjadi smartphone, smartphone rusak dibuang karaten kembali ke tanah."

Akal            : "Tidak ada dalam siklus itu menjadi manusia dengan akalnya. Tapi manusia terlibat di semua tahap perubahannya."

Mas Kus       : "Iya, tidak mungkin melihat pencipta masuk dalam siklus ciptaanya. Analoginya ngono Kal!"

Mas Kus       : "Tapi sang pencipta terlibat disemua proses itu dan tidak terlihat di situ atau menjadi bagian dari siklus itu."

Akal            : "Dengan adanya smartphone itu menjadi bukti bahwa akal itu ada, dan jika kita mau jujur bahwa akal itu tidak bisa digambar, didengar, dicium, diraba atupun dirasa."

Mas Kus       : "Dan smartphone, menjadi bukti bahwa akal itu ada adalah benar. Tetapi smartphone bukanlah gambar atau wujud dari akal. Hanya sebagai bukti bahwa akal itu ada. Karena sebelum smartphone sudah ada rumah, jembatan, jalan, pesawat, komputer dan tidak ada satupun yang merupakan wujud dari akal. Hanya bukti bahwa akal itu ada."

Akal            : "Seperti itulah Tuhan Sang Pencipta. Bumi, bulan, matahari, bintang-bintang, komet, meteor, planet, galaksi, cluster, dan seterusnya adalah bukti bahwa sang pencipta itu ada. Dan jangan pernah berharap menemukan sang pencipta masuk ke dalam siklus dari ciptaanya."

sebelumnya telah terbit di blog saya yang lain

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun