Mohon tunggu...
Deni
Deni Mohon Tunggu... Lainnya - pengalaman

hobby travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perpajakan

7 Desember 2022   16:32 Diperbarui: 21 Desember 2022   15:50 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selamat sore

Pajak merupakan kontribusi wajib oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung digunakan untuk keperluan negara. Artinya wajib pajak yang menyetorkan pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung tetapi mendapatkan fasilitas yang tidak secara sadar dinikmati oleh semua orang, contohnya pembangunan jalan tol, pembenaran jalan dan lain sebagainya. 

Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi negara umum. Jadi, pada masa sekarang ini bukan hal aneh dan menyulitkan bagi masyarakat dalam membayar pajak, karena masyarakat harus menyadari bahwa pajak yang mereka setorkan untuk kepentingan bersama. Karena itu diharapkan masyarakat sadar jika mempunyai kewajiban untuk menyetorkan sebagian penghasilan mereka, karena itu untuk membiayai kepentingan mereka juga di negara ini.

PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN 21

pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang baik oleh orang pribadi maupun badan, yang sifatnya memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak ada kontra prestasi secara langsung untuk dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, (UU No. 16 tahun 2009).

Pajak Penghasilan menurut Undang-Undang, Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi atau perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak.

PPh 21 seperti yang tercantum dalam pasal 21 Undang-undang nomor 36 tahun 2008 adalah pajak yang dipotong terhadap penghasilan wajib pajak orang pribadi dalam negeri dari pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan nama dan bentuk apapun. Dengan nama dan bentuk apapun karena memang penghasilan ini namanya bisa berbeda-beda, dapat berupa gaji, komisi, bonus, THR, hadiah, uang pensiun, honor dan lain-lainnya yang dapat menambah kekayaan ataupun dikonsumsi. Meskipun ada penghasilan yang tidak dikenai pajak, atau penghasilan yang bukan objek pajak yang ditetapkan pemerintah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Pajak di Indonesia pemungutannya bisa melalui 3 (tiga) macam sistem:

Official Assessment System. Yakni sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang, sehingga wajib pajak bersifat pasif hanya menunggu tagihan dari pemerintah. Misalnya : PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), wajib pajak akan membayar PBB setelah menerima SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) dari pemerintah.

Self Assessment System. Yakni sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan kepada wajib pajak untuk menghitung/memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak terutangnya. Jadi dengan sistem ini, wajib pajak bersifat aktif, pemerintah berperan sebagai fasilitator untuk memberikan pelayanan, pembinaan, pengawas dan penerapan sanksi perpajakan. Misal : perhitungan pajak dalam SPT Masa dan Tahunan.

Withholding system. Yakni sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan kepada pihak ketiga (selain wajib pajak dan pemerintah) untuk menentukan besarnya pajak terutang. Contohnya : PPh pasal 21, 22, 23, 4 ayat (2).

Berdasarkan pemungutnya, pajak di Indonesia terbagi menjadi :

Pajak Pusat, yakni pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan akan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contohnya : PPh (Pajak Penghasilan) dan PPN (Pajak Pertambahan Nilai)

Pajak Daerah, yakni pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan APBD. Pajak daerah ini terbagi menjadi :

 Pajak Provinsi, misal : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

 Pajak Kabupaten/Kota, misal : Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hiburan dan lain-lain.    (Samudra, 2016)

Meskipun pajak merupakan kewajiban wajib pajak dan dapat dipaksakan, pajak mempunyai azas-azas yang harus dipatuhi di dalam pengenaannya. Azas-azas pemungutan pajak menurut Adam Smith, yang lebih dikenal sebagai bapak ekonomi, mengenalkan 4 azas pemungutan pajak yang lebih dikenal sebagai Four Maxims of Adam Smith adalah sebagai berikut :

Azas Equality (Keadilan. Azas ini mensyaratkan bahwa pemungutan pajak harusberlandaskan keadilan, yakni wajib pajak membayar pajak sebanding dengankemampuannya membayar pajak dan sebanding dengan manfaat yang diterimanya.

Azas Certainty (Kepastian). Azas ini mensyaratkan adanya kepastian dalam setiap pemungutan pajak. Kepastian dimaknai dikarenakan pemungutan pajak berdasarkan undang-undang dan ada sanksi yang dapat dipaksakan pengenaannya, maka wajib pajak perlu untuk mengetahui secara pasti misal : berapa pajak tarif pajak yang dikenakan, kapan deadline pembayaran dan pelaporannya.

Azas Convinience (Kenyamanan). Azas ini mengatakan bahwa pemungutan pajak seharusnya tidak pada saat-saat yang menyulitkan bagi wajib pajak. Sesuai dengan pepatah "Pay as Your Earn" , yakni pada saat wajib pajak memeperoleh penghasilannya.

Azas Economy (Ekonomis). Azas ini mensyaratkan bahwa pemungutan pajak baik biaya pemungutan pajak dari sisi pemerintah maupun biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak, sebaiknya dibuat seminimal mungkin

SUBJEK ATAU WAJIB PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Subjek 

bahwa Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak yakni (1) orang pribadi; (2) badan, yang dapat termasuk Subjek Pajak Dalam Negeri ataupun Subjek Pajak Luar Negeri, maka subjek PPh 21 adalah Orang Pribadi Dalam Negeri.

Subjek PPh 21 yang secara umum adalah orang pribadi dalam negeri, dapat didetail
lagi sebagai berikut :

pegawai

bukan pegawai yakni meliputi:

pegawai ahli yang melakukan pekerjaan bebas

artis, pemusik, penari, mc, dan seniman lainnya

atlet (olahragawan)

pengajar, moderator, penceramahan

pengarang, peneliti, dan penerjemah

pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan system aplikasi lainnya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan social serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan

agen iklan

pengawas atau pengelola proyek

pembawa pesan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara

petugas penjaja barang dagangan

petugas dinas luar asuransi

distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan jenis lainnya

mantan pegawai

penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaaminan hari tua, termasuk ahli warisnya

anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawi tetap

peserta kegiatan, misalkan kegiatan:

perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan lain-lain

peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjangan kerja

peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu

peserta kegiatan lainnya

yang tidak termasuk subjek pph, artinya penghasilan tidak di potong pph pasal 21 yaitu

  1. Duta besar dan konsulat atau pejabat lain dari negara luar, dan pegawai-pegawai yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja dan bertempat tinggal bersama mereka. Dengan syarat tidak
  2. berkewarganegaraan Indonesia dan di Indonesiatidak menerima atau memperoleh pendapatan lain di luar jabatan dan pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
  3. Pejabat perwakilan organisasi internasional, yang diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan, dengan syarat tidak berkewarganegaraan Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan pekerjaan lain untuk memperoleh pendapatan dari Indonesia.

Objek dan bukan objek

Objek pph 21 adalah

  1. Pendapatan yang diterima atau diperoleh karyawan tetap dari majikannya baik berupa pendapatan yang bersifat teratur maupun tidak teratur
  2. Pendapatan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai karyawan, dari dana perusahaan yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan;
  3. Pendapatan karyawan tidak tetap atau karyawan lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;
  4. Penghasilan jasa tenaga ahli orang pribadi bukan karyawan yang melakukan pekerjaan bebas, misalkan : fee, komisi dan lain-lain.
  5. Pendapatan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
    karyawan tetap pada perusahaan yang sama
  6. Pendapatan mantan karyawan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur.
  7. Penghasilan berupa uang pensiun para nasabah dana pensiun yang dibayarkan secara rutin.
  8. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus & yang pembayarannya melewati jangka waktu dua tahun sejak karyawan berhenti bekerja.
  9. Penghasilan berupa hadiah, penghargaan, uang saku, uang representasi yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri atas kegiatan yang sudah dilakukan. Misalkan : kegiatan perlombaan lari marathon, tenis meja dan lain-lain.

Ada objek PPh 21 ada juga penghasilan yang dikecualikan dari pengenaan PPh 21 yakni:

  1. pembayaran manfaat asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;
  2. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh Wajib Pajak Final atau Wajib Pajak dengan Penghitungan Khusus (Deemed Profit)
  3. iuran pensiun kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua, iuran jaminan hari tua
  4. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
  5. beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-Undang Pajak Penghasilan, (PER - 16/PJ/2016).

  6. HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

    Hak-hak wajib pajak PPh 21

    Wajib pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh pasal 21 kepada pemotong pajak. Jumlah PPh pasal 21 yang telah dipotong dapat dikreditkan dari pajak penghasilan untuk tahun yang bersangkutan.

    Wajib pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jendral Pajak, jika PPh pasal 21 yang dipotong oelh pemotong pajak tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal pemotongan.

    Wajib pajak berhak mengajukan banding kepada badan peradilan pajak dalam jangka waktu 3 bulan sejak diterbitkannya surat keputusan Direktur Jendral Pajak yang berhubungan dengan keberatannya.

    Kewajiban Wajib Pajak PPH pasal 21

    Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP.

    Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri.

    Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga kpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun

    HAK DAN KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

    Hak-hak pemotong pajak PPh pasal 21

    Pemotong pajak berhak utnuk mengajukan permohonan memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT tahunan PPh pasal 21

    Pemotongan pajak berkhak untuk memperhitungkan kelebihan setoran pada SPT tahuna terhadap pajak yang terhutang untuk bulan pada waktu dilakukan perhitungan kembali.

    Pemotong pajak berhak untuk membetulkan sendiri SPT dengan menyampaikan pernyataan tertulis kepada Kepala Inspeksi Pajak setempat atau tempat lai yang ditentukan oleh Direktur Jendral Pajak sepanjang belum dimulai tindakan pemeriksaan.

    Pemotong pjaka berhak mengajukan surat keberatan kepada Kepala Inspeksi pajak atau suatu ketetapan pajak.

    Pemotong pajak berhak mengajukan banding kepada badan peradilan pajak terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Inspeksi Pajak mengenai keberatan.

    Kewajiban pemotong pajak PPh pasal 21 

    Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP.

    Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan kalender.

    PPh Pasal 21yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.

    Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.

    Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Pasal 21 Untuk Setiap Masa Pajak.

    Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan.

    Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima Penghasilan.

    TARIF PAJAK POTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

    Pemerintah telah melakukan perubahan ketentuan perpajakan melalui Rancangan Undang-Undang Harmonisai Peraturan Pajak (RUU HPP) yang telah disetujui pada Sidang Paripurna DPR pada tanggal 7 Oktober 2021. Terdapat banyak perubahan ketentuan pajak dan salah satunya adalah tarif pajak orang pribadi yang baru. Tarif pajak orang pribadi yang baru memperbaharui ketentuan yang sebelumnya diatur pada pasal 17 UU PPh (Undang-Undang Pajak Penghasilan). Perubahan ini berdampak pada perubahan perhitungan PPh 21 Karyawan perusahaan.

    • Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan Rp 0 sampai Rp 60.000.000 dikenakan tarif sebesar 5%
    • Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan Rp 60.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 dikenakan tarif sebesar 15%.
    • Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 dikenakan tarif sebesar 25%.
    • Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000.000 dikenakan tarif sebesar 30%
    • Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp 5.000.000.000 dikenakan tarif sebesar 35%

      PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

      Beberapa jenis penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21, yaitu
      Pembayaran manfaat atau santunan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa.
      Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.
      Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberi kerja.
      Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari badan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah.
      Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh.

      CARA MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

      Rumus pengitungan PPH pasal 21 atas pegawai tetap:
      Tarif Pajak pasal 17 x (PKP)

      PKP = Penghasilan bruto- (Biaya Jabatan + iuran pensiun + Iuran Jamsostek)- PTKP

      PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan neto Wajib Pajak Orang Pribadi jumlahnya dibawah PTKP tidak akan terkena Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 dan apabila berstatus sebagai pegawai atau penerima penghasilan sebagai objek PPh Pasal 21, maka penghasilan tersebut tidak akan dilakukan pemotongan PPh Pasal 21.

CONTOH PENGERJAAN 

Tn Agus bekerja pada PT Sentosa sebagai pegawai tetap sejak 1 Januari 2016. Tn Agus menikah tetapi belum punya anak. Gaji sebulan adalah sebesar Rp9.000.000,00 dan iuran pensiun yang dibayar tiap bulan sebesar Rp250.000,00. Buatlah penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari 2016 dalam hal Tn. Herry hanya memperoleh penghasilan berupa gaji!

Penyelesaian

Gaji sebulan                                                                                              Rp   9.000.000
Tunjangan                                                                                     Rp              0
Penghasilan bruto sebulan                                                                       Rp   9.000.000
Pengurang
Biaya Jabatan = 5% x Rp 9.000.000                                    Rp   450.000
Iuran pensiun                                                                     Rp   150.000
                                                                                                                 Rp     600.000
Penghasilan neto sebulan                                                             Rp   8.400.000
Penghasilan neto setahun = Rp 8.400.000 x 12                                          Rp 100.800.000
PTKP/0
Wp sendiri                                                                         Rp 54.000.000
Status Kawin                                                                     Rp  4.500.000
Jumlah PTKP                                                                                          Rp  58.500.000
Penghasilan kena pajak                                                                            Rp  42.300.000
PPh terutang        
- 5% x Rp 42.300.000                                                                                Rp   2.115.000
Pph terutang masa januari 2016 = Rp 2.115.000/12                                      Rp     176.250

 

Pak Doni karyawan tetap PT Indah Sukses sejak tahun 2018. Gaji sebulan Rp810.000.000,00 dan membayar iuran pensiun yang dibayar sendiri sebesar Rp250.000,00 perbulan langsung dipotong dari gaji. Pak Bimo menikah tetapi belum mempunyai anak, artinya status PTKP adalah K/0. Pada bulan Juli 2020 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp 12.000.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2019. Uang rapel dibayarkan pada bulan Juli 2020. Pada bulan Oktober 2020 Pak Bimo menerima bonus tahunan sebesar Rp 23.000.000,00.

Hitunglah berapa PPh 21 masa Januari s/d Juni 2019 Pak Doni? Ini adalah akumulasi dari PPh 21 bulan Januari s/d Juni yang sudah dipotong dari gaji bulanan Pak Doni.

Hitunglah berapa PPh 21 masa Juli Pak Doni? Ini merupakan penghitungan ulang dengan gaji baru.

Berapakah PPh 21 atas uang rapel Pak Doni?

Hitunglah berapa take home pay Pak Doni di bulan Juli 2019?

Berapakah PPh 21 atas bonus Pak Doni?

Hitunglah berapa take home pay Pak Doni di bulan Oktober 2019?

Penyelesaian

  1. Untuk menghitung PPh 21 masa Januari s/d Juni 2019 Pak Doni ? sebagai berikut ;

    Gaji sebulan                                                                                          Rp  10.000.000
    Tunjangan                                                                                            Rp              0
    Penghasilan bruto sebulan                                                                   Rp  10.000.000
    Pengurang
    Biaya Jabatan = 5% x Rp 10.000.000                             Rp   500.000
    Iuran pensiun                                                                Rp   250.000
    Jumlah pengurang                                                                              Rp     650.000
    Penghasilan neto sebulan                                                                     Rp   9.250.000
    Penghasilan neto setahun = Rp 9.250.000 x 12                                        Rp 111.000.000
    PTKP/0
    Wp sendiri                                                                    Rp 54.000.000
    Status Kawin                                                                Rp  4.500.000
    Jumlah PTKP                                                                                      Rp  58.500.000
    Penghasilan kena pajak                                                                       Rp  52.500.000
    PPh terutang    
    - 5% x Rp 42.300.000                                                                            Rp   2.115.000
    - 15% x Rp 2.500.000                                                                            Rp             375.000
    Jumlag Pph terutang                                                                             Rp   2.490.000
    Pph terutang atas gaji sebulan= Rp 2.490.000/12                                     Rp     207.500

Pph 21 yang sudah di potong masa januari s/d juni 2020
Rp 207.500 x 6 bulan                                                                           Rp   1.245.000

 

  1. Untuk menghitung PPh 21 masa juli Pak Doni ? ini merupakan penghitungan ulang dengan gaji baru sebagai berikut ;

Gaji sebulan                                                                                          Rp  12.000.000
Tunjangan                                                                                            Rp              0
Penghasilan bruto sebulan                                                                   Rp  12.000.000
Pengurang
Biaya Jabatan = 5% x Rp 12.000.000                              Rp   600.000
Biaya jabatan maksinal                                                  Rp   500.000
Iuran pensiun                                                                Rp   250.000
Jumlah pengurang                                                                               Rp     750.000
Penghasilan neto sebulan                                                                     Rp  11.400.000
Penghasilan neto setahun = Rp 11.400.000 x 12                                      Rp 136.800.000
PTKP/0
Wp sendiri                                                                    Rp 54.000.000
Status Kawin                                                                 Rp  4.500.000
Jumlah PTKP                                                                                      Rp  58.500.000
Penghasilan kena pajak                                                                       Rp  78.300.000
PPh terutang    
- 5% x Rp 50.000.000                                                                            Rp   2.500.000
- 15% x Rp 28.300.000                                                                          Rp   4.245.000
Jumlag Pph terutang                                                                             Rp   6.745.000

Pph 21 terutang atas gaji juli 2020
Rp 6.745.000 x 12 bulan                                                                       Rp   562.083

 

c. Berapakah PPh 21 atas uang rapel Pak Doni ? Sebagai berikut ;

PPh 21 seharusnya masa Januari s/d Juni yakni PPh 21 atas gaji
baru Januari s/d Juni 2019 = Rp 562.083 X 6 bulan                                 Rp  3.372.498
PPh 21 masa Januari s/d Juni yang sudah dipotong dari gaji
sebelumnya                                                                                           Rp  1.245.000
Besarnya PPh 21 atas uang rapel                                                         Rp  2.127.498

  1. Hitunglah berapa take home pay Pak Doni di bulan Juli 2020? Sebagai berikut ;

    Gaji Juli 2019                                                                                       Rp 12.000.000
    Rapel = (12.000.000 -- 10.000.000) X 6 bulan                                         Rp 12.000.000
    Penghasilan Bruto bulan Juli 2020                                                      Rp 24.000.000
    Pengurang
    Iuran pensiun dibayar sendiri masa Juli                           Rp  250.000
    PPh 21 atas gaji Juli                                                      Rp  562.083
    PPh 21 atas rapel                                                           Rp 2.127.498
    Jumlah Pengurang                                                                              Rp  2.939.581
    Jumlah Take Home Pay Juli 2020                                                       Rp 21.060.419

e. Berapakah PPh 21 atas bonus Pak Doni ? sebagai berikut ;

Gaji setahun = Rp12.000.000 X 12                                                         Rp 144.000.000
Bonus                                                                                                   Rp  23.000.000
Tunjangan                                                                                            Rp            0
Penghasilan Bruto sebulan                                                                     Rp 167.000.000
Pengurang
Biaya jabatan = 5% X 167.000.000                                 Rp  8.350.000
Biaya jabatan maximum                                                Rp  6.000.000
Iuran pensiun dibayar sendiri= 250.000 X 12                  Rp  3.000.000
Jumlah Pengurang                                                                              Rp   9.000.000
Penghasilan Neto setahun                                                                      Rp 158.000.000
PTKP K/0
WP sendiri                                                                    Rp 54.000.000
Status Kawin                                                                 Rp 4.500.000
Jumlah PTKP                                                                                        Rp  58.500.000
Penghasilan Kena Pajak                                                                         Rp  99.500.000
PPh terutang atas gaji dan bonus setahun
- 5% X Rp50.000.000                                                    Rp 2.500.000
- 15% X Rp 49.500.000                                                 Rp 7.425.000
Jumlah PPh 21 terutang atas gaji dan bonus setahun                                Rp   9.925.000
PPh 21 terutang atas gaji setahun (dari jawaban no.2)                              Rp   6.745.000
PPh 21 terutang untuk bonus                                                                  Rp   3.180.000

 Hitunglah berapa take home pay Pak Doni di bulan Oktober 2020 ? sebagai berikut ;

Gaji Oktober 2020                                                                                 Rp 12.000.000

Bonus                                                                                                   Rp 23.000.000

Penghasilan Bruto sebulan                                                                     Rp 35.000.000

Pengurang

Iuran pensiun dibayar sendiri masa September                Rp   250.000

PPh 21 atas gaji Oktober                                                Rp   562.083

PPh 21 atas bonus                                                         Rp 3.180.000

Jumlah Pengurang                                                                                Rp  3.742.083

Jumlah Take Home Pay                                                                         Rp 31.257.917

Pak Hasan, karyawan tetap pada PT Sentoha makmur, pada bulan Agustus 2019, Pak Hasan  dipensiun dinikan oleh PT Sentoha makmur terkait isu perusahaan untuk merampingkan perusahaan. Pak Hasan memperoleh pesangon sebesar Rp 320.000.000
Hitunglah : PPh 21 Pak Hasan, jika uang pesangon dibayar secara bertahap, yakni:
a. 50% pada tanggal 25 Agustus 2019!
b. 50% pada tanggal 25 November 2021! 

Penyelesaian

Pph 21 untuk pesangon Pak Hasan sebagai berikut

Uang pesangon agustus 2019                                                    Rp 160.000.000
Pph 21 terutang
- 0% X Rp 50.000.000                                      Rp             0
- 5% X Rp 50.000.000                                      Rp  2.500.000
- 15% X Rp 60.000.000                                    Rp  9.000.000
jumlah pph terutang                                                                 Rp  11.500.000
jumlah uang pensiun setelah pph                                           Rp 148.500.000

Uang pesangon November 2021                                               Rp 160.000.000
Pph 21 terutang sesuai tarif pasal 17
- 5% X Rp 50.000.000                                      Rp  2.500.000
- 15% X Rp 110.000.000                                  Rp 16.500.000
jumlah pph 21                                                                          Rp  19.000.000
jumlah uang pesangon setelah pph                                         Rp 141.000.000

terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun