Mohon tunggu...
Denis Pirmansyah
Denis Pirmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan Allah SWT.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Sepak Terjang Perjalanan Cukur Rambut Asgar yang Melegenda dan Turun-temurun

11 Juni 2023   14:48 Diperbarui: 17 Juni 2023   15:07 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukur rambut atau pangkas rambut sudah menjadi suatu hal yang tidak asing di Indonesia. Sehingga tak ayal lagi bahwa cukur rambut memang semakin bertebaran dan merajalela di seluruh pelosok negeri. Salah satu cukur rambut yang cukup melegenda adalah cukur rambut Asgar.

Sesuai dengan namanya bahwa cukur rambut ini merupakan cukur rambut Asli Garut dimana para tukang cukur dan pemilik cukur rambut tersebut memanglah kebanyakan adalah asli Garut.

Cukur rambut Asgar ini memang telah lama melegenda sehingga jika kita lihat di daerah-daerah perkotaan seperti Bandung dan Jabodetabek sering ditemui dan masih tetap terlihat eksis sampai sekarang.

Seiring dengan barbershop modern yang merajalalela di Indonesia, lantas tidak membuat cukur rambut Asgar lekas dimakan zaman.

Hal ini dapat dilihat pada keeksisannya sampai sekarang karena tidak terhitung banyaknya orang sampai orang-orang penting pun mengakui kepiawaian dari pemotongan rambut Asgar. Bahkan beberapa dari tukang cukur Asgar sempat dipercayai memotong rambut dari orang-orang penting seperti menteri, jenderal TNI, mantan presiden, bahkan bapak presiden kita  Joko Widodo.

Cukur rambut Asgar dapat melegenda  juga tentunya ditunjang oleh pelayanannya yang khas dan ditandai dengan interaksi verbal dengan para pelanggan serta ciri khas nya dalam memijat bagian kepala hingga bahu pelanggan.

Namun yang perlu diketahui, sepak terjang cukur rambut Asgar ada hingga sampai saat ini tentunya berkaitan dengan sejarahnya di masa lalu.

Berdasarkan sejarahnya, menurut penuturan Abah Aman (106 tahun) seorang tukang cukur generasi ketiga di Garut, bahwa orang yang pertama kali menjadi tukang cukur di Garut adalah Idi pada tahun 1920-an.

Idi merupakan seorang warga Desa Bantarjati, Kecamatan Banyuresmi, Garut. Saat itu jasa cukur rambut hanya dimiliki oleh keluarga besar Idi saja dan bertahan sampai bertahan 27 tahun lamanya.

Namun, usaha cukur rambut tersebut hanya berlaku bagi orang-orang Belanda yang berpendudukan di Garut saja dan tidak diperuntukkan untuk pribumi.

Akan tetapi dengan berjalannya waktu, jasa cukur Idi pun tidak terbatas hanya pada orang-orang Belanda saja, melainkan mulai meluas ke tetangga dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Keahlian mencukur itu juga mulai diajarkan pada orang-orang terdekat seperti kerabat, tetangga, para kenalannya, hingga keahlian tersebut dilakukan secara turun-temurun sampai sekarang.

Tradisi mencukur ini memang dilakukan secara turun-temurun sampai sekarang yang terlihat dari para orang tua di Garut, khususnya di kecamatan Banyuresmi sebagai daerah pencukur rambut yang akan meyakinkan anak-anaknya untuk menerima pengwarisan keahlian mencukur dan berprofesi sebagai tukang cukur.

Selain itu, orang tua di sana mewajibkan calon menantunya juga untuk menjadi tukang cukur agar bisa menikah dengan putrinya jika dirasa pekerjaan terdahulu dari sang calon menantu laki-laki dinilai tidak dapat memberikan kesejahteraan finansial bagi putri mereka.

Namun, lambat laun tradisi mencukur tidaklah selalu  dilakukan secara turun-temurun melainkan ada juga mereka yang belajar dari lingkungan saudara, tetangga, maupun sekolah atau teman-teman.

Selain hal di atas, maka ada hal lain yang menyebabkan profesi atau jasa cukur rambut Asgar ini mengalami perkembangan yang pesat di kota sampai melegenda.

Sepak terjang perkembangan cukur rambut Asgar ini dimulai saat terjadinya peristiwa pemberontakan DI/TII Garut yang dipelopori oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewiryo di Garut pada tahun 1949-1950 yang menyebabkan warga Garut, khususnya warga di kawasan Banyuresmi, melarikan diri ke daerah lain seperti ke Jakarta dan sekitarnya karena takut akan dilenyapkan jika tidak bersedia menjadi bagian dari kelompok DI/TII. Karena kebanyakan dari mereka tidak memiliki persiapan dan perbekalan yang matang, akhirnya dalam mempertahankan hidupnya maka mereka melakukan beberapa keahlian untuk pekerjaannya yang salah satunya adalah mencukur.

Selain itu, pesatnya proyek pembangunan di Jakarta tahun 1950-an sampai tahun 1962 menjadi pendorong dalam perkembangan profesi tukang cukur di Jakarta karena di samping ada sebagian dari mereka yang bekerja sebagai tukang bangunan dan bekerja sampingan pula menjadi tukang cukur.

Proses tersebut berlangsung dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga akhirnya cukur rambut Asgar cukup terkenal di Jakarta dan sekitarnya.

Sepak terjang cukur rambut Asgar dapat dikatakan mengalami masa puncaknya ketika berdirinya PPRG atau Persaudaraan Pangkas Rambut Garut pada tanggal 4 Oktober 2016.

Hal itu karena  atas dasar para tukang cukur yang mampu bersatu dan berkumpul dalam satu wadah organisasi. Selain berdirinya PPRG, maka masa puncak dari perkembangan tukang cukur di Kecamatan Banyuresmi, Garut juga dapat dilihat dari berdirinya Barber School Abah Atrox.

Barber School tersebut merupakan kursus keahlian potong rambut yang didirikan pada tahun 2015 di Banyuresmi dengan tujuan membantu pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan guna mengurangi angka pengangguran.

Oleh karena itu, didasarkan pada semua hal di atas maka cukur rambut Asgar ini pun memberikan suatu perubahan fisik lingkungan dan kesejahteraan finansial bagi para pencukur rambut Asgar itu sendiri, terkhususnya tukang cukur yang berasal dari Kecamatan Banyuresmi, Garut.

Perubahan ke arah yang lebih baik itu dapat terlihat seperti pada rumah-rumah mereka yang tadinya merupakan rumah panggung menjadi rumah yang bertembok, pemenuhan kebutuhan primer sehari-hari mereka seperti kebutuhan  sandang, pangan, dan papan tercukupi, bahkan sampai pada kebutuhan tersier seperti kepemilikan kendaraan pribadi motor dan mobil dapat terbeli.

***

Sumber Rujukan:

Imadudin, I. (2011). Perkembangan Etnopreneurship Di Garut 1945-2010. Patanjala, 3(3), hlm 456-471.

Nislah, H. (2021). Pengaruh Profesi Tukang Cukur dalam Transformasi Kampung Peundeuy, Banyuresmi, Garut. Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 11(3).

Seftiani, F., & Samadi. (t.t). Analisis Perkembangan Jasa Pangkas Rambut Asal Garut dari Daerah Asal ke Daerah Perantauan berdasarkan Capital Mobility dalam Agent of Factor Economics Force. Universitas Negeri Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun