Lama tidak bercerita, sampai saya pun mulai gagap jika harus menuliskan kata demi kata. Tapi, saya ingin berbagi. Saya yakin dengan menuliskannya, pengalaman saya ini mempunyai tak hilang lenyap begitu saja.Â
Kisahnya saya awali dengan suatu pertemuan akademis dengan moda yang baru, zoom meeting. Terselenggaralah sebuah kuliah terbuka secara virtual. Belum jamak terjadi pertemuan seperti ini memang, tetapi yang menarik waktu itu adalah hadir dosen saya yang saya kagumi semasa kuliah dulu. Dalam kuliah itu, saya kenali satu terminologi teknis baru, Sosialitas Inversi.Â
Apa itu Sosialitas Inversi?Â
Gramatika Bahasa Indonesia mengenal kalimat versi dan kalimat inversi. Kalimat versi dapat kita kita pahami secara sederhana sebagai kalimat yang memiliki unsur atau pola kalimat dengan bentuk pola berurutan, yakni subyek-predikat-obyek-keterangan (S-P-O-K).
Sementara, kalimat inversi  adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kalimat inversi berfungsi untuk menekankan makna dari sebuah kalimat. Contohnya, dicabutnya rumput di halaman belakang itu oleh ibu hanya dengan menggunakan tangan kosong. Menariknya, kata inversi dirangkai dengan kata sosialitas.Â
Sosialitas bisa kita pahami sebagai keadaan yang memungkinkan manusia dapat berkembang satu dengan yang lainnya dalam hidup bersama.
Karena manusia adalah makhluk sosial, satu sama lain saling memberi, menerima, membangun, dan menumbuhkembangkan. Hal inilah yang dapat kita pahami sebagai tujuan dalam hidup bersama. Dalam konteks inilah, dua istilah ini menarik untuk direfleksikan.Â
Manusia adalah makhuk sosial. Sifat sosial manusia timbul dari kodrat manusia. Namun, hal ini tidak sesederhana yang kita pikirkan. Banyak persoalan justru timbul karena berhubungan langsung dengan sifat sosial manusia ini
 Salah satu contoh yang bisa kita jumpai adalah tumbuhnya individualisme. Thomas Hobbes sendiri merumuskan bahwa secara kodratnya, manusia memang bersifat mekanis dan individual. Bahkan, manusia adalah serigala bagi yang lain. Maka, wajarlah jika individualisme terjadi karena manusia pada dasarnya adalah individu. Lalu bagaimana kita bisa memahami sosialitas inversi ini? Di manakah letak sosialitas yang secara khas dimiliki oleh manusia?Â
Pandemi dan Sosialitas Inversi