Menjadi guru adalah panggilan. Di sana, meski upah yang diterima tak seberapa, banyak guru yang rela mendedikasikan dirinya di pedalaman untuk melahirkan generasi yang lebih baik. Dari tangan-tangan dingin guru ini pulalah lahir mereka yang berprestasi. Akan sangat disayangkan kalau mekanisme audit tidak berjalan dengan baik, pun pula kontrol dari masyarakat lewat komite. Kita bisa omong banyak soal pedagogi dan sebagainya, tetapi guru tidak makan, tentunya itu bukan hal yang bijak.
Ibu Adi Meliyati Tameno, bagi saya, adalah potret guru yang disayang. Ia sudah bisa mengambil hati anak didiknya. Perhatian dan passion inilah bakal untuk mendidik anak yang dipercayakan padanya. Namun, ironis kalau justru karena ulah oknum, ibu yang seperti ini harus menghadapi proses pidana. Katanya revolusi mental, nyatanya masih juga ada pemimpin yang tertutup, tidak transparan, terutama terkait hajat hidup orang. Saya berpikir kepala orang macam ini perlu ditepok jidatnya biar sadar dan tak seenaknya menggunakan kekuasaannya. Mengutip paman tokoh Spiderman, kekuatan dan kekuasaan yang besar juga berarti tanggungjawab yang besar. Semoga, potret bu Adi Meliyati Tameno adalah potret guru disayang, (dan bukan) guru ditendang.Â
AUDIT DANA BOSNYA, TEMUKAN KE MANA LARINYA, KALAU ADA PENYIMPANGAN, HUKUM ORANGNYA.Â
Bukan malah orang yang menuntut haknya.... super tolo* kalau ada orang seperti ini....Â
Â
(geregetan saya jadinya....)
*salam_selamat_pagi
Â