Mohon tunggu...
Denis Guritno Sri Sasongko
Denis Guritno Sri Sasongko Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

Belajar menulis populer di Komunitas Guru Menulis dengan beberapa publikasi. Pada 2020, menyelesaikan Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Universitas Indraprasta PGRI.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masa Prapaskah: "Coba Kaulihat, Dirimu Dahulu" (3)

25 Februari 2016   11:37 Diperbarui: 25 Februari 2016   11:49 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Hanya Debulah Aku: Nyanyian Ratapan yang tak Manusiawi

Salah satu lagi selama masa Prapaskah yang sering saya rasa tak manusiawi adalah nyanyian "Hanya Debulah Aku'. Bagi saya, nyanyian ini tak benar-benar berfaedah mendorong pertobatan. Sebaliknya, nyanyian ini lebih menampilkan hal-hal yang mengerikan yang bakal terjadi bila orang tidak bertobat. Gampang memang. Namun sungguh sangat tidak manusiawi. Pertobatan lagi-lagi tak ada efeknya jika tidak pertama-tama mendahulukan kepercayaan akan kemurahan Tuhan. Bagi saya, Lukas sangat keras menunjukkan arti pertobatan. Ia mendesak, tetapi sekaligus menunjukkan bahwa pertobatan lagi-lagi tidak melulu usaha, tetapi seperti yang didengungkan dari minggu pertama dan kedua masa prapaskah kemarin. Mari kita nglelimbang olah kesalehan dan olah batin yang kita perbuat, lalu kita berjumpa dengan Tuhan di "alam sepi". Sekarang, Lukas mengajak sekali lagi, sesudah proses itu kita lakukan, sadarilah bahwa kemuliaan Tuhan itu hadir pada pribadi yang istimewa. Manusia, bukan debu, apalagi butiran debu. Anda dan saya. Dan kalau kemuliaan itu kita sadari, mari tobat atau pertobatan itu kita maknai dalam kacamata yang sama istimewa dan luhurnya. Kita yang terbuka pada kemurahan Tuhan. 

#Selamat_siang. 

sumber gambar: Cek Disini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun