Â
Hanya Debulah Aku: Nyanyian Ratapan yang tak Manusiawi
Salah satu lagi selama masa Prapaskah yang sering saya rasa tak manusiawi adalah nyanyian "Hanya Debulah Aku'. Bagi saya, nyanyian ini tak benar-benar berfaedah mendorong pertobatan. Sebaliknya, nyanyian ini lebih menampilkan hal-hal yang mengerikan yang bakal terjadi bila orang tidak bertobat. Gampang memang. Namun sungguh sangat tidak manusiawi. Pertobatan lagi-lagi tak ada efeknya jika tidak pertama-tama mendahulukan kepercayaan akan kemurahan Tuhan. Bagi saya, Lukas sangat keras menunjukkan arti pertobatan. Ia mendesak, tetapi sekaligus menunjukkan bahwa pertobatan lagi-lagi tidak melulu usaha, tetapi seperti yang didengungkan dari minggu pertama dan kedua masa prapaskah kemarin. Mari kita nglelimbang olah kesalehan dan olah batin yang kita perbuat, lalu kita berjumpa dengan Tuhan di "alam sepi". Sekarang, Lukas mengajak sekali lagi, sesudah proses itu kita lakukan, sadarilah bahwa kemuliaan Tuhan itu hadir pada pribadi yang istimewa. Manusia, bukan debu, apalagi butiran debu. Anda dan saya. Dan kalau kemuliaan itu kita sadari, mari tobat atau pertobatan itu kita maknai dalam kacamata yang sama istimewa dan luhurnya. Kita yang terbuka pada kemurahan Tuhan.Â
#Selamat_siang.Â
sumber gambar:Â Cek Disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H