Mohon tunggu...
Denisa Dinda Herdiana
Denisa Dinda Herdiana Mohon Tunggu... Guru - Guru, Alumni S1 Sastra Inggris (Linguistics) UIN Sunan Ampel Surabaya, S2 Magister Ilmu Komunikasi (Public Relation) Dr. Soetomo Surabaya

Hai saya Denisa. Saya memiliki background study S1 Sastra Inggris (Linguistics) UIN Sunan Ampel Surabaya dan S2 Magister Ilmu Komunikasi (Public Relation) Dr. Soetomo Surabaya. Dengan dua background yang keren tersebut saya ingin menggabungkan menjadi sebuah karya tulisan yang apik untuk dibaca hingga menambah wawasan kita semua. Enjoy it!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Merdeka, Apa Standar untuk Menilai Siswa?

11 Juli 2022   15:40 Diperbarui: 14 Juli 2022   12:00 2257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pendidikan indonesia, Kurikulum Merdeka. (KOMPAS/SUPRIYANTO)

Dunia pendidikan kembali menggencarkan publik. Sekitar tahun 2014 dunia pendidikan menghebohkan publik dengan terbitnya kurikulum baru yakni dikenal dengan Kurikulum 2013 (K-13).

K-13 diterbitkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) periode 2014-2016 Anies Baswedan. 

Sekarang ini dunia pendidikan kembali mengganti sistem kurikulumnya yakni menggunakan Kurikulum Merdeka yang diterbitkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim. 

Kurikulum ini akan digunakan untuk tahun ajaran 2022/2023 untuk jenjang pendidikan TK, SD, SMP hingga SMA.

Apa yang dimaksud Kurikulum Merdeka? 

Sebelum kita membahas lebih jauh lagi, kita harus mengetahui akar dari pembahasan ini. Jadi apakah Kurikulum Merdeka? Mari kita sama-sama belajar mengenai sistem kurikulum baru yang akan diterapkan pada siswa di Indonesia. 

Pasti masih menjadi banyak pertanyaan wali murid mengenai sistem dari kurikulum baru yang dipakai ini. Menurut Nadiem, Kurikulum Merdeka adalah Merdeka dalam Belajar. 

Konsep kurikulum ini agar siswa dapat mendalami minat dan bakat yang mereka sukai. Kita bisa misalkan Kurikulum Merdeka sebagai pembelajaran berbasis project. 

Misalnya siswa akan belajar tentang sejarah dan budaya suatu adat, maka guru bisa mengajak siswanya untuk mengunjungi desa adat terdekat. 

Di sana setelah mereka melihat langsung situasi rumah adat, mereka dapat berinteraksi langsung dengan pemuka adat atau dengan warga sekitar sehingga mereka belajar berinteraksi sekaligus menyerap beberapa materi seperti biologi, geografi, sejarah, dan lain-lain.

Jika belajar sesuai minat dan bakat, lalu apa standart nilai yang dipakai?

Setelah penulis membaca beberapa literasi, dapat disimpulkan bahwa penilaian yang digunakan dalam Kurikulum Merdeka adalah Penilaian Formatif dan Penilaian Sumatif.

Penilaian Formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran serta mengevaluasi pencapaian tujuan belajar.

Penilaian Sumatif bertujan untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai penentu kenaikan kelas dan kelulusan dengan mengacu pada standart kompetensi.

Apa saja prinsip penilaian yang harus dilaksanakan?

  1. Penilaian merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran, dan menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan balik untuk pendidik, peserta didik, dan orangtua agar dapat memandu dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
  2. Penilaian dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen, dengan keleluasan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif mencapai tujuan belajar.
  3. Penilaian dirancang secara adil, proporsional, valid dan dapat dipercaya untuk menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang langkah selanjutnya.
  4. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai serta strategi selanjutnya.
  5. Hasil penilaian digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga pendidik, dan orangtua sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Jika kita baca dan pahami penjelasan diatas, masih terlihat samar standart penilaian Kurikulum Merdeka ini. Lantas apakah bisa jenjang TK, SD dan SMP menerapkan Kurikulum Merdeka karena anak usia dini belum bisa menentukan minat dan bakatnya dengan maksimal?

Menurut penulis Kurikulum Merdeka ini tidak bisa diaplikasikan secara maksimal jika diterapkan pada siswa jenjang TK, SD dan SMP karena mereka masih labil dalam menentukan minat dan bakatnya. 

Belum lagi karena Kurikulum Merdeka ini memberikan kesan belajar yang "Fleksibel" atau sesuai kemampuan murid. Kemampuan setiap siswa untuk menangkap materi pembelajaran juga tidak sama. 

Lantas bagaimana kita bisa menentukan standart jika berdasarkan kemampuan siswa? Kita juga perlu memikirkan perbandingan pendidik dan peserta didik. Apakah bisa satu guru dapat memahami semua minat dan bakat setiap siswanya?

Jika Kurikulum 2013 dianggap terlalu luas, bagaimana tanggapan orangtua dan guru tentang Kurikulum Merdeka? Kita masih sama-sama memahami Kurikulum Merdeka ini. 

Semoga Kurikulum Merdeka ini dapat diaplikasikan secara maksimal kepada siswa tanpa ada kebingungan antara murid, guru dan orangtua. 

Harapan semua orang semoga dengan adanya Kurikulum Merdeka ini dapat menumbuhkan generasi-generasi bangsa yang cerdas, hebat dan berkualitas didunia kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun