Santan bukan sahabat baik penderita asam lambung, termasuk saya. Seperti dikutip dari www.halodoc.com, santan dapat memicu lambung untuk memproduksi asam lambung lebih banyak.
Hal ini terjadi karena santan memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi. Dalam satu cangkir santan, dapat mengandung kira-kira 40 gram lemak jenuh.
Lemak jenuh dalam jumlah banyak mengakibatkan lambung lambat mengonsumsi makanan bersantan. Dampaknya, asam lambung meningkat dan berpotensi menimbulkan refluks.
Apalagi saat berpuasa lambung dalam keadaan kosong seharian. Bisa berabe kalau kurang bisa menjaga diri.
Waspada kandungan gula tinggi
Manisnya kolak bukan cuma berasal dari pisang, ubi, atau bahan-bahan alami yang dicampurkan ke dalamnya. Kolak biasanya diberi gula pasir, gula aren, atau campuran bahan manis lainnya.
Kandungan gula yang tinggi dapat memicu naiknya kadar gula darah. Saat gula darah cepat naik, hormon insulin dirangsang terus-menerus sehingga meningkatkan resiko terkena diabetes.
"Ah kan masih muda. Gak apa-apa, kali . . ."
Teman seangkatan saya saat usia pertengahan duapuluhan terkena diabetes karena kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis berlebih. Kejadian itu sudah cukup bagi saya untuk mengubah kebiasaan konsumsi makanan dan minuman manis.
Iya memang bukan sekarang. Tapi jika kebiasaan ini kita lakukan setiap Ramadan, dari tahun ke tahun, bukan tidak mungkin dampaknya akan kita rasakan saat menginjak kepala 5, 6, atau bahkan beberapa tahun ke depan.
#*__*#
Saya juga tidak sepenuhnya menghindar dari kolak dan kawan-kawan makanan manis lainnya. Saya masih mengonsumsi kolak jika kebetulan ada acara buka bersama yang menyajikan kolak, tetap tidak berlebihan tentunya.Â