Selain sebagai ekosistem bagi makhluk hidup yang beraneka ragam, sungai juga dikenal sebagai pusat kegiatan ekonomi. Sejak dahulu, manusia menggantungkan mata pencahariannya dari keberadaan sungai.
Pertanian Mesir kuno berkembang pesat berkat rekayasa irigasi yang memanfaatkan aliran Sungai Nil. Tanah Mesopotamia yang subur pun rupanya berasal unsur hara alami yang dibawa luapan Sungai Eufrat dan Tigris.
Di zaman sekarang pun, sungai masih menjalankan perannya dalam aspek ekonomi masyarakat. Masih banyak yang mencari penghidupan dari menjaring ikan, di Sungai Musi misalnya. Bahkan ada juga yang menggelar pasar terapung seperti halnya di daerah Banjarmasin.
Petani, nelayan, dan pedagang adalah beberapa profesi umum yang kita tahu erat kaitannya dengan sungai. Namun ternyata ada satu profesi yang jarang orang ketahui juga berkawan dengan sungai. Dia adalah ahli geologi atau kerap disebut geologist.
Masyarakat awam mungkin lebih mengenal para geologist sebagai tukang naik gunung. Ada juga yang salah mengira geologist sebagai anak buahnya BMKG, meskipun maksud "G" di situ adalah geofisika. Padahal geologi punya badan tersendiri di bawah Kementerian ESDM yang sayangnya kalah tenar.
Memang apa hubungan antara geologist dan sungai?
Jika masih belum yakin, mari kita bahas secara lebih mendalam.
Pertama, sungai membantu geologist menemukan batuan segar.
Batuan segar (fresh rock) adalah sasaran utama geologist saat melakukan pengamatan lapangan. Batuan segar sendiri dapat diartikan sebagai batuan yang masih belum lapuk, berubah warna, dan berubah sifat fisiknya.